Masih kata Mas Lindra—sapaan akrabnya—perkembangan TPT Tuban pada 2017–2022 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi semakin berkualitas (inklusif ).
Kendati demikian, pemkab tetap berupaya mendorong perusahaan yang berinvestasi di Tuban untuk mengutamakan tenaga kerja lokal sebanyak-banyaknya.
‘’Perusahaan yang berinvestasi di Tuban harus memprioritaskan warga sekitar untuk bekerja, sehingga TPT ini bisa terus berkurang,’’ ujarnya.
Data tersebut relate dengan yang disampaikan Plt Kepala Disdik Tuban Joko Sarwono kepada Jawa Pos Radar Tuban beberapa hari lalu.
Joko mengatakan, banyak siswa tamat SD tak melanjutkan ke jenjang selanjutnya karena sudah bekerja. Sebagian besar dari lulusan SD ini diajak bekerja oleh keluarganya di pertambangan kumbung, nelayan, petani, dan sebagainya.
‘’Meski sudah bekerja, pemkab terus berupaya agar mereka ikut ke setaraan dengan kejar paket A, B, atau C, tetap harus berpendidikan tinggi,’’ tegas dia.
Pejabat yang juga asisten pemerintahan dan kesejahteraan Setda Tuban ini melanjutkan, berdasarkan data 2018–2020, terdata sebanyak 3.923 anak putus sekolah atau tidak melanjutkan ke SMP.
Setelah dilakukan pendataan ulang, ribuan anak tersebut tidak melanjutkan sekolah karena sudah diajak bekerja oleh keluarganya. Saat didorong untuk kembali melanjutkan studi, sebagian besar dari mereka menolak. Sehingga solusi satu-satunya adalah pendidikan kesetaraan.
‘’Ribuan siswa putus sekolah ini tidak hanya dari SD, tapi juga dari MI,’’ ungkapnya. (yud/tok)
Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Tuban, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Tuban”. Caranya klik link join telegramradartuban. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.