TUBAN, Radar Tuban – Selalu ada berkah di bulan Ramadan, tak terkeculi para penjaja minuman legen. Setiap kali Ramadan tiba, minuman hasil sadapan pohon siwalan ini menjadi buruan banyak orang untuk buka puasa. Disaat momen-momen inilah berkah Ramadan menyapa para pedagang dadakan.
Selama bulan Ramadan ini banyak sekali penjual minuman legen. Sebagian besar merupakan pedagang dadakan—yang hanya melapak kala bulan Ramadan. Yulia contohnya. Perempuan asal Desa Tasikmadu, kecamatan Semanding ini merupakan penjual legen dadakan. Sebelumnya, sehari-hari Yulia adalah ibu rumah tangga. Namun, ketika Ramadan tiba, dia selalu berjualan legen.
‘’Menjual legen saat Ramadan saja. Buka sejak hari pertama puasa,’’ ujarnya kepada Jawa Pos Radar Tuban kemarin.
Pedagang yang membuka lapak di jalan poros Dusun Pajeksan, Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang ini mengemukakan, membuka lapak legen dadakan sudah menjadi rutintitasnya saban Ramadan. Per hari perempuan berjilbab ini bisa menjual sekitar 20 botol. Satu botolnya berisi 1,5 liter legen seharga Rp 12 ribu.
‘’Kalau sudah surup, harga biasanya saya turunkan supaya cepat habis,’’ ujarnya lantas menggoda wartawan koran ini: mau beli berapa botol?
Lebih lanjut ibu satu anak ini mengatakan, jika ada legen yang tidak habis, biasanya diolah menjadi cairan gula atau juruh.
Dijelaskan olehnya, proses mengolah legen menjadi juruh tersebut cukup mudah. Hanya sekadar direbus saja dalam waktu tertentu atau sampai warnanya berubah menjadi merah. Begitu sudah jadi, juruh akan dijualnya satu lapak dengan legen. (sab/tok)
TUBAN, Radar Tuban – Selalu ada berkah di bulan Ramadan, tak terkeculi para penjaja minuman legen. Setiap kali Ramadan tiba, minuman hasil sadapan pohon siwalan ini menjadi buruan banyak orang untuk buka puasa. Disaat momen-momen inilah berkah Ramadan menyapa para pedagang dadakan.
Selama bulan Ramadan ini banyak sekali penjual minuman legen. Sebagian besar merupakan pedagang dadakan—yang hanya melapak kala bulan Ramadan. Yulia contohnya. Perempuan asal Desa Tasikmadu, kecamatan Semanding ini merupakan penjual legen dadakan. Sebelumnya, sehari-hari Yulia adalah ibu rumah tangga. Namun, ketika Ramadan tiba, dia selalu berjualan legen.
‘’Menjual legen saat Ramadan saja. Buka sejak hari pertama puasa,’’ ujarnya kepada Jawa Pos Radar Tuban kemarin.
Pedagang yang membuka lapak di jalan poros Dusun Pajeksan, Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang ini mengemukakan, membuka lapak legen dadakan sudah menjadi rutintitasnya saban Ramadan. Per hari perempuan berjilbab ini bisa menjual sekitar 20 botol. Satu botolnya berisi 1,5 liter legen seharga Rp 12 ribu.
‘’Kalau sudah surup, harga biasanya saya turunkan supaya cepat habis,’’ ujarnya lantas menggoda wartawan koran ini: mau beli berapa botol?
- Advertisement -
Lebih lanjut ibu satu anak ini mengatakan, jika ada legen yang tidak habis, biasanya diolah menjadi cairan gula atau juruh.
Dijelaskan olehnya, proses mengolah legen menjadi juruh tersebut cukup mudah. Hanya sekadar direbus saja dalam waktu tertentu atau sampai warnanya berubah menjadi merah. Begitu sudah jadi, juruh akan dijualnya satu lapak dengan legen. (sab/tok)