Sabtu (14/5) malam, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tuban mengislamkan Roy Marinus Theodorus, 23. Usai mualaf, pemuda asal Belanda itu menyandang nama baru Ahmad Roy Marinus Theodorus.
——————————–
GERBANG Pondok Pesantren (Ponpes) Sunan Bejagung yang semula tertutup rapat mulai dibuka. Sejurus kemudian datang dua mobil warna putih. Melaju pelan masuk ke kompleks pesantren. Kehadiran dua mobil tersebut mencuri perhatian santri yang sedang mengaji. Bukan mobilnya, melainkan seorang pria yang turun dari mobil. Pemuda bule dengan tinggi semampai.
Layaknya santri, pria bule itu mengenakan kopiah hitam, baju koko warna hijau, dan bersarung. Bersama seorang gadis berkerudung yang selalu berada di sampingnya, dan beberapa orang menemani. Pemuda bule yang diketahui asal Belanda itu lantas menuju ndalem pengasuh Ponpes Sunan Bejagung KH Abd. Matin Djawahir. Kedatangan pria bule itu disambut langsung oleh Kiai Matin.
‘’What is your name,’’ ujar Kiai Matin kepada pria bule itu usai mempersilahkan duduk.
‘’I am Roy Marinus Theodorus,’’ jawab pria bule itu memperkenalkan namanya.
Dari perbincangan awal yang tampak sedikit canggung, Roy—sapaan akrabnya, mengutarakan niat kedatangannya ke ndalem Ketua MUI Tuban itu untuk masuk Islam. Mendengar niatan Roy tersebut, Kiai Matin pun langsung berucap syukur.
Usai mendengar pernyataan dari pria bule tersebut, Kiai Matin pun langsung menanyakan kemantapannya untuk pindah agama. Setelah menerima jawabannya atas niatnya masuk Islam, dia pun lantas dibimbing oleh Kiai Matin untuk membaca kalimat Syahadat—syariat Islam yang berarti pernyataan kepercayaan kepada Allah dan Nabi Muhammad tersebut. Dengan membawa kertas tuntunan yang bertuliskan lafal Syahadat, beberapa kali Kiai Matin meminta mengulang lafal yang diucapkan karena terdengar kurang jelas dan sedikit terbata-bata. Pengulangan pembacaan lafal Syahadat dilakukan sebanyak tiga kali hingga benar-benar lancar dan dinyatakan sah masuk Islam.
‘’Sekarang kamu sudah sah masuk Islam, setelah ini mandi hadas besar dan berwudu,’’ ujar Kiai Matin disambut dengan kelegaan oleh Roy.
Setelah mualaf, Kiai Matin menambahkan nama muslim pada nama Roy menjadi Ahmad Roy Marinus Theodorus.
‘’Semoga Islamnya Mas Roy ini dibarengi dengan rahmat dan berkah dari Allah SWT,’’ ujarnya mendoakan sekaligus menegaskan bahwa WNA asal Belanda ini masuk dengan keikhlasannya sendiri tanpa ada paksaan dari siapa pun.
Selain sah setelah mengucapkan dua kalimat Syahadat. Roy juga menandatangani sebuah surat pernyataan dalam bahasa Indonesia dan Inggris, bahwa yang bersangkutan sudah masuk masuk Islam.
Kepada Jawa Pos Radar Tuban, Roy mengaku sebenarnya sudah lama dirinya ingin masuk Islam. Bahkan, dirinya pun sudah sempat untuk puasa dan menjalankan beberapa syariat Islam lainnya. Namun, keinginannya tersebut baru bisa terealisasikan sekarang.
‘’Saya punya teman muslim sejak usia tujuh tahun, dialah yang memperkenalkan Islam kepada saya, seperti ibadah puasa Ramadan,’’ ujarnya dengan bahasa Inggris.
Saat dirinya dewasa, juga mendapatkan teman muslim di Belanda yang sangat dekat dengannya. Sejak saat itu, dirinya semakin mendalami Islam. Bahkan, pria kelahiran 1998 ini juga mengaku sudah disunat.
Saat ditanya sejak kapan dirinya yakin bahwa Islam agama yang akan dia pilih, dirinya mengaku tidak bisa menjawab.
‘’Itu pertanyaan yang sulit, karena saya selalu percaya adanya Tuhan, kemudian saya ingin ada sesuatu yang ingin saya percayai,’’ imbuhnya. Sebelum masuk Islam, Roy adalah beragama Katholik.
Kedatangan Roy ke Indonesia tidak lepas dari rasa cinta. Pria berperawakan jangkung ini kepincut dengan gadis asal Kelurahan Karangsari, Kecamatan Tuban Sehingga dirinya memilih datang ke Tuban untuk menikah dengan pujaan hatinya. Perempuan itu bernama Nirma.
‘’Setelah ini kami akan melakukan akad nikah,’’ tuturnya dengan senyum mengembang. (fud/tok)