Kurikulum pendidikan terus berubah. Setelah cukup lama menggunakan Kurikulum 2013, kini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi meluncurkan kurikulum baru, yakni Kurikulum Merdeka.
————————————————————————–
DI Tuban, kurikulum yang sebelumnya bernama Kurikulum Prototipe (sebelum diresmikan) ini masih terdengar asing. Belum sepenuhnya dipahami oleh kepala sekolah di Kota Legen.
‘’Seperti apa kurikulum yang baru ini, kami belum sepenuhnya paham, karena belum ada sosialisasi lebih lanjut,’’ kata salah satu kepala SMK di Tuban yang enggan disebutkan namanya.
Dia mengungkapkan, meski sudah resmi diluncurkan, tapi belum semua lembaga pendidikan menerapkan kurikulum ini. Untuk saat ini sifatnya masih opsional. Tidak ada paksaan. Hanya sekolah yang siap saja.
‘’Kalau kami masih menerapkan Kurikulum 2013,’’ ujar dia yang mengaku masih menunggu perkembangan lebih lanjut terkait penjelasan kurikulum baru tersebut.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Wilayah Tuban-Bojonegoro Adi Prayitno mengungkapkan, untuk sementara baru enam sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka. Yakni, SMKN Singgahan, SMKN Tambakboyo, SMK Muhammadiyah Pelayaran, SMK YPM 12, SMK Al Mustawa Soko, dan SMK Sunnatun Nur Senori.
‘’Keenam SMK ini merupakan SMK PK (Pusat Keunggulan),’’ terang Adi kepada Jawa Pos Radar Tuban.
Adi menyampaikan, Kurikulum Merdeka sebenarnya sudah diterapkan pada tahun ajaran 2021-2022. Namun, sebelumnya bernama Kurikulum Protitipe. Sifatnya masih uji coba.
‘’Sekarang resmi diluncurkan dengan nama baru Kurikulum Merdeka. Tapi, substansinya sama dengan Prototipe, namanya saja yang berubah,’’ terang terang pejabat low profile itu.
Meski sudah diluncurkan, terang Adi, kurikulum baru yang akan meninggalkan Kurikulum 2013 ini masih belum diwajibkan. Masing-masing sekolah diberikan kebebasan untuk memilih kurikulum. Bagi yang belum siap masih bisa menerapkan Kurikulum 2013.
‘’Sambil berjalan dan menanti kesiapan,’’ tuturnya.
Adi mengatakan, dengan Kurikulum Merdeka ini guru memiliki keleluasaan dalam menentukan format pembelajar, mulai cara mengajar, materi esensial, serta pengalaman yang ingin diajarkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam pemahaman lebih luas, Kurikulum Merdeka ini memberikan ruang yang lebih terbuka kepada siswa untuk mengeksplor potensi pada setiap individu.
Jika konteksnya adalah SMK PK, maka kurikulum yang disusun menyesuaikan bidang keahlian. Jika yang dibutuhkan adalah sinkronisasi dengan dunia usaha, maka kurikulumnya harus menyesuaikan dengan kebutuhan industri. Dengan demikian, siswa yang lulus sudah siap dihadapkan dengan dunia kerja. Kurikulum Merdeka ini juga menekankan pada penanaman karakter patriotik Pancasila.
‘’Siswa harus ditanamkan karakter cinta tanah air,’’ papar Adi.
Selain beberapa konteks di atas, kurikulum ini juga membawa paradigma baru yang sejalan dengan subtansi merdeka itu sendiri. Siswa seakan mendapat kemerdekan—belajar dengan menyenangkan. (tok/ds)