RADAR TUBAN – Aksi unjuk rasa yang digelar aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Tuban di depan kantor Pemkab Tuban dan gedung DPRD, Rabu (16/8) berakhir dengan tindakan represif yang diduga dilakukan oleh aparat keamanan. Bahkan, tindakan yang berlebihan itu telah mengarah pada kekerasan hingga dugaan pelecehan terhadap aktivis perempuan.
Insiden tidak patut itu terjadi ketika unjuk rasa berlangsung di depan gedung DPRD. Bermula saat para mahasiswa hendak menghadang kendaraan dinas pejabat Pemkab Tuban yang hendak keluar dari gedung dewan usai Rapat Paripurna KUA PPAS 2024 dan Perubahan APBD 2023 bersama anggota DPRD.
Seketika terjadi kericuhan antara mahasiswa dengan aparat keamanan. Dalam kondisi itulah diduga terjadi tindakan represif yang diduga dilakukan oleh oknum aparat.
Bahkan dalam potongan video yang beredar luas, tampak salah satu aktivis perempuan terseret hingga jilbab yang dikenakan acak-acakan.
Usai kejadian itu, banyak aktivis PMII yang terluka akibat tindakan represif yang diduga di lakukan oleh oknum aparat. Ihwal dugaan pelecehan seksual, LM, aktivis yang menjadi korban mengaku ditarik-tarik oleh oknum aparat laki-laki hingga baju dan jilbabnya terbuka.
‘’Kalau memang ingin menarik, tarik saja tangan saya, jangan seperti itu (menarik baju dan jilbab, Red),’’ ujarnya sambil menangis usai mendapatkan perlakukan represif dari oknum aparat.
Aktivis lain yang menjadi korban atas tindakan represif oknum aparat adalah Agus Gunawan. Dia mengalami luka cukup parah akibat tindakan oknum aparat. Beberapa bagian tubuhnya mengalami luka. Dari perut bagian kanan, lengan kanan, hingga lutut kirinya.
‘’Kami dihajar, bahkan sampai ada yang pingsan,’’ ujar Ketua Umum Pengurus Cabang PMII Tuban Abid Arrahman kepada awak media.
Sebagai aktivis, dirinya sangat menyesalkan tindakan represif yang dilakukan oleh oknum aparat kepolisian tersebut.
Untuk mempertanggungjawabkan kebrutalan oknum aparat tersebut, dia akan menempuh jalur hukum. Melaporkan tindakan kekerasan itu kepada Propam Polda dan Kompolnas.
‘’Karena kader kami terluka dan mengalami trauma, jadi kami menuntut tanggung jawab dari kepolisian,’’ tegasnya.
Sementara itu, Kapolres Tuban AKBP Suryono membantah terkait aksi kekerasan yang dilakukan oleh anggotanya. Menurutnya anggotanya hanya mengamankan aksi mahasiswa karena mahasiswa anarkis karena ngotot ingin bertemu bupati.
‘’Tapi sudah saya sampaikan bahkan kepada ketua cabangnya untuk tahan, karena bupati sedang rapat paripurna, jadi harusnya menunggu selesai dulu,’’ bebernya.
Sediannya, para aktivis hanya ingin menyampaikan aspirasi atas evaluasi atas kinerja pemerintah daerah. Namun, hal yang tidak diharapkan terjadi. Ceos. Yang diduga akibat pengamanan yang terlalu represif. (fud/tok)