Lulusan pascasarjana Universitas WR Supratman Surabaya ini mengatakan, Smaga sudah memiliki majalah sejak lama. Majalah bernama Aksi Smantig itu terbit satu tahun sekali saat tahun pelajaran baru.
Melalui ilmu yang diajarkan oleh wartawan Jawa Pos Radar Tuban Yudha Satria Aditama, dia berharap majalah sekolah bisa terus eksis sampai kapan pun.
‘’Majalah yang sudah ada mari dirawat bersama-sama agar kualitasnya terus meningkat dari tahun ke tahun,’’ harap dia.
Sementara itu, suasana saat pelatihan di kelas terlihat sangat cair. Meski demikian, seluruh siswa terlihat serius mengikuti pelatihan.
Bunga, salah satu peserta pelatihan menanyakan tentang konsep segitiga terbalik. Dia menanyakan mengapa unsur paling penting dalam berita harus ditaruh di paragraf awal?
Sedangkan dalam novel atau alur cerita justru sebaliknya, unsur paling penting biasanya di taruh dalam bagian paling akhir.
‘’Apa yang membedakan?’’ terang dia.
Pemateri pelatihan jurnalistik, Yudha Satria menjawab bahwa mindset orang membaca berita dan membaca novel adalah dua hal berbeda.
Saat orang membaca berita, maka yang dibutuhkan adalah inti dari berita. Sehingga hal paling penting harus segera ditulis bagian awal berita. Sedangkan saat membaca novel, seseorang cenderung memiliki waktu lebih banyak untuk menghibur diri hingga bisa membaca tulisan sampai akhir.
‘’Menyesuaikan kebutuhan pembaca,’’ tuturnya. (yud/tok)
Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Tuban, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Tuban”. Caranya klik link join telegramradartuban. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.