Radartuban.jawapos.com -Selama ini, sosok istri Buya Arrazy seolah ditenggelamkan dengan kebesaran nama ulama muda kharismatik tersebut. Insiden meletusnya pistol milik polisi yang mengawalnya dan tanpa sengaja menewaskan putra kedua Buya Arrazy, Rabu (22/6) siang membuka mata publik bahwa selama ini perempuan istimewa yang dipilih sang kiai untuk mendampingi hidupnya berasal dari pesisir pantai utara Tuban. Persisnya dari Desa/Kecamatan Palang. Perempuan beruntung tersebut adalah Eli Ermawati.
Sejak meletus insiden maut tersebut, Jawa Pos Radar Tuban berusaha menelusuri jejak Ning Eli, panggilan akrabnya. Dari sejumlah sumber di kampung kelahirannya, hanya beberapa saja yang mau mengungkapkan. Salah satunya Kepala Desa Palang Agus Abdul Manan.
Dia menceritakan, masa kecil Ning Eli dihabiskan di lingkungan kampungnya yang hanya berjarak selemparan batu dengan pantai. Pendidikan MI dan MTs-nya di lembaga pendidikan Ponpes Al-Musthofawiyah Palang yang tak jauh dari rumahnya.
‘’Baru keluar dari Palang setelah lulus MTs,’’ tuturnya. Selepas menyelesaikan pendidikan di MTs Al-Musthofawiyah, Ning Eli melanjutkan studinya di MAN Malang.
Setelah lulus aliyah, sebagaimana ditulis website tebuireng.co, Ning Eli mondok di Pesantren Darus Sunnah International Institute of Hadith Science, Ciputat mulai 2007 sambil berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Menurut Agus, keluarga Ning Eli berlatar belakang keluarga biasa. Kedua orang tuanya, Haji Muslik dan Hajah Mariana bukan kalangan terpandang. Juga bukan berlatar belakang tokoh agama. Di Palang, Haji Muslik dikenal sebagai juragan kapal yang memiliki enam anak.
”Anak-anak (Haji Muslik, Red) memang dikenal pintar-pintar dan cerdas,” ujar kepala desa dua periode itu.
Begitu juga Ning Eli yang merupakan putra ketiga. Dia terlahir kembar. Saudara kembarnya bernama Eny Rohmawati berdinas di institusi kesehatan di Tuban. Sejak kecil, Ning Eli dikenal sebagai sosok yang cerdas. Karena kecerdasannya, lanjut Agus, dia mendapat beasiswa ketika kuliah di UIN Syarif Hidayatullah.
Bagaimana pertemuan Ning Eli dengan Buya Arrazy dan kemudian menikah? Sepengetahuan Agus, keduanya dipertemukan saat belajar di Pesantren Darus Sunnah International Institute of Hadith Science, Ciputat. Buya Arrazy merupakan kakak angkatan Ning Eli di ponpes tersebut.
‘’Pernikahannya di Ciputat, Tangerang pada 2010,’’ ujarnya.
Sumber lain yang keberatan namanya dikorankan menambahkan, keluarga Palang yang menghadiri pernikahan Ning Eli dengan Buya Arrazy hanya keluarga inti. Karena itu, tak banyak tetangga di kampungnya yang mengetahui. Setelah menikah, Ning Eli tinggal bersama Buya Arrazy di Jakarta.
‘’Setiap berdakwah di daerah Jatim pasti mampir pulang ke Palang,’’ tambah pria yang sebagian rambutnya beruban tersebut.
Setiap Ramadan, lanjut Agus, Ning Eli dan Buya Arrazy selalu pulang ke Palang. Setelah mertuanya berusia uzur, Ning Eli dan Buya Arrazy lebih sering tilik ke Palang.
Ning Asma Hanik, salah satu pengasuh Ponpes Al-Musthofawiyah enggan diwawancarai. Mulanya, telepon wartawan koran ini diterima. Setelah memperkenalkan diri dari Jawa Pos Radar Tuban, dia buru-buru beralasan menerima tamu. Ketika dihubungi kembali beberapa saat kemudian, Ning Hanik tidak mengangkat telepon.
Kabarnya, putri KH Ahmad Mustofa, salah satu pendiri Ponpes Al-Musthofawiyah tersebut tak hanya kenal baik dengan Ning Eli, namun juga masih kerabatnya. (fud/ds)