JAKARTA, Radar Tuban – Krisis yang dipicu pandemi Covid-19 menjadi momentum titik balik PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI untuk mempercepat dan mempertajam transformasi perusahaan. Transformasi tersebut mampu menjaga fundamental kinerja keuangan yang positif di tengah kondisi perekonomian dunia yang penuh dengan tantangan.
Dalam sembilan bulan (hingga kuartal III 2022), BRI berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 39,31 triliun atau tumbuh sebesar 106,14 persen year on year (yoy). Total asetnya pun meningkat 4,00 persen yoy menjadi Rp 1.684,60 triliun.
Atas kinerja positif BRI di tengah masa sulit tersebut, Direktur Utama BRI Sunarso dinobatkan sebagai CEO of The Year 2022 dalam ajang Top 100 CEO yang diselenggarakan Majalah Infobank, Rabu (23/11) di Jakarta.
Tidak hanya itu, BRI juga meraih empat penghargaan lain dalam ajang tersebut. Penghargaan-penghargaan tersebut diterima oleh Direktur Digital & IT BRI Arga M Nugraha yang didapuk menjadi Top Next Leaders 2022. Selain itu, Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu, SEVP Treasury BRI Achmad Royadi, dan EVP Digital Banking BRI Kaspar Situmorang juga dinobatkan sebagai Top Next Leaders 2022.
Sunarso mendedikasikan penghargaan tersebut untuk seluruh insan BRILiaN (pekerja BRI). ”Saya dedikasikan penghargaan ini kepada Insan BRILiaN yang telah memberikan kontribusi terbaiknya kepada BRI untuk Indonesia. Penghargaan ini juga saya persembahkan untuk seluruh nasabah UMKM BRI yang berhasil bangkit dari pandemi, serta dapat terus tumbuh dan semakin tangguh,” ungkapnya.
Atas capaian tersebut, Sunarso mengungkapkan bahwa pandemi justru dimanfaatkan untuk mempercepat akselerasi transformasi di tubuh perseroan. ”Pandemi merupakan titik balik mempertajam transformasi menjadi BRIvolution 2.0 untuk mencapai visi ”The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia and Champion of Financial Inclusion di tahun 2025. Di antaranya, pendirian Holding Ultra Mikro sebagai sumber pertumbuhan baru, mengakselerasi pertumbuhan CASA dan mempercepat transformasi digital yang dikawal dengan tranformasi culture,” ujarnya.
Di tengah masa sulit akibat pandemi tersebut, transformasi yang dilakukan BRI fokus pada dua area utama, yakni digital dan culture. Transformasi digital dilakukan dengan fokus mendapatkan efisiensi melalui digitalisasi proses bisnis dan menciptakan value baru melalui new business model. Contoh nyata efisiensi digitalisasi business process adalah adanya BRISPOT atau aplikasi pemrosesan kredit melalui mobile yang digunakan oleh tenaga pemasar (mantri) BRI. ”Dengan BRISPOT, proses booking kredit mikro (produktivitas) meningkat dari rata-rata Rp 2,5 triliun per bulan menjadi lebih dari Rp 4 triliun per bulan. Selain itu proses kredit jauh lebih cepat, dari sebelumnya yang membutuhkan waktu 2 minggu menjadi rata-rata 2 hari, bahkan dapat lebih cepat.”
Contoh keberhasilan new business model dari transformasi digital yang dilakukan BRI adalah layanan perbankan melalui agen yang dinamakan AgenBRILink yang hingga akhir September 2022 BRI telah memiliki 597.177 agen yang tersebar di seluruh Indonesia. ”Agen-agen ini telah melayani transaksi finansial sebanyak 799 juta transaksi dengan volume transaksi mencapai Rp 963 triliun dalam sembilan bulan,” jelasnya.
Selain memberikan Fee Based Income bagi BRI sebesar Rp 1 triliun, kata Sunarso, Agen BRILink juga memberikan economic sharing fee yang diterima para agen dengan proyeksi mencapai Rp 2 triliun sampai Rp 3 triliun.
Digitalisasi terbukti mampu mengakselerasi kinerja BRI pada saat pandemi. Contoh lain adalah adanya BRImo, Super Apps milik BRI yang mampu mencatatkan pertumbuhan signifikan selama pandemi berlangsung. Hingga akhir September 2022 tercatat pemakai BRImo mencapai 21,5 juta user dengan volume transaksi mencapai Rp 1.907 triliun.
Dari sisi culture, pada pertengahan 2020 lalu BRI melakukan penyelarasan core value untuk meningkatkan mutu SDM. ”Sejak diluncurkan menteri BUMN pada Juli 2020 lalu, BRI langsung mengimplementasikan dan menyelaraskan AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif) dengan core value perseroan. Hasilnya dapat dirasakan bahwa saat ini seluruh insan BRIlian (pekerja BRI) menyadari peran pentingnya untuk memberikan makna bagi Indonesia, baik melalui economic value maupun social value,” jelasnya.
Sunarso juga mengungkapkan bahwa kinerja positif BRI di tengah kondisi yang penuh tantangan saat ini tak lepas dari strategic response BRI yang tepat. Fungsi intermediary sebagai penyalur kredit maupun menghimpun dana masyarakat pun tumbuh positif. ”Kami dapat menjaga sustainability pertumbuhan ini dengan fokus pada aspek likuiditas terutama pertumbuhan dana murah, serta menjaga kualitas aset. Terutama kredit yang kami restrukturisasi akibat pandemi Covid-19. Di samping itu, BRI juga mampu mencatat pertumbuhan Fee Based Income yang semakin baik dengan ditopang meningkatnya transaksi digital banking BRI berkat transformasi digital yang terus dilakukan secara berkelanjutan,” jelasnya.
Dari aspek penyaluran kredit, hingga akhir September 2022, total kredit dan pembiayaan BRI Group tercatat sebesar Rp 1.111,48 triliun atau tumbuh 7,92 persen yoy. Secara khusus, portofolio kredit UMKM BRI tercatat meningkat sebesar 9,83 persen yoy dari Rp 852,12 triliun di akhir September 2021 menjadi Rp 935,86 triliun di akhir September 2022. Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus meningkat, menjadi sebesar 84,20 persen.
Dalam hal penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI berhasil mencatatkan kinerja positif. Hingga akhir Kuartal III 2022, DPK BRI tercatat tumbuh positif menjadi Rp 1.139,77 triliun. Dana murah (CASA) menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK BRI, di mana secara year on year meningkat sebesar 10,22 persen. Adapun proporsi CASA BRI konsolidasian tercatat 65,43 persen, meningkat signifikan dibandingkan dengan CASA pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 59,60 persen. Hal tersebut memberikan dampak positif terhadap biaya dana (Cost of Fund) BRI secara konsolidasian yang terus turun menjadi sebesar 1,94 persen.
Sunarso menjelaskan, kinerja positif tersebut tidak terlepas dari upaya BRI merespons krisis melalui transformasi BRIVolution 2.0 yang telah diterapkan sejak awal pandemi Covid-19. ”Melalui transformasi yang bertumpu pada aspek digital dan culture, BRI mampu menjadi perusahaan yang dapat meng-create social and economic values bagi seluruh stakeholder,” pungkasnya.(*/ds)