Hanya butuh waktu sekitar 23 tahun bagi Dr. Sucipto SH, MH, M.Kn untuk menduduki jabatan tertinggi di pemerintahan. Mengawali karir sebagai pegawai Departemen Kehakiman pada April 1999 dengan pangkat IIA, kemarin (4/3) dia diangkat sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham). Adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H. Laoly yang mengukuhkan pada acara Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) di Graha Pengayoman, Jakarta Selatan.
———————————————————
DIHUBUNGI melalui sambungan telepon sesaat setelah dilantik, Sucipto berkali-kali menyampaikan ucapan syukur kepada Allah SWT atas amanah jabatan baru yang diemban.
”Alhamdulillah, jabatan ini adalah titipan. Mudah-mudahan saya bisa mengembannya dengan penuh tanggung jawab,” ujarnya menjawab pertanyaan Jawa Pos Radar Tuban.
Ditanya kiat suksesnya berkarir di pemerintahan, Sucipto mengungkapkan kesuksesan tersebut tidak bisa didapat secara instan. Kuncinya, kata dia, kegigihan membangun organisasi dengan prinsip inovasi dan berintegritas.
”Salah satu resep hidup ini bisa dijalankan dalam bidang apa pun. Baik bisnis, birokrasi, atau seniman,” tegas pria kelahiran Tuban itu.
Sucipto menegaskan, tanpa inovasi dan integritas, semua menjadi zero. Nol. Karena itu, kata dia, dalam membangun jati diri untuk mengejar dan mewujudkan cita-cita setidaknya harus mengendepankan sandaran utama kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Penyerahan kepada Sang Pencipta tersebut dibarengi dengan doa, usaha, dan niat yang baik. Itu karena setiap perbuatan dan perilaku yang kita jalankan akan berimbas dan terbalaskan.
”Manakala kita berbuat baik, insya Allah maka hasil dan balasannya dari Yang Maha Kuasa juga baik,” ujarnya.
Sucipto melanjutkan, semua yang kita kerjakan harus selalu dilakukan dengan semangat berinovasi. Inovasi yang kita tanam dan tancapkan pada lubuk hati yang paling dalam tersebut harus disertai dengan penuh integritas. Menurut pemahamannya, integritas adalah bentuk nilai kemanusiaan untuk menuju keberhasilan dan kesuksesan dalam hal apa pun.
”Tidak mungkin kita dipercaya oleh siapa pun tanpa adanya integritas. Artinya Semua capaian untuk mewujudkan cita-cita harus didasari dengan inovasi dan berintegritas dengan mengedepankan lima pilar,” ujar bapak dua anak itu.
Lima pilar itu apa saja? Pilar pertama, kata Sucipto, meyakini bahwa Tuhan adalah penguasa segala-galanya. Dia adalah maha kuasa. Kekuasaan-Nya mampu mengubah hal apa pun. Pilar kedua, diungkapkannya, kita harus selalu sehat. Sehat harus didasari dengan hati nurani yang bersih, tulus, ikhlas, dan syukur.
”Dengan kesehatan, kita mampu menguatkan ekonomi kita. Penguatan ekonomi ini harus didasari dengan langkah yang baik. Langkah yang memiliki nilai integritas dan kejujuran,” ujar pria kelahiran 25 Maret 1971 ini penuh filosofi.
Pilar ketiga, kata Sucipto, adalah sosial. Dia memaknai pilar tersebut sebagai sedekah, beramal, dan beradaptasi dengan siapa pun. Bermasyarakat yang baik. Tak memandang satu sama lain dan menjadikan bagian hidup ini bersama-sama.
”Suatu hal yang mustahil kalau kita tidak pernah mengedepankan kebersamaan,” tuturnya.
Pilar keempat, keluarga. Menurut Sucipto, pilar ini penting untuk membangun keluarga yang sakinah, mawadah, dan warohmah. Dia menyampaikan, kekurangan apa pun dalam sebuah keluarga adalah hal yang lumrah karena bagian dari kehidupan.
”Tugas kita adalah mengukuhkan, menjadikan kekeluargaan satu sama lain yang didasari dengan sosial tadi,” tegas birokrat yang menyelesaikan program pascasarjana notariat dengan tesis tentang hak waris terhadap anak hasil perkawinan campuran di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu.
Terakhir (kelima), Sucipto mengupas pentingnya selalu berpandangan dan berpikir positif kepada siapa pun. Karena dengan positif, kita berprasangka baik dengan siapa pun. Imbasnya, kesehatan kita semakin meningkat. Semua urusan dimudahkan karena pikiran yang positif tadi.
”Jangan disalahartikan, positif adalah sakit. Tetap positif di sini adalah cara pandangan dan berpikir kita terhadap siapa pun itu baik. Kalau kita memandang yang lain tidak baik dan tidak benar, maka kita tidak benar dan tidak punya integritas,” ujarnya.
‘’Saya minta saudara menjaga amanah, kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan oleh negara kepada saudara untuk menghadapi tantangan ke depan yang semakin berat dan kompleks,” ujar Yasonna pada sambutan pelantikan sebagaimana dikutip dari website Kemenkumham.
Yasonna meminta seluruh jajarannya untuk terus menjaga kesehatan sehingga tercapai Kemenkumham yang sehat dan produktif. Setiap kegiatan perkantoran, pelayanan publik dan aktivitas sosial lainnya juga harus memenuhi protokol kesehatan.
“Selanjutnya, dukung program Percepatan Ekonomi Nasional (PEN) Covid-19 agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tahun ini kita akan menjadi Presidensi G20 sehingga daerah seperti Bali harus mendukung kesuksesan acara ini,” tambah pria asal Nias tersebut.
Yasonna juga mengimbau jajarannya untuk senantiasa menjadi contoh bagi setiap pegawai yang dipimpinnya. Dan, meminta para pemimpin untuk selalu berkolaborasi dan menjaga martabat Kemenkumham.
“Jaga integritas Saudara dengan jujur. Tidak perlu kasak-kusuk ke kanan kiri depan belakang, yang penting tunjukkan prestasi untuk mendapatkan jabatan,” pungkasnya. (ds)