TUBAN, Radar Tuban – Kerusakan Jembatan Glendeng semakin parah. Berdasarkan hasil kajian Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Bina Marga Provinsi Jatim Jawa Timur, terjadi penurunan posisi jembatan hingga 30 sentimeter (cm) selama Januari―Maret atau dalam rentang waktu tiga bulan.
Tentu, kondisi ini sangat membahayakan masyarakat yang melintasi jembatan yang menghubungkan Desa Simo, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban―-Desa Kalirejo, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro tersebut. Dengan pertimbangan itu, institusi teknis di Jatim tersebut merekomendasikan agar Jembatan Glendeng ditutup total.
Terkait rekomendasi tersebut, Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPR PRKP) Tuban akan menindaklanjutinya dengan membahas bersama Forum Lalu Lintas Tuban.
”Paling tidak sebelum Hari Raya, jembatan sudah kembali ditutup total,” kata Sekretaris DPUPR PRKP Tuban Rohmat Hariyanto menjawab pertanyaan Jawa Pos Radar Tuban.
Mengacu haril survei DPU Bina Marga Provinsi Jatim, terang dia, Jembatan Glendeng sangat berbahaya jika dilintasi. Pertimbangannya, ketika dilewati, jembatan semakin terbebani.
”Jangankan ada kendaraan, dengan beban mati jembatan saja sudah sangat berat, bisa saja pondasi jembatan tidak kuat,” kata Rohmat, panggilan akrabnya. Terlebih, jelas dia, beban satu bentang jembatan saja mencapai 450 ton.
Rohmat melanjutkan, kondisi jembatan tidak bisa prediksi dan bisa saja sewaktu-waktu langsung patah karena adanya pergeseran. Apalagi, mengacu hasil survei tersebut, kata dia, sampai terjadi penurunan yang begitu besar yang dipicu dari bergesernya badan jembatan yang condong ke arah utara atau Tuban.
”Karena dorongan badan jembatan yang begitu besar, tentu sangat berbahaya dan bisa sewaktu-waktu jatuh,” tegas mantan kepala Bidang Pemerintah dan Pembangunan Manusia Bappeda Tuban itu.
Dengan kondisi tersebut, lanjut Rohmat, DPU Bina Marga Provinsi Jatim akan terus melakukan pemantauan. Juga akan menggandeng Universitas Gajah Mada (UGM) untuk melihat kondisi kerusakan Jembatan Glendeng. Harapannya, kalangan akademisi juga memberikan saran terkait penanganan yang tepat untuk jembatan yang usianya lebih dari 30 tahun tersebut.
Lebih lanjut Rohmat menyampaikan, DPUP PRKP juga diminta melakukan pemantauan jembatan. Khususnya melihat perkembangan penurunan posisi jembatan. Hasil dari pemantauan tersebut sebagai bahan konsultasi dengan DPU Bina Marga Provinsi Jatim. ‘’Setelah tahu perkembangan kondisi jembatan, bisa diprediksi kemungkinan jembatan akan patah,’’ imbuh pria berkacamata itu.
Dengan kondisi kerusakannya yang cukup parah, kata Rohmat, tidak mungkin jembatan yang melintasi Bengawan Solo tersebut diperbaiki saat ini juga. Karena titik kerusakan sekarang ini di sisi Tuban, menurut dia, tidak mungkin Pemkab Tuban mampu membiayai. Terlebih, anggaran perbaikan untuk satu sisi itu saja membutuhkan dana Rp 10 miliar.
”Pemkab Tuban tidak mampu jika harus menganggarkan begitu besar. Anggaran harus dari provinsi,” tegas pria yang tinggal di Perum Gedongombo Permai, Semanding itu.
Kapan jembatan ditutup? Rohmat menegaskan, harus menunggu hasil keputusan Forum Lalu Lintas. Diakuinya, jika mengacu rekomendasi DPU Bina Marga Provinsi Jatim, Jembatan Glendeng harus diputuskan segera ditutup. Paling tidak sebelum Lebaran.(fud/ds)