Dengan mengukur kompetensi yang bersifat mendasar (bukan konten kurikulum atau pelajaran), lanjut dia, pesan yang ingin disampaikan adalah guru diharapkan berinovasi mengembangkan kompetensi siswa melalui berbagai pelajaran melalui pengajaran yang berpusat pada siswa.
Tutor unit program belajar jarak jauh Universitas Terbuka (UT) itu juga menyinggung fokus asesmen kompetensi berpikir. Dan, hasil pengukuran tidak sekadar mencerminkan prestasi akademik pelajaran bahasa Indonesia dan matematika saja.
Justru dengan literasi dan numerasi bisa dan seharusnya dikembangkan melalui berbagai mata pelajaran, termasuk IPA, IPS, kewarganegaraan, agama, seni, dan lainnya.
Lebih lanjut, Wendri mengemukakan, kemampuan literasi numerasi sebagai pengetahuan dan kecakapan erat kaitannya dengan pemahaman angka, simbol dan analisis informasi kuantitatif (grafik, tabel, bagan, dan sebagainya).
Kemampuan ini sangat penting dimiliki generasi saat ini. Dengan memiliki kemampuan literasi numerasi yang baik, kata dia, anak didik secara cakap mampu mengaplikasikan pengetahuan matematikanya dalam kehidupan nyata.
Terlebih, cakupan literasi numerasi sangat luas. Tidak hanya dalam pelajaran matematika, namun juga berkaitan dengan literasi lainnya. Misalnya kebudayaan atau kewarganegaraan.
Dosen kelahiran 3 April 34 tahun lalu itu menyebut, secara sederhana, numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan literasi numerasi mencakup kemampuan untuk menerjemahkan informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita. Singkatnya, literasi numerasi adalah kemampuan atau kecakapan dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan menggunakan matematika dengan percaya diri di seluruh aspek kehidupan. Literasi numerasi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan perilaku positif.