Pejabat perempuan kelahiran 1969 ini menegaskan, penanganan dari pihaknya untuk sapi-sapi terjangkit LSD akan dilakukan sebaik-baiknya. Melibatkan para medis veteriner. Namun, penanganan bukan jaminan.
Pipin menuturkan, paling penting menghadapi wabah LSD ini, para peternak melakukan langkah-langkah terapi suportif. Meliputi, meningkatkan daya tahan tubuh sapi, menangani gejala yang timbul, mengurangi resiko penularan.
Pejabat berkantor di DKP2P Tuban Jalan Bogorejo ini melanjutkan, kandang dan pakan sapi juga harus bersih.
Peternak ketika bersinggunggan langsung dengan sapi pun harus steril. Terkhusus kandang, terang dia, musim ini harus benar-benar diperhatikan. Ini musim masih kerap hujan. Kandang lembab. Pertumbuhan virus cepat.
‘’Kalau bisa, (kondisi kandang, Red) harus selalu kering agar kelembaban dan pertumbuhan virusnya rendah,’’ pungkasnya.
Ihwal vaksin LSD, Pipin mengatakan, hingga kini belum tersedia. Masih menunggu alokasi pemerintah pusat atau Pemerintah Provinsi Jawa Timur selaku pihak yang lebih berotoritas mengenai hal tersebut.
Untuk diketahui, 650 ekor sapi terjangkit LSD terhitung sejak Januari hingga pekan ini, sekitar 165 ekor di antaranya hingga kini masih sakit, 2 ekor mati, dan 1 potong paksa. Selebihnya sembuh. (sab/tok)
Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Tuban, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Tuban”. Caranya klik link join telegramradartuban. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.