Radartuban.jawapos.com – Umumnya, di mana-mana pemilik klub yang lebih aktif dan kooperatif dalam menyiapkan tim. Namun, tugas ideal tersebut tampaknya tidak berlaku bagi Persatu Tuban. Bukan pemilik klub yang kooperatif jemput bola menyiapkan tim, tapi sebaliknya, malah manajer yang aktif. Itulah kondisi internal Persatu Tuban saat ini.
Sebagaimana diketahui, manajemen Persatu Tuban membuat kejutan dengan menunjuk Wakil Bupati Riyadi sebagai manajer Persatu. Namun, sejak hampir dua bulan lalu hingga sekarang tak kunjung ada kepastian. Keadaan yang demikian lantas membuat Riyadi bingung sendiri. Sebab tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tugasnya apa dan harus melakukan apa? sejauh ini tidak jelas.
Karenanya, apabila manajemen serius menunjuk dirinya sebagai manajer, Riyadi berharap segera ada kepastian dari manajemen. Minimal duduk satu meja—menyampaikan komitmen klub kepada dirinya.
‘’Saya akan memulai (mengelola Persatu, Red) kalau diawali dengan ketemu bareng (bersama para pemilik saham, Red). Sebab kalau ketemu sendirian, jangan-jangan yang lain nggak tahu,’’ ujarnya terkesan aneh, kok malah manajer yang menunggu kepastian dari klub.
Bukannya disambut positif, iktikad baik dari manajer, yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemilik klub, malah tidak menemukan kepastian. Disampaikan Riyadi, sejauh ini belum ada agenda duduk satu meja bersama pemilik klub— membahas masa depan Persatu.
‘’Jalannya bagaimana, itukan (tergantung, Red) pemesan pemilik (pemilik saham, Red). Manajer tinggal mengolah apa yang menjadi kemauan pemilik,’’ ujar Riyadi yang seakan
bingung sendiri dengan jabatan dirinya sebagai manajer.
Karena tak kunjung ada kejelasan itulah, terang Riyadi, hingga saat ini dirinya lebih memilih pasif.
‘’Selama belum ada pertemuan formal bersama seluruh pemegang saham dan ada keputusan bersama, maka saya belum bisa start (memulai tugas sebagai manajer, Red),’’ terang mantan CEO Puma FC Desa Maibit Kecamatan Rengel itu.
Dengan ketidakjelasan tugasnya sebagai manajer, apakah tidak lebih baik mundur? Riyadi menegaskan, sejak awal dirinya diminta menjadi manajer Persatu dan menyetujui permintaan tersebut, itu semua karena kecintaannya terhadap Persatu.
‘’Saya berpikir demi kepentingan bersama. Dan saya mencintai Persatu,’’ katanya.
Sayang, komitmennya tersebut seakan bertebuk sebelah tangan. Bukannya disambut bahagia, malah manajemen yang seakan tampak tidak jelas. Dan lagi-lagi tidak ada manajemen yang memberikan respon.
Sampai berita ini ditulis tadi malam, sejumlah petinggi Persatu yang dikonfirmasi wartawan koran ini tidak ada yang merespon. Baik Komisaris Utama PT Persatu Putra
Tuban Nashruddin Ali maupun Direktur PT Persatu Putra Tuban Fahmi Fikroni, berkali-kali ponselnya dihubungi hanya terdengar nada sambung, tapi tak kunjung diangkat. (zak/tok)