Sekarang ini memasuki tahun kedua Tempat Ibadah Tri Darma (TITD) Kwan Sing Bio Tuban dikelola trio pengusaha sukses Surabaya, Soedomo Mergonoto (CEO PT Kapal Api Global), Alim Markus (owner Maspion Group) dan Paulus Welly Afandi (pengusaha Tionghoa asal Surabaya). Seperti apa kondisi kelenteng terbesar se-Asia Tenggara tersebut setelah umat Tuban tidak dilibatkan dalam pengelolaannya? Berikut wawancara eksklusif wartawan Jawa Pos Radar Tuban Dwi Setiyawan dengan Soedomo Mergonoto ketika menghadiri peringatan kelahiran ke-1863 Kongco Kwan Sing Tee Koen di TITD Kwan Sing Bio Tuban, Kamis (10/8).
Apa yang sudah diperbuat pengelola setelah mengambil alih kelenteng sejak 1 April 2022 silam?
Karena kemelut antardua kubu, kelenteng diserahkan kepada tiga orang Surabaya. Sehingga, untuk sementara orang-orang Tuban tidak diikutkan dalam pengelolaan. Setelah mengambil alih, pertama yang kami lakukan adalah mendata karyawan. Mereka harus diperhatikan dulu.
Itu karena selama kelenteng ditutup, sejumlah karyawan beberapa tahun tidak digaji. Ada yang gajinya terlambat dan sebagian masih nunggak. Semua dilunasi!
Apakah pengelola melakukan pembenahan terhadap prosesi ritual?
Saya tidak begitu paham ritual. Karena itu, kita serahkan kepada orang-orang (umat, Red.) Tuban. Apa yang dulu dikerjakan, tetap kita laksanakan. Kita tidak mengurangi.
Langkah lain?
Orang yang mau menyumbang kita tertibkan. Sehingga, yang di kelenteng bukan untuk mencari uang. Kalau ada kekurangannya, kita carikan donatur.
Perbaikan sarana dan prasarana yang sudah dilakukan pengelola?
Gedung kita diperbaiki. Masak, satu ruangan (penginapan, Red) untuk 400 orang. Tidak ada jendelanya. Tertutup. Ruangan kan perlu sirkulasi udara. Begitu tamu pulang, jendela dibuka.
Sekarang ini memasuki tahun kedua Tempat Ibadah Tri Darma (TITD) Kwan Sing Bio Tuban dikelola trio pengusaha sukses Surabaya, Soedomo Mergonoto (CEO PT Kapal Api Global), Alim Markus (owner Maspion Group) dan Paulus Welly Afandi (pengusaha Tionghoa asal Surabaya). Seperti apa kondisi kelenteng terbesar se-Asia Tenggara tersebut setelah umat Tuban tidak dilibatkan dalam pengelolaannya? Berikut wawancara eksklusif wartawan Jawa Pos Radar Tuban Dwi Setiyawan dengan Soedomo Mergonoto ketika menghadiri peringatan kelahiran ke-1863 Kongco Kwan Sing Tee Koen di TITD Kwan Sing Bio Tuban, Kamis (10/8).
Apa yang sudah diperbuat pengelola setelah mengambil alih kelenteng sejak 1 April 2022 silam?
Karena kemelut antardua kubu, kelenteng diserahkan kepada tiga orang Surabaya. Sehingga, untuk sementara orang-orang Tuban tidak diikutkan dalam pengelolaan. Setelah mengambil alih, pertama yang kami lakukan adalah mendata karyawan. Mereka harus diperhatikan dulu.
Itu karena selama kelenteng ditutup, sejumlah karyawan beberapa tahun tidak digaji. Ada yang gajinya terlambat dan sebagian masih nunggak. Semua dilunasi!
Apakah pengelola melakukan pembenahan terhadap prosesi ritual?
Saya tidak begitu paham ritual. Karena itu, kita serahkan kepada orang-orang (umat, Red.) Tuban. Apa yang dulu dikerjakan, tetap kita laksanakan. Kita tidak mengurangi.
Langkah lain?
Orang yang mau menyumbang kita tertibkan. Sehingga, yang di kelenteng bukan untuk mencari uang. Kalau ada kekurangannya, kita carikan donatur.
- Advertisement -
Perbaikan sarana dan prasarana yang sudah dilakukan pengelola?
Gedung kita diperbaiki. Masak, satu ruangan (penginapan, Red) untuk 400 orang. Tidak ada jendelanya. Tertutup. Ruangan kan perlu sirkulasi udara. Begitu tamu pulang, jendela dibuka.