Radartuban.jawapos.com – Menjelang Konferensi Cabang (Konfercab) Nahdlatul Ulama (NU) Tuban VII yang tinggal tiga hari, tepatnya 24-25 Desember, banyak beredar di media sosial usulan nama-nama kiai sepuh NU calon anggota ahlu halli wal aqdi (ahwa). Bahkan sudah ada yang mengerucutkan menjadi lima nama anggota ahwa, lengkap dengan grafis dan asal kiai yang disebutkan.
Akun Facebook Arif Uddin Abi Hanaya, misalnya. Dewan Perumus Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PWNU Jawa Timur sekaligus mantan Ketua LBMNU Tuban ini mem-posting lima nama anggota ahwa. Yakni, KH Ubaidillah Faqih (pengasuh Pondok Pesantren Langitan), KH Abdul Matin (pengasuh Pondok Pesantren Sunan Bejagung), KH Musnan Dimyati (pengasuh Pondok Pesantren Al Hikmah Binangun Singgahan), KH Abu Mansur Muslih (pengasuh Pondok Pesantren Tanggir Singgahan), dan KH Damanhuri (pengasuh Pondok Pesantren Al Hadi Rengel).
Dalam postingan tersebut, juga tertulis kata-kata: Saatnya mengembalikan marwah NU ke pesantren.
‘’Mugi maslahah untuk NU Tuban,’’ bunyi caption yang ditulis dalam unggahan Facebook kiai yang memiliki nama asli M. Ari fuddin itu.
Dikonfirmasi Jawa Pos Radar Tuban perihal postingannya, kiai yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Jenu ini menegaskan bahwa unggahan tersebut hanyalah pendapat pribadi dan keinginan komunitas pesantren.
‘’Beliau-beliau itu kan ulama pesantren. Jadi, beliau semua merupakan shohibul ma’had yang juga memiliki kelayakan memegang status sebagai ahlu halli wal aqdi,’’ katanya sebagai pandangan pribadi.
Meski demikian, tegas Kiai Arif, postingannya tersebut tidak ada niat maupun tujuan untuk memengaruhi ranting maupun majelis wakil cabang (MWC) NU dalam menentukan calon ahwa pada Konfercab NU Tuban ke-7 nanti.
‘’Tidak ada istilah penggiringan untuk memilih. Ini hanya usulan,’’ ujarnya mempertegas, ‘’Dan ini murni pendapat pribadi yang merepresen tasikan keinginan komunitas pesantren. Tapi yang jelas, beliau-beliau sangat layak (menjadi ahwa, Red), baik secara kredibilitas maupun kapabilitas,’’ tambahnya.
Disinggung tidak adanya nama rais syuriah saat ini, KH Cholilurrohman dalam unggahannya di Facebook. Arifuddin kembali menegaskan bahwa nama-nama kiai yang di-posting merupakan
representasi kiai pesantren.
‘’Sekali lagi, ini (usulan nama calon ahwa, Red) adalah pendapat pribadi yang merepresentasikan kiai pesantren. Kalaupun nanti yang terpilih (menjadi rais syuriah, Red) di luar shohibul ma’had, ya tidak masalah. NU itu demokratis,’’ tandasnya.
Keinginan sama perihal sosok calon ahwa juga diutarakan KH Damanhuri. Kiai yang juga Ketua MWCNU Rengel ini berharap calon ahwa benar-benar mengakomodir para kiai sepuh dari kalangan pesantren.
‘’Saya pribadi, berharap para khos-lah yang nanti menjadi ahwa. Dan di Tuban banyak sekali kiai-kiai khos yang belum terakomodir,’’ tuturnya ber harap yang terbaik dari calon ahwa.
Ketua Konfercab NU Tuban Muhtarom Husnan mengatakan, setiap orang memiliki hak untuk berpendapat dan mengusulkan pendapatnya. Namun, tegas dia, konfercab sudah diatur oleh AD/ART dan peraturan perkumpulan organisasi. Artinya, setiap pro sesnya harus taat asas.
‘’Itu (beredarnya nama calon ahwa di media sosial, Red) hanya usulan. Tapi panitia tidak tahu menahu soal usulan tersebut. Yang jelas, segala informasi yang tidak melalui panitia, tidak bisa dijadikan sumber,’’ tandasnya. (tok)