30.5 C
Tuban
Thursday, 17 April 2025
spot_img
spot_img

Sembahyang Rebutan di Kelenteng Tuban Diwarnai Protes Sejumlah Mantan Pengurus

TUBAN – Kemelut terpendam di internal Tempat Ibadah Tri Darma (TITD) Kwan Sing Bio Tuban Rabu (6/9) siang pecah.

Sekitar 30 menit menjelang sembahyang jit gwee pua atau arwah umum di altar yang dijadwalkan digelar pukul 11.00, sejumlah mantan pengurus kelenteng setempat memprotes Sujanto dan Ratna, dua pegawai pengelola tempat ibadah setempat.

‘’Mengapa wartawan televisi dilarang? Mengapa harus izin? Padahal, ini bukan (markas, Red) militer dan polisi. Ini tidak mengerti tata krama kelenteng. Kelenteng ini diubah,’’ protes Tjong Ping kepada Sujanto.

sembahyang-rebutan-di-kelenteng-tuban
DIGAMBARKAN ARWAH YANG BEREBUT DOA: Karyawan TITD Kwan Sing Bio Tuban membagikan tumpeng setelah sembahyang rebutan Rabu (6/9). (Dwi Setiyawan/Radar Tuban)

Masih belum puas, mantan ketua umum kelenteng periode 2003-2008 itu kemudian meminta dua mantan pengurus lain yang mendampingi, menyampaikan keluh-kesahnya.

Salah satunya Mardjojo, mantan pengurus bidang pengadaan lilin. Dia menanyakan alasan kelenteng tidak memfasilitasi umat yang mendapat undangan dari luar. Termasuk melarang mobil kelenteng mengantar.

‘’Tidak ada yang melarang. Minta izin dulu, apa tujuannya?’’ kata Sujanto menjawab protes Tjong Ping terkait larangan wartawan televisi meliputi.

Di hadapan mantan pengurus dan umat, pegawai yang ditugaskan Soedomo Mergonoto, salah satu pengelola kelenteng itu juga menjelaskan kalau selama ini telah memberangkatkan umat yang ditunjuk untuk mewakili kelenteng.

Baca Juga :  Media Visit ke Yamaha dan XL Axiata

‘’Kamu diundang berangkat tidak? Ini buktinya,’’ ungkap pria bernama keturunan Jing Hay itu sambil menunjuk salah satu umat di sebelah kirinya.

Protes pun melebar. Mardjojo kembali mengungkapkan, Sujanto dan Ratna tidak pernah berkomunikasi dengan mantan pengurus dan umat. Keduanya yang dinilai tidak tahu tata cara mengatur kelenteng, justru mengatur-atur sendiri.

Protes lain yang dilayangkan mantan pengurus dan sejumlah umat terkait penutupan gerbang kelenteng.

‘’Tidak (hanya) ulang tahun, setiap hari gerbang harus dibuka,’’ tambah Gunawan Putra Wirawan, mantan ketua umum kelenteng.

Terkait protes tersebut, Sujanto membantah.

‘’Aku tidak pernah (melarang). Aku tidak punya wewenang. Semua saya serahkan anak-anak. Semua dijalankan,’’ jawabnya.

Kepada mantan pengurus dan umat, Ratna, pegawai pengelola, menyampaikan kelenteng baru pembenahan.

Dia mengatakan, pengelola memikirkan biaya operasional Rp 150 juta per bulan. Itu belum termasuk biaya operasinal lain, kurang lebih Rp 50 juta.

‘’Kita juga harus bayar utang lilin,’’ beber dia.

Baca Juga :  Tak Hanya Desa Sokosari, Semua Bebas Gelar Seleksi Perades Mandiri

Ratna juga mengatakan, kalau kelenteng sudah banyak uangnya, semua dibiayai. Untuk urusan sembahyang, dia menyebut semua diserahkan kepada mantan pengurus dan umat.

Turunnya sejumlah mantan pengurus kelenteng juga memprotes diubahnya ritual sembahyang rebutan. Kalau selama ini, persembahan ditempatkan di depan bangunan altar, sekarang hanya di dalam.

Protes ini pun direspons. Setelah sebagian meja altar dikeluarkan berikut sesajinya, protes pun mereda.

Mantan pengurus dan umat pun mengikuti sembahyang bersama.

Dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Soedomo Mergonoto mengatakan, terkait ritual sembahyangan, pengelola kelenteng mengikuti hal yang sudah berjalan.

‘’Pengelola tidak mengurangi. Semua ikut tradisi yang lama,’’ ujarnya.

Seperti diberitakan, sekarang ini merupakan tahun kedua TITD Kwan Sing Bio Tuban dikelola trio pengusaha Surabaya, Soedomo Mergonoto (CEO PT Kapal Api Global), Alim Markus (owner Maspion Group) dan Paulus Welly Afandi (pengusaha Tionghoa asal Surabaya). Itu setelah pengurus sebelumnya menyerahkan kepada mereka pada 1 April 2022 seiring kemelut berkepanjangan yang terjadi di internal pengurus kelenteng. (ds)

TUBAN – Kemelut terpendam di internal Tempat Ibadah Tri Darma (TITD) Kwan Sing Bio Tuban Rabu (6/9) siang pecah.

Sekitar 30 menit menjelang sembahyang jit gwee pua atau arwah umum di altar yang dijadwalkan digelar pukul 11.00, sejumlah mantan pengurus kelenteng setempat memprotes Sujanto dan Ratna, dua pegawai pengelola tempat ibadah setempat.

‘’Mengapa wartawan televisi dilarang? Mengapa harus izin? Padahal, ini bukan (markas, Red) militer dan polisi. Ini tidak mengerti tata krama kelenteng. Kelenteng ini diubah,’’ protes Tjong Ping kepada Sujanto.

sembahyang-rebutan-di-kelenteng-tuban
DIGAMBARKAN ARWAH YANG BEREBUT DOA: Karyawan TITD Kwan Sing Bio Tuban membagikan tumpeng setelah sembahyang rebutan Rabu (6/9). (Dwi Setiyawan/Radar Tuban)

Masih belum puas, mantan ketua umum kelenteng periode 2003-2008 itu kemudian meminta dua mantan pengurus lain yang mendampingi, menyampaikan keluh-kesahnya.

Salah satunya Mardjojo, mantan pengurus bidang pengadaan lilin. Dia menanyakan alasan kelenteng tidak memfasilitasi umat yang mendapat undangan dari luar. Termasuk melarang mobil kelenteng mengantar.

- Advertisement -

‘’Tidak ada yang melarang. Minta izin dulu, apa tujuannya?’’ kata Sujanto menjawab protes Tjong Ping terkait larangan wartawan televisi meliputi.

Di hadapan mantan pengurus dan umat, pegawai yang ditugaskan Soedomo Mergonoto, salah satu pengelola kelenteng itu juga menjelaskan kalau selama ini telah memberangkatkan umat yang ditunjuk untuk mewakili kelenteng.

Baca Juga :  Warga Pro Kades Bunut Geruduk Lapas

‘’Kamu diundang berangkat tidak? Ini buktinya,’’ ungkap pria bernama keturunan Jing Hay itu sambil menunjuk salah satu umat di sebelah kirinya.

Protes pun melebar. Mardjojo kembali mengungkapkan, Sujanto dan Ratna tidak pernah berkomunikasi dengan mantan pengurus dan umat. Keduanya yang dinilai tidak tahu tata cara mengatur kelenteng, justru mengatur-atur sendiri.

Protes lain yang dilayangkan mantan pengurus dan sejumlah umat terkait penutupan gerbang kelenteng.

‘’Tidak (hanya) ulang tahun, setiap hari gerbang harus dibuka,’’ tambah Gunawan Putra Wirawan, mantan ketua umum kelenteng.

Terkait protes tersebut, Sujanto membantah.

‘’Aku tidak pernah (melarang). Aku tidak punya wewenang. Semua saya serahkan anak-anak. Semua dijalankan,’’ jawabnya.

Kepada mantan pengurus dan umat, Ratna, pegawai pengelola, menyampaikan kelenteng baru pembenahan.

Dia mengatakan, pengelola memikirkan biaya operasional Rp 150 juta per bulan. Itu belum termasuk biaya operasinal lain, kurang lebih Rp 50 juta.

‘’Kita juga harus bayar utang lilin,’’ beber dia.

Baca Juga :  Waspada, Gelombang Tinggi dan Hujan Disertai Angin Akan Terjadi Bersamaan

Ratna juga mengatakan, kalau kelenteng sudah banyak uangnya, semua dibiayai. Untuk urusan sembahyang, dia menyebut semua diserahkan kepada mantan pengurus dan umat.

Turunnya sejumlah mantan pengurus kelenteng juga memprotes diubahnya ritual sembahyang rebutan. Kalau selama ini, persembahan ditempatkan di depan bangunan altar, sekarang hanya di dalam.

Protes ini pun direspons. Setelah sebagian meja altar dikeluarkan berikut sesajinya, protes pun mereda.

Mantan pengurus dan umat pun mengikuti sembahyang bersama.

Dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Soedomo Mergonoto mengatakan, terkait ritual sembahyangan, pengelola kelenteng mengikuti hal yang sudah berjalan.

‘’Pengelola tidak mengurangi. Semua ikut tradisi yang lama,’’ ujarnya.

Seperti diberitakan, sekarang ini merupakan tahun kedua TITD Kwan Sing Bio Tuban dikelola trio pengusaha Surabaya, Soedomo Mergonoto (CEO PT Kapal Api Global), Alim Markus (owner Maspion Group) dan Paulus Welly Afandi (pengusaha Tionghoa asal Surabaya). Itu setelah pengurus sebelumnya menyerahkan kepada mereka pada 1 April 2022 seiring kemelut berkepanjangan yang terjadi di internal pengurus kelenteng. (ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radarbisnis.com

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Bisnis WhatsApp Channel : https:http://bit.ly/3DonStL. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img