‘’Karena dulu ada kelompok yang mengubah kitab-kitab ulama terdahulu, jadi jika sudah mengaji matang dengan ulama kita di Nusantara, nanti bisa membandingkan apakah ada perubahan atau tidak pada kitab yang dikaji,’’ beber penulis buku Solusi Hukum Islam itu.
Kiai Marzuki juga menyinggung kontribusi ulama Nusantara di dunia. Dua di antaranya Syekh Nawawi Al Bantani yang menulis 126 kitab dan Syekh Mahfudz At Tarmasi.
Ketika berkunjung ke Perpustakaan Nasional Arab Saudi beberapa waktu lalu, dia mengaku diperlihatkan tafsir karya Sayyid Abdullah Asy’ari yang dijadikan kurikulum S-3 di King Abdul Aziz University.
‘’Kalau ini (kitab ulama Nusantara, Red) tidak direvitalisasi sebagai karya ulama Nusantara, maka masih ada anggapan kalau tidak ke Timur Tengah tidak keren,’’ sindirnya.
Sementara itu, Pengasuh Ponpes Sunan Bejagung KH Abdul Matin Djawahir Jawahir dalam sambutannya membeberkan sejarah pesantren yang diasuh.
Dia menceritakan, pesantrennya didirikan Sunan Bejagung atau Sayyid Abdullah Asy’ari pada 1360 di zaman Prabu Brawijaya IV.
Pesantren tersebut dihancurkan Belanda pada 1500. Setelah ratusan tahun hilang, di tanah eks Kasunanan Bejagung inilah, kata dia, pada 1998 dirinya kembali mendirikan pesantren yang ratusan tahun hilang itu. (fud/ds)
Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Tuban, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Tuban”. Caranya klik link join telegramradartuban. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.
‘’Karena dulu ada kelompok yang mengubah kitab-kitab ulama terdahulu, jadi jika sudah mengaji matang dengan ulama kita di Nusantara, nanti bisa membandingkan apakah ada perubahan atau tidak pada kitab yang dikaji,’’ beber penulis buku Solusi Hukum Islam itu.
Kiai Marzuki juga menyinggung kontribusi ulama Nusantara di dunia. Dua di antaranya Syekh Nawawi Al Bantani yang menulis 126 kitab dan Syekh Mahfudz At Tarmasi.
Ketika berkunjung ke Perpustakaan Nasional Arab Saudi beberapa waktu lalu, dia mengaku diperlihatkan tafsir karya Sayyid Abdullah Asy’ari yang dijadikan kurikulum S-3 di King Abdul Aziz University.
‘’Kalau ini (kitab ulama Nusantara, Red) tidak direvitalisasi sebagai karya ulama Nusantara, maka masih ada anggapan kalau tidak ke Timur Tengah tidak keren,’’ sindirnya.
Sementara itu, Pengasuh Ponpes Sunan Bejagung KH Abdul Matin Djawahir Jawahir dalam sambutannya membeberkan sejarah pesantren yang diasuh.
- Advertisement -
Dia menceritakan, pesantrennya didirikan Sunan Bejagung atau Sayyid Abdullah Asy’ari pada 1360 di zaman Prabu Brawijaya IV.
Pesantren tersebut dihancurkan Belanda pada 1500. Setelah ratusan tahun hilang, di tanah eks Kasunanan Bejagung inilah, kata dia, pada 1998 dirinya kembali mendirikan pesantren yang ratusan tahun hilang itu. (fud/ds)
Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Tuban, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Tuban”. Caranya klik link join telegramradartuban. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.