28.7 C
Tuban
Friday, 22 November 2024
spot_img
spot_img

UMM Bentuk Satgas PMK, Pastikan Kesehatan Hewan Kurban

spot_img

KESEHATAN hewan kurban menjadi hal krusial dalam perayaan Idul Adha. Karena itu, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melakukan langkah-langkah konkret dengan menurunkan tim Satgas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Hewan Ternak. Salah satu tugas tim ini adalah memastikan bahwa hewan yang akan disembelih sehat dan tidak berbahaya bagi umat.

Ketua Satgas PMK UMM Prof. Dr. drh. Lili Halizar, M.S. mengatakan, pihaknya menerima beberapa permintaan pengawasan dalam pelaksanaan kurban. Mulai dari daerah Sengkaling hingga Kabupaten Lumajang.

Lili, sapaan akrabnya juga telah menyiapkan peralatan, termasuk obat-obatan dan vitamin yang akan diberikan kepada hewan ternak maupun hewan kurban. ‘’Selain dosen, kami juga akan dibantu oleh beberapa mahasiswa dalam upaya memastikan kesehatan hewan kurban yang akan disembelih. Dengan begitu, para masyarakat bisa lebih tenang dan mendapatkan edukasi yang lebih baik terkait virus PMK,’’ ujarnya.

Satgas UMM juga akan segera terjun ke daerah lain di Kabupaten Malang dan Lumajang. Lili menjadwalkan Senin (11/7) Kampus Putih UMM akan mengirimkan tim PMK ke Tumpang. Kemudian dilanjutkan menuju Jabung, Pujon hingga Lumajang. Pada hari-hari berikutnya, tim akan memberikan edukasi, bantuan obat dan vitamin, serta memotivasi para peternak yang saat ini sedang merasa pesimis.

Terkait proses kurban, dia mengingatkan agar para panitia di lokasi penyembelihan untuk lebih berhati-hati dalam menerapkan sistem yang tepat. Dengan demikian, virus PMK tidak menular ke ternak-ternak lain di wilayah tersebut. ‘’Jangan sampai tempat penyembelihan malah menjadi tempat utama penularan PMK,’’ tegas ketua Satgas PMK UMM itu.

Baca Juga :  Satu TPS di Lombok Timur Gelar Pemungutan Suara Ulang

Lebih lanjut Lilik menyampaikan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan panitia. Dimulai dengan kesadaran bahwa setiap petugas bisa menjadi medium penularan virus PMK melalui tangan, pakaian, dan sepatu. Pun dengan peralatan yang digunakan selama proses kurban seperti pisau dan plastik.

Untuk alat-alat tersebut, Lili mengimbau untuk mencucinya dengan sabun dan disemprot desinfektan. Sementara untuk plastik, ia menganjurkan untuk membakar atau mencuci bersih sebelum dibuang ke tempat sampah. ‘’Bayangkan jika plastik bekas kurban dibuang begitu saja. Ketika ada hewan ternak yang menjilatnya, maka sudah barang tentu akan tertular dan terus menularkannya ke ternak-ternak lain.

Pun dengan proses pencucian jeroan yang biasanya dilakukan di sungai. Hal itu akan mencemari lingkungan serta meningkatkan risiko virus yang menjangkiti hewan ternak lain,’’ tegas dosen asli Subang, Jawa Barat itu.

Lilik juga memberikan opsi menggali tanah dan mencuci jeroan di dalamnya. Ketika selesai, lubang tersebut dapat dikubur kembali dan dituangi dengan kapur. Hal itu  karena virus PMK akan mati saat terkena bahan asam maupun basa.

Baca Juga :  BMKG : Gelombang Tinggi Masih Berpotensi di Selatan Jabar-DIY

Pembatasan masyarakat yang datang ke lokasi penyembelihan, lanjut dia, juga harus dilakukan. Paling tidak dengan memberi pagar agar warga tidak terlalu dekat. Begitu juga dengan para panitia harus membersihkan diri dan disemprot desinfektan agar virus PMK mati.

Di bagian lain, Lili kembali menjelaskan ciri-ciri ternak yang terjangkit PMK. Hal pertama yang bisa dilihat adalah ketidakmampuan ternak untuk berdiri tegak. Kemudian adanya pendarahan di daerah mulut, hidung, serta rektum. Menurut dia, keluarnya air liur yang berlebihan merupakan tanda adanya infeksi pada hewan tersebut.

‘’Meski demikian, menurut surat edaran menteri agama dan fatwa Muhammadiyah, hewan kurban yang terjangkit PMK boleh disembelih. Selama masih berada di tahap ringan dan tak mengkhawatirkan. Paling tidak masih bisa berdiri dengan baik dan tidak ambruk serta kuku-kukunya terlihat aman,’’ tuturnya.

Terkait cara memasak dagingnya, Lili menekankan kepada masya rakat agar merebus daging minimal 70 derajat Celcius dalam waktu 30 menit. Hal itu karena virus PMK akan mati jika dipanaskan pada suhu dan jangka waktu tersebut. Lili memastikan bahwa sampai saat ini virus PMK tidak membahayakan bagi kesehatan manusia.

‘’Selama cara memasaknya sudah benar, daging yang dikonsumsi tentu akan aman-aman saja dan bisa dimakan seperti biasa,’’ pungkasnya. (*/ds)

KESEHATAN hewan kurban menjadi hal krusial dalam perayaan Idul Adha. Karena itu, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melakukan langkah-langkah konkret dengan menurunkan tim Satgas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Hewan Ternak. Salah satu tugas tim ini adalah memastikan bahwa hewan yang akan disembelih sehat dan tidak berbahaya bagi umat.

Ketua Satgas PMK UMM Prof. Dr. drh. Lili Halizar, M.S. mengatakan, pihaknya menerima beberapa permintaan pengawasan dalam pelaksanaan kurban. Mulai dari daerah Sengkaling hingga Kabupaten Lumajang.

Lili, sapaan akrabnya juga telah menyiapkan peralatan, termasuk obat-obatan dan vitamin yang akan diberikan kepada hewan ternak maupun hewan kurban. ‘’Selain dosen, kami juga akan dibantu oleh beberapa mahasiswa dalam upaya memastikan kesehatan hewan kurban yang akan disembelih. Dengan begitu, para masyarakat bisa lebih tenang dan mendapatkan edukasi yang lebih baik terkait virus PMK,’’ ujarnya.

Satgas UMM juga akan segera terjun ke daerah lain di Kabupaten Malang dan Lumajang. Lili menjadwalkan Senin (11/7) Kampus Putih UMM akan mengirimkan tim PMK ke Tumpang. Kemudian dilanjutkan menuju Jabung, Pujon hingga Lumajang. Pada hari-hari berikutnya, tim akan memberikan edukasi, bantuan obat dan vitamin, serta memotivasi para peternak yang saat ini sedang merasa pesimis.

Terkait proses kurban, dia mengingatkan agar para panitia di lokasi penyembelihan untuk lebih berhati-hati dalam menerapkan sistem yang tepat. Dengan demikian, virus PMK tidak menular ke ternak-ternak lain di wilayah tersebut. ‘’Jangan sampai tempat penyembelihan malah menjadi tempat utama penularan PMK,’’ tegas ketua Satgas PMK UMM itu.

- Advertisement -
Baca Juga :  Sandiaga Uno Ucapkan Terima Kasih untuk CoE UMM

Lebih lanjut Lilik menyampaikan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan panitia. Dimulai dengan kesadaran bahwa setiap petugas bisa menjadi medium penularan virus PMK melalui tangan, pakaian, dan sepatu. Pun dengan peralatan yang digunakan selama proses kurban seperti pisau dan plastik.

Untuk alat-alat tersebut, Lili mengimbau untuk mencucinya dengan sabun dan disemprot desinfektan. Sementara untuk plastik, ia menganjurkan untuk membakar atau mencuci bersih sebelum dibuang ke tempat sampah. ‘’Bayangkan jika plastik bekas kurban dibuang begitu saja. Ketika ada hewan ternak yang menjilatnya, maka sudah barang tentu akan tertular dan terus menularkannya ke ternak-ternak lain.

Pun dengan proses pencucian jeroan yang biasanya dilakukan di sungai. Hal itu akan mencemari lingkungan serta meningkatkan risiko virus yang menjangkiti hewan ternak lain,’’ tegas dosen asli Subang, Jawa Barat itu.

Lilik juga memberikan opsi menggali tanah dan mencuci jeroan di dalamnya. Ketika selesai, lubang tersebut dapat dikubur kembali dan dituangi dengan kapur. Hal itu  karena virus PMK akan mati saat terkena bahan asam maupun basa.

Baca Juga :  KIB Tandatangi Kerja Sama, Golkar Sambut Sahabat PAN dan PPP

Pembatasan masyarakat yang datang ke lokasi penyembelihan, lanjut dia, juga harus dilakukan. Paling tidak dengan memberi pagar agar warga tidak terlalu dekat. Begitu juga dengan para panitia harus membersihkan diri dan disemprot desinfektan agar virus PMK mati.

Di bagian lain, Lili kembali menjelaskan ciri-ciri ternak yang terjangkit PMK. Hal pertama yang bisa dilihat adalah ketidakmampuan ternak untuk berdiri tegak. Kemudian adanya pendarahan di daerah mulut, hidung, serta rektum. Menurut dia, keluarnya air liur yang berlebihan merupakan tanda adanya infeksi pada hewan tersebut.

‘’Meski demikian, menurut surat edaran menteri agama dan fatwa Muhammadiyah, hewan kurban yang terjangkit PMK boleh disembelih. Selama masih berada di tahap ringan dan tak mengkhawatirkan. Paling tidak masih bisa berdiri dengan baik dan tidak ambruk serta kuku-kukunya terlihat aman,’’ tuturnya.

Terkait cara memasak dagingnya, Lili menekankan kepada masya rakat agar merebus daging minimal 70 derajat Celcius dalam waktu 30 menit. Hal itu karena virus PMK akan mati jika dipanaskan pada suhu dan jangka waktu tersebut. Lili memastikan bahwa sampai saat ini virus PMK tidak membahayakan bagi kesehatan manusia.

‘’Selama cara memasaknya sudah benar, daging yang dikonsumsi tentu akan aman-aman saja dan bisa dimakan seperti biasa,’’ pungkasnya. (*/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img