Di awal pemerintahannya, Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky menghadapi lesunya iklim literasi akibat dua tahun pandemi Covid-19. Dihadapkan pada problem tersebut, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Tuban mampu menjalankan tanggung jawabnya. Berlandaskan prinsip inovasi dan kolaborasi yang selalu ditekankan Mas Bupati, iklim literasi kini semarak lagi.
TUNTASNYA satu per satu masalah literasi yang tersisa akibat pandemi berlangsung sejak Mas Bupati merombak struktur kepemimpinan instansi tersebut Januari lalu. Sejak di lantik, Kepala Dispersip Tuban Nur Khamid bergerak cepat melakukan pembenahan- pembenahan dalam instansi yang baru dinakhodainya tersebut. Beberapa hal yang menjadi konsen utama, di antaranya peningkatan jumlah pengunjung, sarana, prasarana, dan relasi dengan mitra.
Kepada Jawa Pos Radar Tuban, Khamid, panggilan akrabnya menjelaskan, pihaknya melobi sekolah-sekolah yang tersebar di Bumi Ronggolawe. Mulai jenjang TK, SD, SMP, hingga SMA. Lembaga pendidikan tersebut didatangi dan diundang untuk mengunjungi Perpustakaan Umum Daerah (Perpusda) Tuban dan perpustakaan umum kecamatan (Perpuscam).
Dia bersyukur upaya tersebut membuahkan hasil. Kini, dua jenis perpustakaan itu telah memiliki jadwal. Seminggu penuh pelajar dari sekolah mana saja yang akan berkunjung telah ditentukan hari dan jamnya.
Pejabat asal Desa Kebonagung, Kecamatan Rengel ini melanjutkan, para pelajar datangnya selalu rombongan. Terdiri dari satu atau beberapa kelas disertai guru pendamping.
Khusus di perpusda, dia membeberkan, saat ini rata-rata pengunjungnya 70–100 orang per hari. ‘‘Kalau ada jadwal kunjungan sekolah, praktis akan bertambah,’’ ujarnya.
Mantan kepala SMAN 1 Soko ini melanjutkan, selain mengundang para pelajar ke perpusda dan perpuscam, pihaknya juga melakukan jemput bola. Salah satunya dengan mengoperasikan mobil perpustakaan keliling dan mobil dongeng keliling ke sekolah-sekolah se-Kabupaten Tuban, serta rutin meminjamkan sekian ratus buku kepada sekolah mitra dalam jangka waktu tertentu.
Khusus mobil operasional perpustakaan keliling ini, pada musim mudik lalu ditempatkan di Pos Mudik Rest Area Tuban selama dua minggu. ‘’Namanya perpustakaan keliling, harus optimal. Menjangkau tempat maupun kegiatan yang potensial untuk berliterasi,’’ jelasnya.
Selain di lingkungan sekolah, progresivitas institusinya adalah membina perpustakaan-perpustakaan desa, membuka perpustakaan di kompleks GOR Ranggajaya Anoraga, serta menyediakan pojok baca di Mal Pelayanan Publik.
Terkait penambahan sarana dan prasarana, kata Khamid, tahun ini institusinya memastikan menambah koleksi buku. Jumlahnya sekitar 700 eksemplar. Saat ini, ratusan buku tersebut masih dalam tahap pengadaan.
Sebelum Juli berakhir, dia berharap buku-buku berbagai genre tersebut sudah tersedia di rak-rak perpusda dan perpuscam. Selain buku, lanjut Khamid, pada akhir tahun ini pihaknya akan membangun studio podcast di perpusda.
‘‘Total , saat ini ada 12 perpustakaan umum tersebar se-Kabupaten Tuban. Untuk perpustakaan digitalnya, kami ada aplikasi Tulib (Tuban Digital Library, Red),’’ imbuhnya.
Lebih lanjut, pejabat berusia 58 tahun ini mengutarakan, ihwal relasi dengan mitra, pihaknya telah bekerja sama dengan banyak pihak. Selain dengan sekolah dan lembaga formal lain, saat ini pihaknya sedang membangun relasi dengan komunitas-komunitas literasi. Dia mengatakan, komunitas-komunitas literasi juga berperan besar meliterasikan masyarakat.
Satu program yang berhasil dihelat pihaknya berkat kolaborasi dengan komunitas literasi misalnya bazar buku di halaman kantornya pada 5-20 Juni dan sarasehan membahas kejayaan Tuban di aula perpusda, Sabtu (19/6). (sab/ds)