27.9 C
Tuban
Saturday, 23 November 2024
spot_img
spot_img

Pengiriman Perahu Tembo Dulu Lewat Jalur Sungai, Kini Dinaikkan Truk

spot_img

Radartuban.jawapos.com – Seiring zaman terus berkembang, kini pengiriman perahu tembo tak lagi melalui jalur Sungai Bengawan Solo. ‘’Kalau dulu, sering ikut Mbah (kakek) ngirim perahu lewat Bengawan Solo. Sekarang sudah tidak lagi, semua dikirim jalur darat menggunakan truk,’’ kata Sujianto, pengerajin perahu tembo.

Dikatakan dia, pengiriman jalur sungai sudah tidak memungkinkan. Ke arah timur, misalnya, seperti Kecamatan Manyar, Dukun, Ujung Pangkah, Gresik, yang selama ini menjadi pasar besar penjualan perahu tembo, sudah terhalang penyekatan bendungan gerak Bengawan Solo di Desa Kendal, Kecamatan Sekaran, Lamongan yang dibangun pada 2002—2004 silam.

Sebelum bendungan itu ada, pria yang bertahan menjadi pengerajin perahu tembo demi melestarikan keahlian keluarga ini menceritakan, memang pengiriman perahu tembo dilakukan via Bengawan Solo. Khususnya yang ke arah timur. Hal ini sering dilakukannya ketika masih ikut bisnis perahu tembo pamannya pada 2000—2001.

Baca Juga :  Untuk Keberlanjutan Pendidikan SBI Salurkan Beasiswa

Masih kental dalam ingatannya, mengirim perahu tembo ke Ujung Pangkah, Gresik via Bengawan Solo waktu tempuhnya 16 jam, meski sudah bermesin diesel. ‘’Bakda subuh berangkat dari Tuban. Sampai Ujung Pangkah, Gresik sekitar ashar,’’ kenangnya.

Seiring berjalannya waktu, kini pengiriman perahu tembo tak lagi melalui jalur sungai. Urusan teknis pengiriman ini, Sujianto memasrahkan sepenuhnya kepada sang anak, Dimas Putra Pratama, yang kelak juga diharapkan mewarisi keahlian sebagai pengerajin perahu tembo. ‘’Soal pengiriman, sekarang anak saya yang ngurusi,’’ tandasnya.

Dimas—sapaan akrab Dimas Putra Pratama menuturkan—selain tidak mudah dan menempuh waktu yang cukup lama, pengiriman via sungai yang dulu dilakukan keluarganya juga cukup berisiko. Banyak tantangan akan dialami. Mulai cuaca, kerusakan mesin, hingga kebocoran perahu. Padahal, perahu yang dikirim merupakan perahu baru pesanan sesorang. Sehingga, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kerugiannya sangat besar.

Baca Juga :  Tiga Hari Hilang, Janda Ditemukan Mengambang di Sungai

‘’Saya tidak membayangkan (mengirim vias sungai, Red), tiba-tiba terjadi kerusakaan, padahal membuatnya sangat susah dan biayanya juga mahal. Kalau sekarang (via darat, Red), Insya Allah aman,’’ ucap Dimas. (sab/tok)

Radartuban.jawapos.com – Seiring zaman terus berkembang, kini pengiriman perahu tembo tak lagi melalui jalur Sungai Bengawan Solo. ‘’Kalau dulu, sering ikut Mbah (kakek) ngirim perahu lewat Bengawan Solo. Sekarang sudah tidak lagi, semua dikirim jalur darat menggunakan truk,’’ kata Sujianto, pengerajin perahu tembo.

Dikatakan dia, pengiriman jalur sungai sudah tidak memungkinkan. Ke arah timur, misalnya, seperti Kecamatan Manyar, Dukun, Ujung Pangkah, Gresik, yang selama ini menjadi pasar besar penjualan perahu tembo, sudah terhalang penyekatan bendungan gerak Bengawan Solo di Desa Kendal, Kecamatan Sekaran, Lamongan yang dibangun pada 2002—2004 silam.

Sebelum bendungan itu ada, pria yang bertahan menjadi pengerajin perahu tembo demi melestarikan keahlian keluarga ini menceritakan, memang pengiriman perahu tembo dilakukan via Bengawan Solo. Khususnya yang ke arah timur. Hal ini sering dilakukannya ketika masih ikut bisnis perahu tembo pamannya pada 2000—2001.

Baca Juga :  Untuk Keberlanjutan Pendidikan SBI Salurkan Beasiswa

Masih kental dalam ingatannya, mengirim perahu tembo ke Ujung Pangkah, Gresik via Bengawan Solo waktu tempuhnya 16 jam, meski sudah bermesin diesel. ‘’Bakda subuh berangkat dari Tuban. Sampai Ujung Pangkah, Gresik sekitar ashar,’’ kenangnya.

Seiring berjalannya waktu, kini pengiriman perahu tembo tak lagi melalui jalur sungai. Urusan teknis pengiriman ini, Sujianto memasrahkan sepenuhnya kepada sang anak, Dimas Putra Pratama, yang kelak juga diharapkan mewarisi keahlian sebagai pengerajin perahu tembo. ‘’Soal pengiriman, sekarang anak saya yang ngurusi,’’ tandasnya.

- Advertisement -

Dimas—sapaan akrab Dimas Putra Pratama menuturkan—selain tidak mudah dan menempuh waktu yang cukup lama, pengiriman via sungai yang dulu dilakukan keluarganya juga cukup berisiko. Banyak tantangan akan dialami. Mulai cuaca, kerusakan mesin, hingga kebocoran perahu. Padahal, perahu yang dikirim merupakan perahu baru pesanan sesorang. Sehingga, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kerugiannya sangat besar.

Baca Juga :  SBI Teken Kerja Sama Pemanfaatan Sampah Perkotaan Menjadi RDF di Bali

‘’Saya tidak membayangkan (mengirim vias sungai, Red), tiba-tiba terjadi kerusakaan, padahal membuatnya sangat susah dan biayanya juga mahal. Kalau sekarang (via darat, Red), Insya Allah aman,’’ ucap Dimas. (sab/tok)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img