TUBAN – Selama Oktober, Kabupaten Tuban mengalami inflasi sebesar 0,20 persen. Secara month-to-month, kenaikan harga beras selama sebulan terakhir menjadi penyumbang inflasi terbesar.
Statistisi Muda BPS Tuban Ika Rahmawati mengatakan, ada sepuluh komoditas terbesar sebagai penyumbang inflasi di Tuban.
Dari sepuluh besar tersebut, kenaikan harga beras tercatat sebagai penyumbang inflasi terbesar, yakni 0,12 persen.
‘’Dari sisi kenaikan harga memang hanya sekitar 2,60 persen. Tapi karena beras menjadi kebutuhan banyak orang, sehingga jadi penyumbang inflasi terbesar,’’ katanya kepada Jawa Pos Radar Tuban.
Penyumbang inflasi terbesar berikutnya disusul akibat kenaikan harga cabai. Harga cabai yang mengalami kenaikan sekitar 20,20 persen secara month to month memicu inflasi sebesar 0,06.
Berikutnya, rokok kretek filter menyumbang inflasi sebesar 0,05 persen dari kenaikan harga sekitar 1,53 persen; dan bensin non subsidi 0,04 persen dari kenaikan harga 0,69 persen.
Komoditas lain yang juga termasuk penyumbang inflasi terbesar, yakni bakso siap santap sebesar 0,03, emas perhiasan 0,02 persen, dan sate 0,03 persen.
Sedangkan gula pasir, ikan lele, dan semen menyumbang 0,001 persen.
‘’Dari sekian penyumbang inflasi, komoditas pangan paling mendominasi,’’ terang dia.
Mengapa komoditas pangan menjadi penyumbang inflasi terbesar, lulusan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya itu menjelaskan bahwa inflasi sejalan dengan kebutuhan masyarakat.
Artinya, semakin tinggi barang yang dibutuhkan masyarakat, maka semakin tinggi potensi inflasinya.
Hal ini terbukti dari kenaikan harga beras sebagai penyumbang inflasi terbesar.
‘’Karena beras banyak dibutuhkan masyarakat,’’ tandasnya. (zia/tok)