Radartuban.jawapos.com – “Pie kabare Persatu?” Begitulah tulisan dalam spanduk yang dibentangkan Ronggomania—suporter Persatu di tribun Stadion Bumi Wali saat laga persahabatan antara tim Porprov Tuban dengan tim Porprov Sidoarjo, Sabtu (4/6) lalu.
Bunyi tulisan dalam spanduk berukuran sekitar 3×1 meter tersebut merupakan bentuk ungkapan kekecewaan suporter, sekaligus rasa kangen terhadap tim kesayangan. Maklum, pasca terdegradasi dari liga dua, Persatu seakan hilang tanpa kabar.
Sebagian suporter menuntut kepada manajemen agar Persatu diserahkan ke pemkab. ‘’Peralihan dari Persatu ke pemkab harus segera direalisasikan. Jika tidak, nasib Persatu akan semakin tidak jelas dan tidak bisa berlaga musim ini,’’ Rubi Regonoval, salah satu suporter Persatu.
Kenapa penyerahan Persatu ke pemkab harus segera, terang Rubi, karena dirinya mendapat rumor: jika Persatu tidak segera ada kejelasan, maka sudah ada klub baru yang siap menjadi perwakilan dari Tuban.
‘’Jika begitu, lalu bagaimana dengan nasib Persatu. Makanya kami terus mengawal proses peralihan ini,’’ ujarnya.
Apabila nanti persatu resmi diambil alih pemkab, maka nantinya akan di bawah kontrol Askab PSSI Tuban.
‘’Informasi yang kami terima, Ketua Persatu, Pak Nasrudin sudah menyatakan siap untuk proses pengalihan. Tapi sampai sekarang kok belum ada kejelasan,’’ tandas Rubi mewakili sejumlah Ronggomania yang sepakat Persatu diambil alih pemkab.
Terpisah, Sekretaris Persatu Fahmi Fikroni menyatakan, musim ini dirinya masih optimis Persatu dapat mengikuti liga 3. Dirinya juga sudah menawarkan ke sejumlah pihak yang bersedia menjadi manajer tim.
‘’Siapa pun nanti manajernya, kami tetap berkeinginan Persatu ikut laga liga tiga,’’ ujarnya.
Roni—sapaan akrabnya Fahmi Fikroni, menargetkan paling lama akhir Juni ini sudah ada manajer Persatu yang baru. Dengen begitu, bisa persiapan untuk menyambut liga tiga yang berlangsung Agustus nanti.
Disinggung soal tuntutan suporter agar Persatu diambil alih pemkab, Roni mengaku tidak masalah. Baginya, siapapun yang akan mengelola persatu tidak menjadi problem.
‘’Sudah sejak dulu kami sampaikan siapa saja bisa mengelola Persatu, tapi tidak ada yang mau,’’ ujarnya.
Hanya saja, terang politikus PKB itu, tuntutan untuk mengembalikan Persatu ke Askab juga perlu dipertanyakan. ‘’Wong sekarang Askab saja tidak didanai APBD, bagaimana bisa mendanai Persatu,’’ tandasnya. (fud/tok)