SUDAH banyak tulisan yang menguatkan bahwa Tuban dulunya adalah kota pelabuhan perdagangan internasional. Namun, tak sedikit yang meragukannya seiring minimnya bukti sejarah. Salah satu yang sempat meragukan adalah Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur saat melakukan studi di Tuban pada akhir tahun lalu.
Dalam kunjungannya ke Tuban, tim BPCB Jatim mempertanyakan banyak hal untuk memvalidasi sejarah Tuban sebagai eks kota pelabuhan. Wajarnya sebuah penelitian, berbagai pertanyaan yang meragukan Bumi Ronggolawe sebagai eks kota pelabuhan dilontarkan tim BPCB.
Berikut jawaban kurator Museum Kambang Putih, Rony Firman Firdaus yang meyakini Tuban sebagai kota eks pelabuhan dengan sejumlah data dan bukti sejarah.
Apa bukti Tuban pernah jadi kota pelabuhan?
Tulisan pada Prasasti Kambang Putih peninggalan 1050 masehi yang saat ini disimpan di Museum Gajah Nasional. Pada prasasti tersebut tertulis terjadi perbaikan pelabuhan. Bukti lain penemuan jangkar. Setidaknya sudah lima jangkar yang teridentifikasi di perairan Kecamatan Bancar. Dua jangkar disimpan Museum Kambang Putih, dua jangkar disimpan di Museum Mpu Tantular Sidoarjo, dan satu jangkar di Desa/Kecamatan Bancar.
Kenapa tidak ada sisa bangunan pelabuhan?
Pelabuhan di Tuban kemungkinan ada sejak abad ke-IX. Artinya sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Dalam waktu selama itu, tidak mungkin bangunan masih berdiri utuh. Apa lagi bangunan tempo itu didominasi rumah kayu.
Tuban kan tidak memiliki laut dalam?
Kembali lagi. Tuban memiliki pelabuhan pada ribuan tahun silam. Selama ini ada pendangkalan lautan hingga akhinya pelabuhan berpindah dan tidak ada lagi di Tuban. Untuk meneliti masa lalu, maka pikiran kita juga harus dikembalikan ke masa lalu.
Di mana titik pasti pelabuhan Tuban tempo dulu?
Dugaan pertama, pelabuhan berada di Kecamatan Bancar jika melihat dari bukti banyaknya jangkar di perairan laut kecamatan tersebut. Mengingat banyak sejarah mencatat Tuban dan Lasem merupakan tempat yang banyak ditinggali warga yang bekerja sebagai pembuat perahu dan kapal. Ada juga yang menyebut pelabuhan berada di Kecamatan Jenu, namun lokasi ini kurang kuat buktinya. Kemungkinan yang paling masuk akal, sangat mungkin pelabuhan berada di sekitar Kelurahan Kingking, Kecamatan Tuban. Jika melihat toponimi dan realitas, kawasan Kajongan mulai dari Jembatan Mangunjoyo masuk ke pemukiman yang kini ber nama Dukuh Kajongan, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Tuban sangat mungkin jadi lokasi pelabuhan. Di perairan sekitar lokasi tersebut juga banyak ditemukan barang-barang peningga lan kapal dagang China.
Apa saja peninggalan tersebut?
Beragam. Mulai mangkuk, uang koin, senjata perang, hingga perlengkapan makan.
Kenapa sekarang tidak ada pembuat kapal dari Tuban?
Tidak semua ilmu dari nenek moyang berhasil diwariskan turun-temurun. Kondisi ini diperparah saat Indonesia dijajah Belanda yang membuat kemiskinan membeludak. Banyak keluarga yang fokus mencari makan, sehingga tidak sempat untuk mencari ilmu. Kondisi sulit ini bertahan hingga ratusan tahun yang membuat banyak ilmu nenek moyang tak turun ke anak cucunya.
Bagaimana jika BPCB memutuskan Tuban bukan kota eks pelabuhan?
Itulah dinamika sejarah. Sejarah ada karena ada campur tangan penguasa. Banyak sejarah kita yang dibelokkan saat Belanda menguasai Indonesia. Sehingga sangat mungkin sejarah besar tanah air akan terkubur begitu saja jika ada yang mengubah cerita sejarah tersebut. (yud/ds)