TUBAN, Radar Tuban – Gerak-gerik segerombolan anak jalanan (anjal) di Tuban semakin meresahkan. Terlebih di bulan Ramadan ini. Sabtu (16/4) lalu misalnya.
Disaat umat muslim berlomba mencari pahala di malam Bulan Suci dengan tadarus Alquran, belasan anjal kedapatan sedang pesta minuman keras (miras) di pelataran GOR Rangga Jaya Anoraga Tuban sekitar pukul 21.00.
Petugas gabungan dari TNI, Polri, dan Satpol PP yang melakukan patroli cipta kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) mendapati mereka dalam kondisi teler usai menenggak arak.
Saat didata oleh petugas, selain berasal dari Tuban, belasan pemuda yang tergabung dalam komunitas anjal tersebut juga berasal dari luar Kota Legen—sebutan Kota Tuban, meliputi Bondowoso, Jepara, hingga Jawa Barat.
Selain meresahkan, mereka juga berani melawan petugas ketika hendak diamankan. Bahkan, beberapa pemuda punk itu sempat mendorong petugas yang hendak menggiring mereka ke mobil patroli. Petugas yang merasa kuwalahan, akhirnya membubarkan mereka.
Kasi Operasi dan Pengendalian Satpol PP dan Damkar Tuban Chusnul Yaqin mengatakan, gerak-gerik anjal tersebut sudah terendus petugas sejak Jumat. Pagi harinya, sebagian anjal tersebut ngamen di sekitar Desa Bogorejo, Kecamatan Merakurak.
Satu orang dari mereka sempat diamanan petugas di Dinsos P3A Tuban untuk didata dan selanjutnya dipulangkan.
‘’Namun saat dinaikkan bus, satu anjal ini turun di Manunggal dan kembali ke kelompoknya,’’ tutur dia.
Hingga pada Sabtu malam anjal yang sebelumnya diamankan saat razia ngamen itu kembali berkumpul ke kelompoknya untuk pesta miras.
Mantan Kabid Kewaspadaan Nasional dan Penanganan Konflik Kesbangpol Tuban ini mengatakan, saat akan kembali diamankan, sebagian anjal yang kondisinya mabuk itu melawan petugas dengan mendorong mereka.
‘’Meskipun ada perlawanan, petugas tetap humanis dan menahan emosi,’’ kata dia.
Di lokasi ditemukan sejumlah miras arak yang dikemas dalam bungkusan plastik dengan campuran bahan lain. Para anjal itu mengatakan miras yang biasa disebut es moni—minuman exstra joss yang dicampur dengan arak, itu dibeli dari salah satu warung di sekitar Stadion Lokajaya, Desa Sugihwaras, Kecamatan Jenu.
Saat petugas mendatangi lokasi, warung itu kondisinya sudah tutup dan tidak ada satu orang pun.
‘’Karena situasi kurang kondusif akhirnya mereka dipulangkan naik bus,’’ tegas dia.
Persoalan kasus anjal di atas membuktikan bahwa pendataan dan pernyataan untuk tidak mengulangi kedatangan mereka di Tuban, ternyata bukan solusi yang tepat untuk memberantas mereka. Chusnul membenarkan belum optimalnya penanganan anjal di Tuban. Dia juga membeberkan bahkan saat ini beberapa anjal terang-terangan sudah berani melawan petugas.
‘’Sebelumnya, saat satu teman mereka yang terjaring razia diamankan di shelter Dinsos P3A, kelompok mereka yang lain mengintai di sekitar kantor tersebut untuk meminta teman mereka dibebaskan,’’ ungkap dia. (yud/tok)