Radartuban.jawapos.com – Di tengah kosongnya bangku-bangku sekolah dasar negeri (SDN), kondisi di sekolah swasta justru sebaliknya. Sejumlah SD swasta dengan predikat unggulan justru menerima ratusan siswa hingga melebihi pagu.
Mengacu data penerimaan peserta didik baru (PPDB) Dinas Pendidikan (Disdik) Tuban 2022, pendaftar SD swasta terbanyak tahun ini adalah SD Bina Anak Sholeh (BAS) Tuban. Totalnya 126 siswa. Kemudian disusul SD Insan Kamil dengan 122 siswa dan SDIT Al Uswah 111 siswa. Jika satu rombel (rombongan belajar) terdiri 28 siswa, artinya satu SD swasta membuka empat hingga lima rombel.
Namun, kondisi sebaliknya dialami sejumlah SD negeri di kawasan kota. Beberapa sekolah hanya menerima segelintir siswa baru—kurang dari sepuluh. Sebut saja SDN Sidorejo II hanya 9 siswa, SDN Sendangharjo III 6 siswa, SDN Sumurgung I 9 siswa, dan SDN Kingking I 10 siswa. Terparah SDN Sukolilo I, sekolah di tepi jalur pantura ini hanya menerima 1 siswa pada PPDB online. Belum lagi di wilayah pedesaan. Tak sedikit kondisinya sangat memprihatinkan. Menerima sepuluh siswa baru saja terkadang sudah untung-untungan.
Kualitas yang timpang antara SD swasta dan SD negeri yang kurang diunggulkan ini diindikasi merosotnya jumlah siswa baru di SD negeri. Belum lagi soal fasilitas yang jauh lebih unggul swasta. Dua faktor inilah yang diduga kuat menjadi pertimbangan orang tua lebih memilih SD swasta. Akibatnya, SD-SD negeri yang kekurangan murid terpaksa di-merger.
Plt Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Tuban Abdul Rakhmat mengakui banyaknya SD negeri yang kekurangan siswa ini menjadi pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan institusinya. Menurut dia, persoalan kekurangan siswa tidak semata-mata karena keberhasilan program keluarga berencana (KB). Melainkan ada faktor lain yang perlu dibenahi. ‘’Masih ada SD negeri yang kualitasnya belum sebagus SD swasta, ini yang menjadi PR kami,’’ jelas dia mengakui ketimpangan kualitas antara SD negeri dan swasta.
Mantan Kepala Bidang Sumber Daya Air DPUPR (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) Tuban ini mengatakan, sekolah negeri harus mampu bersaing. Saat ini, banyak orang tua sudah melek kualitas. Sehingga sekolah negeri tidak bisa hanya pasrah mengandalkan label pelat merah. ‘’Semua sekolah negeri harus bersaing prestasi dan kualitas agar mendapatkan kepercayaan dari orang tua siswa,’’ tegas dia.
Minimnya pendaftar PPDB online di sejumlah SD tersebut, terang Rakhmat, menjadikan Disdik membuka PPDB tahap dua melalui jalur offline. Jalur offline yang ditutup Sabtu hari ini (16/7), kata Rakhmat, sedikit membantu sekolah untuk mendapatkan siswa di sekitar lingkungannya. Meskipun tak mengisi pagu hingga penuh, setidaknya sekolah-sekolah yang kekurangan murid pada PPDB online bisa menjaring siswa yang belum mendapatkan kursi di sekolah dasar. ‘’Ada tambahan beberapa siswa yang mendaftar PPDB offline,’’ ungkapnya. (yud/tok)