TUBAN – Indonesia saat ini tengah menghadapi cuaca panas ekstrem. Suhu rata-rata mencapai 33 derajat Celsius.
Jauh di atas suhu normal klimatologis yang rata-rata berkisar antara 20 hingga 29 derajat Celsius. Panas cukup ekstrem ini memicu kebakaran cepat meluas.
Kepala Bidang Pemadam Kebakaran (Damkar) Satpol PP dan Damkar Sutaji menjelaskan, rerata suhu di Tuban berkisar 33 derajat Celcius.
Dijelaskan dia, melansir dari straits times, suhu di sebagian besar negara Asia sedang memanas.
Suhu terpanas sejauh ini berada di Myanmar, yakni hingga 45 derajat Celcius, kemudian Thailand (44,6 derajat Celcius), dan India (44,5 derajat Celcius).
‘’Suhu udara semakin memanas ini memicu banyak lokasi kebakaran,’’ tutur dia.
Dijelaskan mantan Camat Bancar ini, Indonesia menduduki posisi kesebelas negara di Asia dengan rerata suhu terpanas.
Sedangkan di atas Indonesia ada Singapura dengan rerata suhu 36,7 derajat Celcius.
Peningkatan suhu yang drastis ini terjadi di seluruh penjuru nusantara, termasuk wilayah yang biasanya tidak terlalu panas seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali.
‘’Harus semakin waspada dengan kebakaran,’’ tegas dia.
Mantan Camat Singgahan ini mengatkaan, kondisi cuaca ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk fenomena El Nino yang dapat memengaruhi pola iklim global.
Suhu tinggi ini memberikan dampak yang signifikan pada berbagai sektor, termasuk pertanian, kesehatan, dan lingkungan.
Beberapa dampak yang sudah terlihat salah satunya krisis air di sejumlah daerah.
Juga risiko kebakaran hutan dan lahan yang semakin meluas.
Lebih lanjut, Sutaji menjelaskan, kebakaran yang terjadi di Tuban belakangan ini sering kali dipicu kelalaian manusia.
Seperti bakar sampah sembarangan, buang putung rokok sembarangan, dan kesalahan pemanfaatan listrik.
Saat terjadi kebakaran, api langsung cepat meluas karena suhu yang memanas mempercepat pembakaran.
‘’Jangan sampai menggunakan tumpukan listik pada satu stop kontak karena ini juga memicu panas yang berdampak pada api,’’ ungkap dia. (yud/tok)