30.7 C
Tuban
Friday, 22 November 2024
spot_img
spot_img

Sebelum Resolusi

spot_img

Waktu seakan berjalan begitu cepat. Sepertinya baru selumbari lalu kita merasakan transisi pergantian tahun dari 2022 menuju 2023. Kini, tahun baru 2024 sudah di depan mata.

OLEH jamak orang, pergantian tahun menjadi sangat spesial. Terlebih, bagi mereka yang bisa merayakan liburan sambil nge-posting aktivitas senang-senangnya di Insta Story maupun status WhatsApp.

Namun, akan terasa menyesakkan bagi mereka yang masih bergelut dengan pekerjaan dan gaji yang pas-pasan. Ditambah belum memiliki pasangan.

Alih-alih liburan, sejenak tidak memikirkan pekerjaan, cicilan, plus pertanyaan: kapan lamaran saja sudah sangat melegakan. Heuheu…

Melihat orang pamer senang-senang liburan, tapi di sisi lain masih banyak saudara kita yang tidak bisa merasakan, memang kadang sangat menyebalkan.

Namun, itulah kehidupan: ada senang, ada susah, ada yang bisa menjaga perasaan, ada yang bodo amat—penting senang. Salah sendiri lihat Insta Story.

Pun dengan perjalanan kita selama 2023. Ada banyak yang berhasil mencapai harapan. Tapi tidak sedikit pula yang gagal. Bahkan berantakan—meleset jauh dari harapan.

Namun, 2024 tetap menjadi harapan kita bersama. Momentum untuk kembali menyiapkan resolusi—catatan-catatan yang ingin kita capai selama satu tahun ke depan.

Dan, berikut beberapa hal-hal yang bisa kalian lakukan sebelum menyusun resolusi agar tidak gagal lagi.

Bersyukur dan Berpikir Positif

Di antara ciri-ciri orang sombong adalah enggan mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih, baik kepada Tuhan maupun kepada sesama.

Karenanya, jika kalian menyusun resolusi 2024 tanpa diawali rasa syukur dan terima kasih atas segala yang telah diberikan Tuhan kepada kita di tahun-tahun sebelumnya, maka kita adalah golongan orang-orang yang…? …ya, betul sekali.

Kawan! hidup ini adalah proses dan perjalanan. Musuh kita hanya soal waktu, sedangkan sahabat kita adalah pembiasaan.

Ketika kita sudah terbiasa, maka waktu tak lagi menjadi musuh, melainkan sahabat yang membersamai dalam proses.

Karena itu, sesungguhnya dalam hidup ini tidak ada yang gagal.

Seperti menjadi penulis. Sesungguhnya tidak ada tulisan yang jelek. Yang ada hanyalah proses.

Ketika ada orang yang menganggap bahwa tulisan saya jelek, saya selalu beranggapan bahwa saya masih dalam perjalanan.

Jika rencana kita ingin ke Surabaya, anggap saja baru sampai Lamongan. Kapan kita akan sampai ke Surabaya, itu hanya soal waktu.

Baca Juga :  Kembalilah! Bangsa Ini Telah Jauh Meninggalkan Koridor Demokrasi

Pun dengan hidup ini. Bersyukur adalah fondasi, terus berjalan adalah kunci.

Jika lelah, sejenak berhenti sembari merefleksikan diri dan evaluasi, setelah itu berjalan lagi.

Namun, saya tidak bisa menjawab jika ada politikus yang bertanya: Apakah kegagalan mencalonkan diri menjadi anggota DPRD adalah bagian dari proses?

Jujur, ini adalah pertanyaan yang teramat sulit untuk dijawab.

Sesulit memberikan solusi kepada orang yang menjadi korban janji diangkat menjadi PNS, Polisi, dan TNI lewat jalur ngguri.

Sudah kadung membayar ratusan juta, eh ternyata gagal menjadi aparat negara.

Kira-kira seperti itulah jawaban bagi calon anggota legislatif (caleg) yang gagal terpilih.

Sebab, proses adalah dedikasi, kejujuran, dan idealisme. Bukan money politics. Sialnya, belum ada ruang untuk memperjuangkan dedikasi, kejujuran, dan idealisme dalam demokrasi pemilu di negeri ini.

Tetapkan Skala Prioritas

Menentukan resolusi itu seperti halnya menulis.

Seorang penulis akan kerepotan jika tidak mampu menentukan tema atau ide pokok  yang akan ditulis. Dan ini biasanya dialami oleh rata-rata penulis pemula.

Orang yang baru mengawali menulis, kebiasaannya ingin menulis tentang semua yang dipikirkan. Apa saja ingin ditulis. Sehingga tulisannya menjadi tidak fokus.

Jangankan orang lain, kadang dirinya sendiri pun tidak paham dengan apa yang ditulis.

Selain tidak fokus, sering kali orang baru mengawali menulis, merasa mudah menyampaikan ide dan gagasan yang ada dalam pikiran.

Seakan begitu mudah menuangkannya dalam tulisan.

Dalam bayangan, apa yang akan ditulis bisa mengalir begitu saja. Lancar. Tapi ketika sudah menghadap laptop, seketika menjadi sangat rumit.

Ide dan gagasan yang sempat mengendap dalam pikiran tiba-tiba hilang. Mendadak tidak tahu apa yang akan ditulis, sehingga berhenti menulis (jangan tersenyum, kalian pasti pernah mengalami).

Pun demikian dalam menyusun resolusi. Sepertinya tidak jauh beda. Harus ada skala prioritas yang ditetapkan.

Seperti halnya menentukan ide pokok sebelum menulis, kira-kira yang mau dicapai pada 2024 nanti apa, harus jelas di awal.

Setelah itu baru menyusun paragraf-paragraf untuk mencapai tujuan skala prioritas.

Harus digarisbawahi bahwa skala prioritas adalah tujuan utama. Artinya, bukan berarti tidak ada tujuan yang lain.

Misalnya, jika resolusi 2024 anda adalah menikah. Maka anda harus berpikir apa yang harus disiapkan untuk mencapai ide pokok atau tujuan utama tersebut.

Baca Juga :  Stigma Perempuan Lajang

Itulah analogi kalimat pendukung dalam sebuah paragraf.

Ketika tujuannya menikah, maka dengan siapa anda akan menikah. Ketika sudah menemukan pasangan, lalu apa yang harus anda siapkan sebelum menuju pelaminan. Itulah cara sederhana menentukan skala prioritas.

Begitu juga dengan resolusi lain. Skala prioritasnya harus jelas sejak awal.

Tata Niat untuk Memulai

Permulaan adalah bagian tersulit dari setiap perjalanan.

Seperti halnya menulis. Selama tidak dimulai, maka selama itu pula tidak akan pernah menghasilkan tulisan.

Contohnya tulisan ini. Untuk memulainya begitu berat. Dari rasa malas hingga sulitnya menemukan sebuah ide.

Namun, ketika tidak saya paksa untuk memulai, maka tulisan ini tidak akan pernah jadi.

Begitu juga dengan resolusi. Selamanya hanya akan menjadi catatan ketika malas untuk memulai.

Anggap saja, satu di antara resolusi 2024 adalah diet.

Bagaimana mungkin resolusi diet akan berhasil jika untuk memulai menjaga pola makan sehat dan olahraga saja malas.

Meskipun toh sudah menyusun rencana resolusi diet sedemikian rupa, macam-macam video tips sukses diet sudah di-download.

Namun, selama tidak memulai untuk menjaga pola makan sehat dan rutin olahraga —minimal jogging tiga kali dalam seminggu, maka resolusi diet mending dicoret saja.

Karena itu, terpenting dari resolusi adalah memantabkan niat untuk memulai.

Jika niat untuk memulai saja tidak ada, mending biasa-biasa saja. Dan karena biasa-biasa saja, maka jangan berharap hasil yang luar biasa.

Jalani dan Senangi

“Satu-satunya cara untuk melakukan pekerjaan hebat adalah dengan mencintai apa yang kamu lakukan.”—Steve Jobs.

Menulis itu rumit. Namun akan semakin rumit dan melelahkan ketika kamu menulis dengan terpaksa. Pun demikian dalam hal yang lain.

Karena itu, penting untuk menyenangi setiap yang akan kita jalani. Ketika kita sudah mencanangkan resolusi, maka untuk memulainya adalah dengan menyenangi.

Jika resolusinya diet, maka senangilah menjaga pola makan sehat dan olahraga.

Selain membuat nyaman, mengerjakan sesuatu dengan senang juga bisa  mendatangkan keberkahan. Sebab, keikhlasan ada pada diri seseorang yang menyenangi pekerjaan.

Dan Tuhan bersama orang-orang ikhlas.

Wabakdu, semoga kita menjadi bagian dari orang-orang yang ikhlas. AMIN… (*)

Waktu seakan berjalan begitu cepat. Sepertinya baru selumbari lalu kita merasakan transisi pergantian tahun dari 2022 menuju 2023. Kini, tahun baru 2024 sudah di depan mata.

OLEH jamak orang, pergantian tahun menjadi sangat spesial. Terlebih, bagi mereka yang bisa merayakan liburan sambil nge-posting aktivitas senang-senangnya di Insta Story maupun status WhatsApp.

Namun, akan terasa menyesakkan bagi mereka yang masih bergelut dengan pekerjaan dan gaji yang pas-pasan. Ditambah belum memiliki pasangan.

Alih-alih liburan, sejenak tidak memikirkan pekerjaan, cicilan, plus pertanyaan: kapan lamaran saja sudah sangat melegakan. Heuheu…

Melihat orang pamer senang-senang liburan, tapi di sisi lain masih banyak saudara kita yang tidak bisa merasakan, memang kadang sangat menyebalkan.

- Advertisement -

Namun, itulah kehidupan: ada senang, ada susah, ada yang bisa menjaga perasaan, ada yang bodo amat—penting senang. Salah sendiri lihat Insta Story.

Pun dengan perjalanan kita selama 2023. Ada banyak yang berhasil mencapai harapan. Tapi tidak sedikit pula yang gagal. Bahkan berantakan—meleset jauh dari harapan.

Namun, 2024 tetap menjadi harapan kita bersama. Momentum untuk kembali menyiapkan resolusi—catatan-catatan yang ingin kita capai selama satu tahun ke depan.

Dan, berikut beberapa hal-hal yang bisa kalian lakukan sebelum menyusun resolusi agar tidak gagal lagi.

Bersyukur dan Berpikir Positif

Di antara ciri-ciri orang sombong adalah enggan mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih, baik kepada Tuhan maupun kepada sesama.

Karenanya, jika kalian menyusun resolusi 2024 tanpa diawali rasa syukur dan terima kasih atas segala yang telah diberikan Tuhan kepada kita di tahun-tahun sebelumnya, maka kita adalah golongan orang-orang yang…? …ya, betul sekali.

Kawan! hidup ini adalah proses dan perjalanan. Musuh kita hanya soal waktu, sedangkan sahabat kita adalah pembiasaan.

Ketika kita sudah terbiasa, maka waktu tak lagi menjadi musuh, melainkan sahabat yang membersamai dalam proses.

Karena itu, sesungguhnya dalam hidup ini tidak ada yang gagal.

Seperti menjadi penulis. Sesungguhnya tidak ada tulisan yang jelek. Yang ada hanyalah proses.

Ketika ada orang yang menganggap bahwa tulisan saya jelek, saya selalu beranggapan bahwa saya masih dalam perjalanan.

Jika rencana kita ingin ke Surabaya, anggap saja baru sampai Lamongan. Kapan kita akan sampai ke Surabaya, itu hanya soal waktu.

Baca Juga :  Berperilaku Barbar, Pejabat Teror Wartawan

Pun dengan hidup ini. Bersyukur adalah fondasi, terus berjalan adalah kunci.

Jika lelah, sejenak berhenti sembari merefleksikan diri dan evaluasi, setelah itu berjalan lagi.

Namun, saya tidak bisa menjawab jika ada politikus yang bertanya: Apakah kegagalan mencalonkan diri menjadi anggota DPRD adalah bagian dari proses?

Jujur, ini adalah pertanyaan yang teramat sulit untuk dijawab.

Sesulit memberikan solusi kepada orang yang menjadi korban janji diangkat menjadi PNS, Polisi, dan TNI lewat jalur ngguri.

Sudah kadung membayar ratusan juta, eh ternyata gagal menjadi aparat negara.

Kira-kira seperti itulah jawaban bagi calon anggota legislatif (caleg) yang gagal terpilih.

Sebab, proses adalah dedikasi, kejujuran, dan idealisme. Bukan money politics. Sialnya, belum ada ruang untuk memperjuangkan dedikasi, kejujuran, dan idealisme dalam demokrasi pemilu di negeri ini.

Tetapkan Skala Prioritas

Menentukan resolusi itu seperti halnya menulis.

Seorang penulis akan kerepotan jika tidak mampu menentukan tema atau ide pokok  yang akan ditulis. Dan ini biasanya dialami oleh rata-rata penulis pemula.

Orang yang baru mengawali menulis, kebiasaannya ingin menulis tentang semua yang dipikirkan. Apa saja ingin ditulis. Sehingga tulisannya menjadi tidak fokus.

Jangankan orang lain, kadang dirinya sendiri pun tidak paham dengan apa yang ditulis.

Selain tidak fokus, sering kali orang baru mengawali menulis, merasa mudah menyampaikan ide dan gagasan yang ada dalam pikiran.

Seakan begitu mudah menuangkannya dalam tulisan.

Dalam bayangan, apa yang akan ditulis bisa mengalir begitu saja. Lancar. Tapi ketika sudah menghadap laptop, seketika menjadi sangat rumit.

Ide dan gagasan yang sempat mengendap dalam pikiran tiba-tiba hilang. Mendadak tidak tahu apa yang akan ditulis, sehingga berhenti menulis (jangan tersenyum, kalian pasti pernah mengalami).

Pun demikian dalam menyusun resolusi. Sepertinya tidak jauh beda. Harus ada skala prioritas yang ditetapkan.

Seperti halnya menentukan ide pokok sebelum menulis, kira-kira yang mau dicapai pada 2024 nanti apa, harus jelas di awal.

Setelah itu baru menyusun paragraf-paragraf untuk mencapai tujuan skala prioritas.

Harus digarisbawahi bahwa skala prioritas adalah tujuan utama. Artinya, bukan berarti tidak ada tujuan yang lain.

Misalnya, jika resolusi 2024 anda adalah menikah. Maka anda harus berpikir apa yang harus disiapkan untuk mencapai ide pokok atau tujuan utama tersebut.

Baca Juga :  Mengangkat Tenaga Honorer Menjadi PPPK Itu Impas

Itulah analogi kalimat pendukung dalam sebuah paragraf.

Ketika tujuannya menikah, maka dengan siapa anda akan menikah. Ketika sudah menemukan pasangan, lalu apa yang harus anda siapkan sebelum menuju pelaminan. Itulah cara sederhana menentukan skala prioritas.

Begitu juga dengan resolusi lain. Skala prioritasnya harus jelas sejak awal.

Tata Niat untuk Memulai

Permulaan adalah bagian tersulit dari setiap perjalanan.

Seperti halnya menulis. Selama tidak dimulai, maka selama itu pula tidak akan pernah menghasilkan tulisan.

Contohnya tulisan ini. Untuk memulainya begitu berat. Dari rasa malas hingga sulitnya menemukan sebuah ide.

Namun, ketika tidak saya paksa untuk memulai, maka tulisan ini tidak akan pernah jadi.

Begitu juga dengan resolusi. Selamanya hanya akan menjadi catatan ketika malas untuk memulai.

Anggap saja, satu di antara resolusi 2024 adalah diet.

Bagaimana mungkin resolusi diet akan berhasil jika untuk memulai menjaga pola makan sehat dan olahraga saja malas.

Meskipun toh sudah menyusun rencana resolusi diet sedemikian rupa, macam-macam video tips sukses diet sudah di-download.

Namun, selama tidak memulai untuk menjaga pola makan sehat dan rutin olahraga —minimal jogging tiga kali dalam seminggu, maka resolusi diet mending dicoret saja.

Karena itu, terpenting dari resolusi adalah memantabkan niat untuk memulai.

Jika niat untuk memulai saja tidak ada, mending biasa-biasa saja. Dan karena biasa-biasa saja, maka jangan berharap hasil yang luar biasa.

Jalani dan Senangi

“Satu-satunya cara untuk melakukan pekerjaan hebat adalah dengan mencintai apa yang kamu lakukan.”—Steve Jobs.

Menulis itu rumit. Namun akan semakin rumit dan melelahkan ketika kamu menulis dengan terpaksa. Pun demikian dalam hal yang lain.

Karena itu, penting untuk menyenangi setiap yang akan kita jalani. Ketika kita sudah mencanangkan resolusi, maka untuk memulainya adalah dengan menyenangi.

Jika resolusinya diet, maka senangilah menjaga pola makan sehat dan olahraga.

Selain membuat nyaman, mengerjakan sesuatu dengan senang juga bisa  mendatangkan keberkahan. Sebab, keikhlasan ada pada diri seseorang yang menyenangi pekerjaan.

Dan Tuhan bersama orang-orang ikhlas.

Wabakdu, semoga kita menjadi bagian dari orang-orang yang ikhlas. AMIN… (*)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img