Radartuban.jawapos.com-Setelah selama dua tahun (2021–2022) dihentikan karena pandemi Covid-19, bubur syura kembali dibuat pada puasa Ramadan 1444 Hijriah tahun ini.
Kembali dibuatnya bubur di perkampungan Arab Tuban di Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban tersebut tidak hanya mempertahankan tradisi turun-temurun, namun juga mengobati kerinduan masyarakat Bumi Wali terhadap kuliner khas tersebut.
Ya, di perkampungan Arab Tuban, bubur suro atau bubur Arab identik dengan puasa Ramadan. Selain hanya dibuat pada Bulan Suci, juga karena rasanya khas rempah Arab. Berbeda dengan bubur sura pada umumnya yang dibuat warga pribumi.
Bahan utama penganan yang dimasak pada sebuah kuali besar berbahan kuningan selama 3-4 jam tersebut memang beras.
Hanya saja, untuk pelezatnya menggunakan beraneka rempah, santan, dan balungan sapi.
Ditambah seluruh pemasaknya dari kalangan keturunan Arab, menjadikan bubur ini berasa original Hadramaut, Yaman.
Hadramaut adalah kampung leluhur mayoritas keturunan Arab di Kutorejo.
”Saya membuat bubur sejak tahun 2000. Berarti sudah 23 tahun,” ujar Abdul Tahir alias Habibi, 43, salah satu warga keturunan Arab pembuat bubur tersebut.
Habibi adalah generasi keenam penerus pembuat bubur sura.
”Seperti para pendahulu, saya memiliki tanggung jawab moral untuk meneruskan
Radartuban.jawapos.com-Setelah selama dua tahun (2021–2022) dihentikan karena pandemi Covid-19, bubur syura kembali dibuat pada puasa Ramadan 1444 Hijriah tahun ini.
Kembali dibuatnya bubur di perkampungan Arab Tuban di Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban tersebut tidak hanya mempertahankan tradisi turun-temurun, namun juga mengobati kerinduan masyarakat Bumi Wali terhadap kuliner khas tersebut.
Ya, di perkampungan Arab Tuban, bubur suro atau bubur Arab identik dengan puasa Ramadan. Selain hanya dibuat pada Bulan Suci, juga karena rasanya khas rempah Arab. Berbeda dengan bubur sura pada umumnya yang dibuat warga pribumi.
Bahan utama penganan yang dimasak pada sebuah kuali besar berbahan kuningan selama 3-4 jam tersebut memang beras.
Hanya saja, untuk pelezatnya menggunakan beraneka rempah, santan, dan balungan sapi.
- Advertisement -
Ditambah seluruh pemasaknya dari kalangan keturunan Arab, menjadikan bubur ini berasa original Hadramaut, Yaman.
Hadramaut adalah kampung leluhur mayoritas keturunan Arab di Kutorejo.
”Saya membuat bubur sejak tahun 2000. Berarti sudah 23 tahun,” ujar Abdul Tahir alias Habibi, 43, salah satu warga keturunan Arab pembuat bubur tersebut.
Habibi adalah generasi keenam penerus pembuat bubur sura.
”Seperti para pendahulu, saya memiliki tanggung jawab moral untuk meneruskan