- Hanya Miliki Tiga Titik, Mengkaver 20 Kecamatan
- Rencana Penambahan Malah Ditolak Masyarakat
Radartuban.jawapos.com – Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang dikelola Pemkab Tuban tak kunjung ada penambahan. Dari dulu hingga sekarang hanya tiga titik. Yakni, TPA di Kecamatan Semanding, Rengel, dan Jatirogo. Padahal, luas wilayah Kabupaten Tuban meliputi 20 kecamatan.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Bahan Berbahaya Beracun (B3) Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLHP) Arwin Mustofa membenarkan perihal menimnya TPA yang dimiliki pemkab. Pun dia mengakui bahwa jumlah TPA yang ada saat ini sangat tidak ideal. ‘’Perlu ada tambahan TPA baru,’’ ujarnya kepada Jawa Pos Radar Tuban kemarin (19/3).
Sebenarnya, terang Arwin, penambahan TPA sudah direncanakan sejak 2019 lalu. Ditempatkan di Kecamatan Singgahan dan Tambakboyo. Sayangnya, rencana tersebut tak kunjung terealiasi. ‘’TPA Singgahan untuk mengkaver Kecamatan Montong, Bangilan, Parengan, dan Singgahan. Sedangkan TPA Tambakboyo mengkaver Kecamatan Tambakboyo, Kerek, dan Jenu. Tapi sampai saat ini belum bisa terealisasi,’’ ungkapnya.
Anehnya, lanjut dia, tidak terealisasinya pembangunan TPA tersebut disebabkan masyarakat sendiri. ‘’Masyarakat setempat menolak adanya pembangunan TPA,’’ tandasnya.
Menurutnya, penolakan dari masyarkat inilah yang membuat pemkab berpikir ulang mengenai pembangunan TPA baru, dan sampai saat ini belum ada tindak lanjut. ‘’Pada intinya, pembangunan TPA baru ini terkendala oleh tiadanya lokasi. Masyarkat kurang berkenan ada TPA di wilayahnya,’’ imbuh alumni Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya itu.
Lantas, seperti apa mengatasi jumlah TPA yang tidak ideal ini, Arwin memaparkan, untuk sementara pihaknya akan memperbanyak armada pengangkut sampah yang beroperasi dari sumber (depo sampah atau tempat pembuangan sementara (TPS) sampah) ke TPA terdekat dan sebaliknya. ‘’Tahun ini kami (DLHP Tuban, Red) membeli tiga unit truk pengangkut sampah untuk keperlulan tersebut. Total anggaran sekitar Rp 1,5 miliar bersumber APBD (anggaran pendapatan belanja daerah, Red) 2023,’’ lanjutnya.
Pejabat kelahiran 1979 ini optimistis, tiga truk pengangkut sampah baru yang diperkirakan akan datang pada medio tahun ini mampu menjadi solusi tidak idealnya jumlah TPA di Bumi Ronggolawe. Selain memperbanyak armada pengangkut sampah, lanjut pejabat berkacamata itu, solusi lain dari tidak idealnya jumlah TPA yakni gencar mengedukasi masyarakat untuk mengolah sampah.
Jika banyak sampah di masyarakat terolah dengan baik, tandas Arwin, sampah di depo atau TPS dapat berkurang. Tiga TPA yang ada pun sudah cukup, tak perlu ada pembangunan TPA baru. Lebih dari itu, tutur dia, soal sampah merupakan tanggung jawab bersama. ‘’Paling konkret, kami sangat berharap, seluruh pemdes menjalin kerja sama dengan kami dalam hal mengedukasi masyarakat terkait pengolahan sampah maupun pengangkutan sampah dari rumah ke depo/TPS lalu TPA,’’ jelasnya.
Tanpa kerja sama yang baik, tegas Arwin, sulit mengolah sampah maupun mengangkut sampah dari rumah warga ke depo/TPS lalu TPA. ‘’Setidaknya, mulai tahun ini setiap desa harus memiliki tempat untuk pelatihan pengolahan sampah di lingkungannya. Juga, harus punya depo atau TPS agar truk pengangkut sampah kami punya tujuan untuk menjemput sampah di desa bersangkutan lalu mengirimkannya ke TPA terdekat,’’ pungkasnya. (sab/tok)