Giliran Hadi Purwanto, 47, yang diundang ke Indepth Talk Podcast Radar Tuban untuk berbagi wawasan seputar legen. Produsen legen kemasan bermerek Legennda ini membahas banyak hal seputar oleh-oleh khas Tuban tersebut. Juga membedah cara membedakan legen asli dan palsu.
BAGI orang awam, mungkin sulit membedakan antara legen asli dan palsu. Namun, tidak sulit bagi orang yang sudah lama bergelut di dunia minuman hasil sadapan pohon siwalan tersebut. Seperti yang dijelaskan Hadi Purwanto, pria asal Desa Prunggahan Wetan, Kecamatan Semanding itu.
Hadi, sapaan akrabnya, mengatakan, cukup mudah membedakan legen asli atau palsu.
‘’Ada legen asli yang benar-benar nira siwalan dan dideras dari pohon, ada yang
palsu,’’ tuturnya.
Mantan ketua komunitas pengusaha J-Club ini mengatakan, sifat legen asli tidak bisa bertahan lama. Karena itu, tak satu pun produsen legen yang bisa menimbun legen dalam jumlah besar dan dalam waktu yang lama.
Jika ada penjual legen menyimpan ratusan liter, maka patut dicurigai.
‘’Banyak legen palsu yang dibuat dari air mentah dicampur sejumlah zat berbahaya. Salah satunya cuka,’’ tutur dia jengkel.
Pria yang juga pelatih bela diri kempo ini mengatakan, legen palsu selalu dibuat dengan air mentah. Sebab, zat kimia yang menyerupai rasa kecut legen hanya bisa dilarutkan dalam air
mentah.
Bagi orang yang belum pernah minum legen, kata Hadi, tentu tidak akan tahu hal tersebut.
‘’Tidak hanya berbahaya bagi kesehatan, produsen legen palsu ini juga merusak citra legen itu sendiri,’’ tegasnya.
Hadi mengungkapkan, legen yang diklaim langsung turun dari pohon pun belum tentu asli. Dia terang-terangan menyebut, ada beberapa oknum penderas legen yang mencampur cairan tertentu di atas pohon siwalan. Tujuannya, memperbanyak produksi dan membuat seolah-olah legen tersebut asli.
Ulah segelintir orang inilah yang kerap merugikan petani legen yang benar-benar ingin hidup dari kebun siwalan mereka.
Merasa resah dengan keculasan para oknum tersebut, pria yang juga pendiri Wirausaha Inovatif Tuban ini terdorong untuk mengembalikan citra legen sebagai produk khas Bumi Ronggolawe.
Dia pun membuat inovasi agar legen asli bisa awet lebih lama dan lebih menarik di mata pembeli. Dimulai dengan mencari petani legen yang jujur, tapi sulit menjual produk mereka.
‘’Butuh aksi nyata berupa dukungan moril dan materiil agar petani legen tak punah,’’ ujarnya.
Untuk sementara, Hadi sudah menggandeng empat petani legen dari Desa Boto, Kecamatan Semanding dalam memproduksi Legennda, legen kemasan miliknya. Setiap bulannya, Hadi membeli ribuan liter legen dari para petani tersebut untuk dijual kembali dengan kemasan yang lebih steril dan tahan lama.
Dia ingin membuktikan bahwa petani legen bisa menjadi pekerjaan yang menjanjikan.
‘’Saya terbuka memberi ilmu kepada siapa saja yang ingin belajar jadi produsen legen asli,’’ tuturnya.
Lebih banyak lagi ilmu yang dibedah Hadi seputar legen. Kehadiran Hadi dalam Indepth Talk Podcast Radar Tuban tersebut akan tayang pekan depan di channel YouTube Radar Tuban. Ke depannya, lebih banyak narasumber hebat yang dihadirkan di Studio Jawa Pos Radar Tuban, Jalan Wahidin Sudirohusodo 59 Tuban. Agar tidak ketinggalan, bisa subscribe, like, komen, dan nyalakan loncengnya. (yud/ds)