Radartuban.jawapos.com – Rangkaian peringatan satu dasawarsa Mahad Bahrul Huda dan SMP Bina Anak Sholeh (BAS) Tuban selesai diselenggarakan. Puncak peringatan harlah tersebut diselenggarakan di halaman Mahad Bahrul Huda, Jalan Letda Sucipto, Senin (15/8) malam. Menghadirkan Muhammad Ulul Azmi Askandar al-Abshor atau yang akrab disapa Gus Azmi dan KH Ahmad Muwafiq (Gus Muwafiq).
Turut hadir dalam acara tersebut para ulama, kiai, masayikh, habaib, asatidz, ketua dan anggota PCNU (Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama) beserta banomnya. Hadir pula Wakil Bupati Tuban H. Riyadi, Ketua DPRD Tuban H. M. Miyadi, sejumlah pejabat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan segenap keluarga besar Yayasan Bahrul Huda mulai jenjang KB, TK, SD, SMP, dan SMA.
Selain itu, belasan ribu masyarakat juga ikut bersholawat dan pengajian akbar pada puncak acara. Acara puncak peringatan satu dasawarsa itu dimulai dengan doa untuk keselamatan bangsa dan negara, secara khusus untuk masyarakat Tuban. Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Ya Lal Wathon.
Sebelum mauidhoh hasanah yang dipimpin Gus Muwafiq dimulai, masyarakat yang hadir lebih dulu dihibur dengan lantunan sholawat merdu dari Gus Azmi. Santri sekaligus penyanyi muda itu tampil bersama grupnya, Syubbanul Muslimin.
Berikutnya, sambutan dari Pengasuh Mahad Bahrul Huda KH Fathul Huda selaku shohibul bait yang menjelaskan sejarah singkat berdirinya Mahad Bahrul Huda. Kiai Huda mengatakan Bahrul Huda diambil dari nama Bahrul Ulum, pondok pesantren tempat dia menimba ilmu sewaktu muda.
‘’Selain itu, juga untuk mengabadikan nama orang tua saya, Bahrun. Dipadukan dengan nama saya, jadi Bahrul Huda,’’ tuturnya menjelaskan sedikit sejarah ponpes tersebut.
Kiai yang juga mantan Bupati Tuban itu menjelaskan pondok pesantren yang dia dirikan tidak untuk mencetak “ulama”. Namun para santri Yayasan Bahrul Huda selalu dibimbing untuk memiliki karakter dan tindakan yang baik seperti ulama. Terpenting, para santri harus memiliki ilmu yang barokah dan dapat bermanfaat kepada masyarakat.
‘’Lulusan Bahrul Huda harus menjadi santri yang multi, ketika dibutuhkan oleh masyarakat harus selalu bisa,’’ harap dia.
Kiai yang juga mantan Ketua PCNU Tuban ini mengatakan santri harus siap menjadi sosok yang dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut dia, santri harus siap jika sewaktu-waktu jadi pemimpin. Baik pemimpin masjid atau imam salat, wakil bupati, bupati, gubernur, atau pemimpin apa pun.
‘’Mohon doa restu dari para kiai, sesepuh, dan semua tamu yang hadir agar santri-santri lulusan Bahrul Huda ini menjadi sosok yang bermanfaat untuk masyarakat,’’ harap dia.
Selanjutnya, Gus Muwafiq memulai mauidhoh hasanahnya dengan menjelaskan peran penting pondok pesantren dalam mencetak generasi berakhlakul karimah dan meneladani Rasulallah SAW. Kiai kelahiran Lamongan itu menjelaskan di era sekarang ini memilih pondok pesantren harus lebih hati-hati. Dia menganjurkan bagi para orang tua yang ingin memondokkan buah hatinya harus ke lembaga pendidikan yang memiliki sanad atau jalur keilmuan yang jelas.
Gus Muwafiq mengatakan harlah sepuluh tahun hanya untuk memperingati usia bangunan mahad saja. Lebih dari itu, untuk merintis sebuah pondok pesantren membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Kiai Muwafiq menyebut, Yayasan Bahrul Huda
sudah dirintis sejak Kiai Huda menjadi santri pondok pesantren di Tambakberas, Jombang.
‘’Pendirian Yayasan Bahrul Huda ini sudah dirintis sejak Kiai Huda mondok di Tambak beras tahun 70-an, jadi prosesnya lama,’’ tegas dia.
Kiai yang pernah menjadi asisten pribadi Gus Dur ini juga menjelaskan semangat nasionalisme para santri sudah tak diragukan lagi. Apalagi santri lulusan pondok pesantren yang diasuh kiai dengan guru yang jelas. Gus Muwafiq menyampaikan Yayasan Bahrul Huda berdiri berkesinambungan dengan pondok pesantren Bahrul Ulum yang dirintis Kiai Abdul Wahab.
‘’Pondok pesantren adalah tempat untuk meniru akhlak dan tauladan Nabi Muhammad SAW,’’ kata dia. (yud/wid)