TUBAN, Radar Tuban – Pelaksanaan Car Free Night (CFN) yang direncanakan rutin digelar tiap Sabtu malam sepertinya sulit direalisasikan.
Setelah diliburkan selama Ramadan, CFN belum ada kejelasan; apakah berlanjut, dihentikan, atau diganti dengan acara lain. Pada Sabtu (7/5) malam pekan lalu, CFN belum diselenggarakan kembali.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga, serta Pariwisata (Disbudporapar) Tuban M. Emawan Putra mengatakan, dalam pelaksanaan CFN banyak hal yang harus dibenahi. Sejauh ini dia juga belum bisa memastikan apakah CFN kembali dilanjutkan atau dihentikan.
‘’Akhir pekan lalu tidak diselenggarakan CFN, sebagai gantinya hanya disiapkan hiburan Matoh Band yang merupakan penggemar Koes Plus,’’ ujarnya.
Wawan sapaan akrabnya membeberkan sejumlah konsekuensi apabila CFN terus dilakukan tiap pekan. Salah satunya membuat pengunjung bosan. Selain itu masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD) yang rencananya ditunjuk sebagai pengisi acara CFN tiap pekan masih belum sepenuhnya siap.
‘’Seperti Inspektorat dan OPD administratif semacamnya pasti akan bingung jika ditunjuk untuk mengisi acara CFN,’’ kata dia.
Pilihan terakhir jika CFN terus dilanjutkan dengan konsep pengisi acara dari masing-masing OPD, maka tiap instansi tersebut harus menggandeng komunitas atau pihak penyelenggara ketiga.
Jika hal tersebut dilakukan, maka OPD harus memiliki relasi yang luas untuk menjadi pengisi acara.
‘’Opsi lain, tiap Sabtu malam bisa diselengarakan panggung hiburan tanpa harus menghentikan arus lalu lintasnya,’’ kata dia.
Jika CFN beralih menjadi panggung hiburan rutin, mantan inspektur wilayah IV Inspektorat Tuban ini mengaku sudah memiliki konsep. Yakni, menggandeng komunitas seni dan budaya untuk manggung tiap akhir pekan. Konsepnya panggung kreasi terbuka bagi seniman yang ingin tampil sekaligus mengenalkan kelompoknya kepada publik.
‘’Pemkab terbuka bagi seniman, budayawan, dan komunitas yang ingin memeriahkan acara malam Minggu,’’ tuturnya.
Lebih lanjut lulusan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jatim ini menyampaikan, jika CFN jadi panggung publik, masih ada beberapa hal teknis yang perlu disiapkan. Seperti kebutuhan perlengkapan sound system dan lighting agar Bundaran Sleko layak untuk manggung para seniman.
Menurut dia, acara di Taman Sleko diagendakan rutin untuk menghidupkan panggung dan memberi kesempatan masyarakat untuk berkarya.
‘’Masih dibicarakan untuk kepastian konsep acaranya,’’ tegasnya. (yud/ds)