Banjir di sejumlah kecamatan yang dipicu intensitas hujan tinggi dalam dua pekan terakhir menjadi perhatian serius Bupati Aditya Halindra Faridzky. Dalam sepekan ini, sudah dua kali turun langsung—meninjau lokasi dan titik-titik penyebab banjir.
SENIN (17/10) pekan lalu, sehari pascabanjir menerjang sejumlah desa, Mas Lindra—sapaan akrab bupati, turun langsung ke titik-titik banjir di beberapa kecamatan. Di antaranya, Kecamatan Montong, Parengan, Soko, dan Rengel.
Titik pertama di Desa Sumurgung, Kecamatan Montong. Lokasi yang ditinjau Waduk Manganan dan saluran anak sungai di desa setempat. Titik selanjutnya, di Desa Suciharjo, Kecamatan Parengan, kemudian Desa Sokosari dan Sandingrowo, Kecamatan Soko.
Dan terakhir, di Desa Karangtinoto dan Desa Kebonagung, Kecamatan Rengel. Dalam kesempatan tersebut, Mas Lindra mengungkapkan, rata-rata penyebab banjir adalah faktor sendimentasi, minimnya pohon penghijauan di wilayah perbukitan hingga sepanjang sungai, serta masih banyak warga membuang sampah sembarangan di aliran sungai. Sebab itulah, bupati muda ini tak bosan-bosan mengingatkan kepada seluruh masyarakat Tuban untuk bersama-sama menjaga lingkungan—melakukan penghijauan dan tidak menebang pohon sembarangan. Atau minimal tidak membuang sampah sembarangan.
Selang sepekan, Rabu (26/10) lalu, Mas Lindra bersama jajaran Kapolres AKBP Rahman Wijaya, Dandim 0811 Tuban Letkol Inf Suhada Erwin, Sekda Budi Wiyana, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang serta Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPRPRKP) Tuban Agung Supriyadi, serta sejumlah pejabat terkait, kembali turun ke lapangan—meninjau titik-titik lokasi penyebab banjir di tiga kecamatan. Pertama, di Desa Bogorejo dan Temandang, Kecamatan Merakurak, kemudian Desa Pucangan, Kecamatan Montong, dan terakhir di Desa Suciharjo, Kecamatan Parengan.
Lagi-lagi yang menjadi pemicu banjir tidak jauh beda, yakni akibat sendimentasi dan sumbatan sampah. Kondisi ini membuat air hujan dari hulu tidak bisa mengalir normal, sehingga meluber, lalu menyebabkan banjir.
‘’(Pemicunya, Red) hampir semua sama, faktor gorong-gorong yang sempit dan sumbatan sampah,’’ tutur Mas Lindra setelah melihat detail penyebab banjir di lapangan.
Untuk titik-titik penyebab banjir yang disebabkan sampah, langsung dieksekusi dengan cepat—seketika langsung dibersihkan. Adapun langkah taktis lainnya, membuat kantong-kantong air di beberapa titik aliran sungai. Itu dibuat untuk mengontrol atau memperlambat aliran air, sehingga kiriman air dari hulu tidak langsung tumpah ke hilir.
‘’Ini penanganan bersifat sementara. Sedangkan untuk penambahan drainase dan normalisasi masih kita lakukan,’’ tuturnya.
Ditegaskan Mas Lindra, banjir adalah persoalan dari hulu hingga hilir. Menyelesaikannya tidak bisa hanya di hilir, tapi juga dari hulu. Dan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, tapi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat. Utamanya dalam hal menjaga lingkungan, mulai dari penghijauan di wilayah perbukitan, sepanjang tanggul aliran sungai, hingga tidak membuang sampah sembarangan.
‘’Ini adalah tanggung jawab bersama. Pentingnya menjaga lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan,’’ pesannya kepada seluruh masyarakat Tuban.
Dalam beberapa kali turun ke lapangan, Mas Lindra menyampaikan terima kasih dan apresiasi luar biasa kepada TNI, Polri, anggota BPBD, serta masyarakat yang turut serta gotong royong—kerja bakti membersihkan titik-titik yang menjadi pemicu banjir, seperti membersihkan lumpur dan sumbatan sampah.
‘’Inilah yang kami harapkan—gotong royong, bergerak beriringan menyelesaikan masalah banjir secara bersama-sama,’’ tutur Mas Lindra bangga dengan keguyuban masyarakat Tuban. (tok)