Radartuban.jawapos.com – Dampak keterlambatan pasokan BBM jenis solar mulai dirasakan nelayan di pesisir Tuban. Bahkan, belakangan ini sejumlah nelayan tidak bisa melaut karena kesulitan mendapat solar.
Ketua Rukun Nelayan (RN) Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Tuban Ahmad Khusnul Abidin membenarkan sulitnya nelayan mendapatkan solar tersebut. Kondisi ini sudah berlangsung sekitar bulan terakhir.
‘’Terparah sepekan terakhir ini,’’ katanya kepada Jawa Pos Radar Tuban kemarin (11/8).
Akibatnya, terang Khusnul, banyak nelayan yang tidak bisa melaut. Di Kelurahan Sidomulyo, misalnya, kurang lebih ada 225 nelayan yang kini nasibnya terkatung-katung.
‘’Biasanya beli eceran masih bisa, tapi sekarang sulit sekali mendapat solar,’’ ujarnya.
Khusnul menduga, sulitnya mendapat solar ini karena stok solar di SPBU dibatasi. Juga sebab aturan yang semakin mempersulit nelayan untuk membeli solar.
‘’Sekarang ada aturan kalau membeli solar harus mendapatkan rekomendasi dari kepala desa dan dinas terkait. Inilah yang membuat nelayan repot,’’ keluhnya.
Parahnya lagi, lanjut dia, rekomendasi membeli solar tersebut hanya berlaku satu bulan.
‘’Setelah satu bulan harus minta rekom lagi. Semakin ribet,’’ tandasnya.
Lebih lanjut Khusnul mengatakan, jika kondisi ini terus berlarut, nasib nelayan akan semakin terkatung-katung. Belum lagi, pembelian solar juga dibatasi.
‘’Bagaimana bisa melaut dengan bebas, kalau solar saja dibatasi,’’ keluhnya berharap segera ada solusi dari pemerintah demi nasib nelayan.
Arif, salah satu nelayan Desa Sidomulyo, Kecamatan Tuban ini mengatakan, jika kondisi seperti ini terus berlarut, sangat mungkin nelayan terbelit utang. Sebab, tidak ada mata pencaharian lagi selain melaut.
‘’Untuk saat ini masih bertahan dengan kondisi ekonomi seadanya, tapi tidak tahu nanti. Semoga saja permasalahan solar ini segera ada solusi,’’ harapannya.
Ditegaskan Arif, nelayan sungguh sangat mengeluh dengan kondisi seperti ini. Pasalnya, kini beban nelayan tidak hanya persoalan mendapat tangkapan atau tidak, tapi bagaimana bisa memperoleh solar.
‘’Sebelum berangkat melaut sudah dibikin susah. Harus antre berjam-jam dulu untuk mendapatkan solar,’’ keluhnya.
Terpisah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP) Tuban Eko Arif Yulianto mengatakan, masalah solar ini merupakan problem nasional. Tidak hanya terjadi di Tuban saja. Pun soal aturan surat rekomendasi, juga tidak hanya berlaku di Kota Legen saja.
‘’Soal ketersediaan solar itu bukan kewenangan kami. Yang jelas, kami selalu memberikan kemudahan surat rekomendasi kepada nelayan,’’ terang dia.
Pengawas SPBU Dasin, Desa Sugihwaras, Kecamatan Jenu, Asnan Thohari mengatakan, sebenarnya tidak ada kelangkaan solar. Namun, terang dia, memang ada pembatasan
pembelian. Di SPBU Dasin misalnya, hanya mendapat jatah 30-40 ribu liter per hari. Padahal, pasokan yang diterima biasanya mencapai 60 ribu liter.
‘’Itu (pembatasan, Red) sesuai dengan program agar BBM subsidi tepat sasaran,’’ katanya. (fud/tok)