Pada peringatan Hari Ibu 22 Desember hari ini, Tuban dihadapkan pada fakta ironis terkait tingginya angka kematian ibu (AKI). Mengacu data Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Tuban, hingga kemarin, tercatat sebelas ibu di Tuban meninggal karena gangguan kehamilan. Itu berarti rata-rata per bulan satu ibu meninggal sebelum atau sesudah melahirkan.
MENGACU data yang sama, sejak lima tahun terakhir, AKI di Bumi Ronggolawe terpantau mengalami kenaikan. Dimulai 2017 tercatat 10 kasus. Kemudian tahun berikutnya, 2018 sebanyak 8 kasus, 2019 (19 kasus), 2020 (22 kasus), dan 2021 (36 kasus). Pagebluk pandemi Covid-19 merupakan puncak tingginya ibu yang meninggal karena melahirkan.
Tingginya AKI di Tuban patut mendapat atensi serius karena menjadi salah satu tolok ukur masih minimnya pengetahuan ibu hamil dalam merawat kesehatan diri dan janinnya.
Dikonfirmasi Jawa Pos Radar Tuban, Ketua IDI Tuban dr Syaifuddin Zuhri mengatakan, pemicu tertinggi AKI adalah pendarahan. Jumlahnya tiga kasus pada tahun ini. Berikutnya preeklampsia – eklampsia dua kasus pada tahun yang sama.
Preeklampsia adalah komplikasi kehamilan yang terjadi karena tekanan darah terlalu tinggi selama mengandung. Sedangkan eklampsia adalah kejang yang terjadi selama kehamilan atau sesaat setelah melahirkan yang diikuti tekanan darah tinggi dan kelebihan protein dalam urine selama kehamilan.
Dokter spesialis kandungan itu me negaskan, agar aman selama kehamilan dan proses persalinan, ibu hamil diharapkan melakukan perawatan atau pemeriksaan rutin. Minimal enam kali selama kehamilan. Dua di antaranya diperiksa dokter.
Dia menganjurkan pemeriksaan awal dilakukan sebelum umur kehamilan 14 minggu meliputi darah dan ultrasonografi (USG).
‘’Bila kadar hemoglobin kurang dari 11 gram saat pemeriksaan awal, ada indikasi ibu hamil mengalami anemia atau kurang darah,’’ tuturnya.
Jika terindikasi anemia, lanjut Zuhri, sapaan akrabnya, ibu hamil perlu dirujuk dan mendapatkan terapi lebih dari suplementasi ibu hamil normal.
Dia menerangkan, pada hamil normal, ibu hamil perlu suplementasi 90 tablet tambah darah selama hamil. USG trimester pertama tidak kalah penting dan sangat berguna sebagai patokan usia kehamilan.
‘’Faktor risiko perdarahan meliputi banyaknya jumlah persalinan, makin sering bersalin makin besar risiko perdarahan pascapersalinan,’’ ujarnya.
Karena menjadi penyebab kematian terbanyak, perdarahan pascapersalinan dapat dikurangi dengan mengelola faktor risiko.
Dia juga mengatakan, peregangan berlebih pada rahim seperti pada kasus hamil kembar atau kembar air dan kelainan anatomi rahim ikut banyak menyumbang risiko perdarahan. Begitu juga cacat rahim karena tindakan operasi serta kelainan lainnya.
Sementara preeklampsia atau keracunan kehamilan menyumbang se kitar 25 persen kematian ibu secara nasional.
Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Tuban Bambang Priyo Utomo berharap kegiatan edukasi dapat menjadi mitigasi untuk menekan AKI di Tuban.
Untuk menekan AKI, kata dia, seluruh tenaga medis harus saling bersinergi. Dengan melakukan edukasi kesehatan ibu hamil, lanjut dia, diharapkan peluang anak lahir dengan sehat dan kuat lebih besar.
‘’Dengan ibu hamil yang sehat, maka anak juga akan lahir sehat dan angka stunting bisa ditekan,’’ tegasnya. (yud/ds)