Radartuban.jawapos.com – Kecemasan masyarakat Tuban dan Bojonegoro yang biasa melintas di Jembatan Glendeng—penghubung Tuban-Bojonegoro di Desa Simo, Kecamatan Soko, kian membuncah. Itu menyusul status jembatan yang tak kunjung ada kejelasan.
Salah satunya disampaikan Imam Mukroni. ‘’Kalau seperti ini terus (tak kunjung ada kejelasan status, Red), lalu kapan diperbaiki?’’ katanya kepada Jawa Pos Radar Tuban kemarin (15/6).
Sebagai warga yang paham akan regulasi, Imam—sapaan akrabnya, mengaku cemas ketika status jembatan yang menghubungkan Desa Simo, Kecamatan Soko, Tuban dan Desa Kalirejo, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro ini tak kunjung ada kepastian.
‘’Ketika pemerintah Kabupaten Tuban, Bojonegoro, dan provinsi tidak mampu, maka pemerintah pusat harus turun tangan, sebab ini menyangkut hajat orang banyak,’’ tegasnya.
Berangkat dari kecemasan itulah, dalam sepekan terakhir ini, Imam dan kawan-kawan yang lain menggalang dukungan tanda tangan masyarakat. Nantinya tanda tangan tersebut akan disampaikan kepada Presiden Joko Widodo.
‘’Sampai saat ini kita masih terus menggalang dukungan masyarakat sebanyak-banyaknya,’’
tuturnya dengan aksi nyata turun jalan, seperti yang dilakukan beberapa hari lalu.
‘’Kita ingin pemerintah pusat turun tangan, dan segera memberikan kepastian, sebab masyarakatlah yang menjadi korban,’’ tandasnya.
Disampaikan alumnus Unigoro ini, ketidakjelasan status yang berujung pada molornya perbaikan jembatan ini membawa dampak yang luar biasa besar terhadap masyarakat.
Salah satu dampak nyata yang langsung dirasakan masyarakat adalah ekonomi.
‘’Ditutupnya jembatan ini seakan menutup akses dua kabupaten, dua wilayah yang sangat berdekatan ini seakan lumpuh,’’ keluhnya.
Lebih lanjut Imam menyampaikan, warga dari Tuban yang akan ke Bojonegoro maupun sebaliknya, harus merogoh kocek berlipat. Sebab, untuk sampai ke Bojonegoro maupun sebaliknya harus memutar jalan hingga puluhan kilometer (km).
‘’Bisa dibayangkan, berapa uang yang harus dikeluarkan untuk menempuh jarak puluhan kilometer. Ingin rasanya sambat dan berteriak keras: kami sudah tidak sanggup,’’ ujarnya yang seakan sudah lelah bersabar. (tok)