31 C
Tuban
Thursday, 21 November 2024
spot_img
spot_img

Indikator Pemulihan Ekonomi Beri Sinyal Fundamental Ekonomi Sangat Baik

spot_img

Jakarta, Kebijakan-kebijakan Pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional diyakini telah berada di track yang benar. Hal ini terlihat pada beberapa leading indicator perekonomian yang membaik seiring dengan melandainya kasus Covid-19 di Indonesia. Penanganan krisis kali ini juga lebih baik dari pada penanganan krisis sebelumnya di tahun 1997-1998 dan tahun 2008.

Dari upaya akselerasi pelaksanaan vaksinasi, hingga tanggal 31 Desember 2021 pukul 18.00 WIB tercatat dari 208,26 juta target vaksinasi dosis 1 dan dosis 2, telah dilakukan vaksinasi dosis 1 kepada  161,32 juta penduduk atau sebesar 77,46% dari target, vaksinasi dosis 2 kepada 113,85 juta penduduk atau sebesar 54,67% dari target. Sementara itu, untuk vaksinasi dosis 3 telah diberikan kepada 1,29 juta penduduk atau sebesar 87,75% dari target. Upaya vaksinasi juga telah diperluas dan diakselerasi bagi kelompok anak-anak usia 6 hingga 11 tahun.

Dari sisi pemulihan ekonomi, Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia sudah berada di atas 100 yakni pada angka 118,5. Ekspor Indonesia pada kuartal ke-3 tahun 2021 naik 29,16%, sedangkan impor naik 30,11%. Indonesia juga memiliki cadangan devisa yang cukup tinggi yaitu di atas 140 miliar USD dan neraca perdagangan secara akumulatif surplus sebesar 34,32 miliar USD.

Baca Juga :  Wisata di Gunung Bromo Tidak Terdampak Erupsi Semeru

“Penanganan krisis akibat Covid-19 dalam 1 tahun sudah bisa recover sehingga ini memberikan sinyal bahwa fundamental ekonomi kita masih sangat baik,” tutur Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Special Report Berita Satu TV, Jumat (31/12).

Hal tersebut juga diakui oleh World Bank yang menilai bahwa saat ini Indonesia memiliki Kebijakan Fiskal yang prudent dan juga memiliki Kebijakan Moneter yang tepat, termasuk reformasi struktural yang dilakukan secara masif sehingga dapat menarik investor.

“Dibandingkan dengan berbagai emerging countries, Indonesia juga stand out karena tiga kebijakan tersebut,” lanjut Menko Airlangga.

Sementara itu, Menko Airlangga mengatakan bahwa kembalinya indeks saham menjadi suatu hal yang sangat positif, apalagi sebagian besar nasabahnya adalah sektor retail atau individual.

“Sehingga pasca Covid-19 ini pasar modal secara struktur lebih kuat. Kemudian ditambah lagi kita sudah punya Sovereign Wealth Fund yang diberi modal oleh Pemerintah, dan ini yang menjadi buffer bagi capital market ke depan,” ujar Menko Airlangga.

Baca Juga :  Mengawali Tahun 2023, XL Axiata Hadirkan "Bonus Double Kuota Setahun Penuh"

Terkait dengan investasi, beberapa hal yang dilakukan Pemerintah dalam Proyek Strategis Nasional telah mendorong masuknya investasi lebih dari 5.000 triliun rupiah. Sementara itu dalam pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus terutama di sektor yang pertumbuhannya tinggi selama pandemi, seperti Nongsa Digital Park, termasuk juga di sektor renewable energy, seperti solar farm, juga banyak diminati oleh investor.

Terkait dengan kebijakan The Fed, Menko Airlangga menegaskan bahwa Indonesia masih memiliki buffer untuk menahan karena selama ini tingkat suku bunga di Indonesia relatif delta-nya tinggi. “Jadi kita harus tetap berbasis pada fundamental yang sifatnya regional sentimen,” kata Menko Airlangga.

Sementara itu, adanya Forum G20 di Indonesia diharapkan akan efektif memacu tenaga kerja hingga konsumsi. Menko Airlangga mengatakan forum ini akan memberikan multiplier effect yang besar bagi Indonesia dan mempekerjakan sekitar 33.000 pekerja di sektor Horeka dan event untuk kegiatan tersebut.

“Presidensi G20 Indonesia ini diharapkan domestik impact-nya lebih tinggi dari pertemuan IMF dan World Bank di Bali 2018 lalu,” pungkas Menko Airlangga.(*)

Jakarta, Kebijakan-kebijakan Pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional diyakini telah berada di track yang benar. Hal ini terlihat pada beberapa leading indicator perekonomian yang membaik seiring dengan melandainya kasus Covid-19 di Indonesia. Penanganan krisis kali ini juga lebih baik dari pada penanganan krisis sebelumnya di tahun 1997-1998 dan tahun 2008.

Dari upaya akselerasi pelaksanaan vaksinasi, hingga tanggal 31 Desember 2021 pukul 18.00 WIB tercatat dari 208,26 juta target vaksinasi dosis 1 dan dosis 2, telah dilakukan vaksinasi dosis 1 kepada  161,32 juta penduduk atau sebesar 77,46% dari target, vaksinasi dosis 2 kepada 113,85 juta penduduk atau sebesar 54,67% dari target. Sementara itu, untuk vaksinasi dosis 3 telah diberikan kepada 1,29 juta penduduk atau sebesar 87,75% dari target. Upaya vaksinasi juga telah diperluas dan diakselerasi bagi kelompok anak-anak usia 6 hingga 11 tahun.

Dari sisi pemulihan ekonomi, Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia sudah berada di atas 100 yakni pada angka 118,5. Ekspor Indonesia pada kuartal ke-3 tahun 2021 naik 29,16%, sedangkan impor naik 30,11%. Indonesia juga memiliki cadangan devisa yang cukup tinggi yaitu di atas 140 miliar USD dan neraca perdagangan secara akumulatif surplus sebesar 34,32 miliar USD.

Baca Juga :  Airlangga Minta Doa Ulama Sulsel agar UMKM Indonesia Bangkit Paska Pandemi

“Penanganan krisis akibat Covid-19 dalam 1 tahun sudah bisa recover sehingga ini memberikan sinyal bahwa fundamental ekonomi kita masih sangat baik,” tutur Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Special Report Berita Satu TV, Jumat (31/12).

Hal tersebut juga diakui oleh World Bank yang menilai bahwa saat ini Indonesia memiliki Kebijakan Fiskal yang prudent dan juga memiliki Kebijakan Moneter yang tepat, termasuk reformasi struktural yang dilakukan secara masif sehingga dapat menarik investor.

- Advertisement -

“Dibandingkan dengan berbagai emerging countries, Indonesia juga stand out karena tiga kebijakan tersebut,” lanjut Menko Airlangga.

Sementara itu, Menko Airlangga mengatakan bahwa kembalinya indeks saham menjadi suatu hal yang sangat positif, apalagi sebagian besar nasabahnya adalah sektor retail atau individual.

“Sehingga pasca Covid-19 ini pasar modal secara struktur lebih kuat. Kemudian ditambah lagi kita sudah punya Sovereign Wealth Fund yang diberi modal oleh Pemerintah, dan ini yang menjadi buffer bagi capital market ke depan,” ujar Menko Airlangga.

Baca Juga :  Airlangga: Indonesia tak Mudah Terpolarisasi karena Berpedoman Alquran

Terkait dengan investasi, beberapa hal yang dilakukan Pemerintah dalam Proyek Strategis Nasional telah mendorong masuknya investasi lebih dari 5.000 triliun rupiah. Sementara itu dalam pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus terutama di sektor yang pertumbuhannya tinggi selama pandemi, seperti Nongsa Digital Park, termasuk juga di sektor renewable energy, seperti solar farm, juga banyak diminati oleh investor.

Terkait dengan kebijakan The Fed, Menko Airlangga menegaskan bahwa Indonesia masih memiliki buffer untuk menahan karena selama ini tingkat suku bunga di Indonesia relatif delta-nya tinggi. “Jadi kita harus tetap berbasis pada fundamental yang sifatnya regional sentimen,” kata Menko Airlangga.

Sementara itu, adanya Forum G20 di Indonesia diharapkan akan efektif memacu tenaga kerja hingga konsumsi. Menko Airlangga mengatakan forum ini akan memberikan multiplier effect yang besar bagi Indonesia dan mempekerjakan sekitar 33.000 pekerja di sektor Horeka dan event untuk kegiatan tersebut.

“Presidensi G20 Indonesia ini diharapkan domestik impact-nya lebih tinggi dari pertemuan IMF dan World Bank di Bali 2018 lalu,” pungkas Menko Airlangga.(*)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img