Sepak bola tidak hanya monopoli permainan kaum pria. Tapi perempuan juga bisa. Salah satunya Diah Arum Purweni, 19. Tak hanya sekadar hobi. Dia juga bercita-cita menjadi pesepak bola profesional.
KECINTAAN Arum—sapaan karib Diah Arum Purweni—dalam bermain sepak bola sejak masih berseragam merah putih, tepatnya saat duduk di bangku kelas VI SD hingga sekarang.
Kerennya lagi, sudah banyak prestasi yang diraih Arum. Sudah tidak terhitung berapa banyak medali yang diperoleh, dari kejuaran lokal hingga nasional.
Dara berdomisili di Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding ini mengungkapkan, hobi bermain bola dilandasi kesukaannya terhadap olah raga. Sejak kecil sudah terlibat aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler atletik. Pun awalnya juga tidak langsung fokus pada sepak bola.
‘’Sebelum memutuskan main bola, saya pernah terjun di olahraga voli,’’ katanya kepada Jawa Pos Radar Tuban. Namun hal itu tidak bertahan lama.
‘’Saya merasa kurang pas menjadi atlet voli, dan ternyata cocoknya main bola. Mungkin sudah menjadi bakat dari kecil,’’ tambahnya.
Sepak bola yang notabenenya dimonopoli oleh kaum laki-laki tak lantas membuat Arum minder. Baginya, terpenting menyenangi apa yang menjadi hobi.
‘’Enjoy dan dibawa santai saja,’’ ujarnya.
Meski demikian, tidak lantas perjalanannya menekuni sepak bola berjalan mulus. Tidak jarang lelah hingga hampir putus asa menghampirinya, karena tidak mudah menjadi pesepak bola profesional. Bahkan, dia juga sempat tidak mendapat restu dari orang tua, hingga digunjing tetangga. Maklum, iklim budaya sepak bola di Tuban masih identik dengan laki-laki.
‘’Tapi karena saya yakin (bisa menjadi pesepak bola profesional, Red), sehingga saya terus menguatkan diri, terus semangat latihan dan fokus membuktikan bahwa perempuan juga bisa menjadi pesepak bola,’’ ungkapnya.
Dan hal itu mampu dibuktikan Arum. Dia beberapa kali dikontrak klub-klub besar sepak bola remaja perempuan. Terakhir, gadis yang saat ini duduk di bangku kelas XII SMA ini dikontrak Persewangi (Per satuan Sepak Bola Banyuwangi) dalam Liga Pertiwi pada Maret 2022 lalu.
Dalam kontraknya yang berjalan satu bulan tersebut, ia mendapatkan dispen dari sekolahnya. Karena masih fokus sekolah, untuk sementara mengalir.
‘’Fokus di Tuban dulu. Dan untuk sementara gabung klub sepak bola One Club dan Putri Unirow,’’ terang gadis kelahiran 2003 itu.
Untuk ke depan, siswi SMKN 1 Tuban ini menargetkan bisa berlaga di Liga Pertiwi dan Kartini 2023. Namun, sampai saat ini penyelenggaraannya belum ada kejelasan.
‘’Untuk itu, sementara fokus persiapan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2023 bersama teman-teman,’’ ujarnya.
Disinggung perihal masa depan sepak bola perempuan di Indonesia, gadis berambut pendek ini merasa ragu-ragu. Sebab, melihat gelaran acara sepak bola di Indonesia masih tidak jelas. Mu lai dari penataan sistem organisasi kesepak bolaannya hingga suporter yang terkadang masih anarkis.
‘’Pandangan saya masih abu-abu(belum jelas, Red), melihat perlunya banyak hal yang harus diperbaiki,’’ tandasnya, namun tetap semangat untuk terus berkarir di dunia sepak bola. (zid/tok)