MINIMNYA tanaman bakau di sepanjang garis pantai seakan memuluskan hantaman banjir rob di pesisir pantai Tuban, Senin (23/5) lalu.
Keberadaan hutan bakau yang tidak proporsional dengan ancaman bajir rob di sepanjang bibir pantai itu dibenarkan oleh Kepala Bidang Tata Lingkungan, Pengendalian, Pencemaran, dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLH Hub) Tuban Juli Wibowo.
‘’Luas hutan bakau di Tuban belum bisa diandalkan untuk menghambat terjadinya banjir rob,’’ katanya kepada Jawa Pos Radar Tuban kemarin (24/5).
Kendati problem mendasar tersebut sudah disadari, namun sepertinya instansi yang juga membidangi lingkungan tersebut tidak bisa berbuat banyak. Sebab, tak ada aloksi anggaran untuk penanaman pohon bakau. Selama ini, terang dia, penanaman hutan bakau selalu melibatkan pihak ketiga, seperti komunitas, organisasi, dan perusahaan.
‘’Kalau anggaran dari pemerintah daerah tidak ada,’’ katanya.
Lebih lanjut pria kelahiran 1969 itu mengemukakan, saat ini populasi pohon bakau paling banyak hanya ada di pesisir Kecamatan Jenu. Sedangkan di pesisir kecamatan lain terus terkikis. Utamanya di kawasan pesisir perkotaan.
‘’Sepertinya sudah tidak ada lahan lagi untuk menanam pohon bakau di pesisir perkotaan. Rata-rata di sepanjang garis pantai sudah menjadi permukiman,’’ ujarnya.
Sebagai alternatif atas kondisi yang delematis tersebut, pejabat asal Kudus ini mengusulkan dibangun water break. Tembok pemecah ombak itu dapat digunakan sebagai ganti rimbunan bakau yang tak bisa ditanam lagi di wilayah perkotaan. Sayangnya, DLH Hub tahun ini juga tidak mengalokasikan anggaran untuk pembangunan water break tersebut. Satu-satunya harapan hanya bantuan dari pemerintah pusat.
‘’Karena anggaran yang dibutuhkan cukup besar,’’ tandasnya. (sab/tok)