Radartuban.jawapos.com – Sektor pariwisata turut terdampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) September lalu. Naiknya harga BBM tersebut memicu masyarakat berhemat.
Pariwisata sebagai kebutuhan sekunder pun terabaikan, termasuk di Tuban. Perlahan namun pasti, sejak pertengahan Oktober hingga pertengahan Desember ini, objek-objek wisata di Bumi Ronggolawe sepi. Tingkat kunjungan wisatawan menurun signifikan.
Salah satu objek wisata mengalami tren negatif yakni Pantai Kelapa di Kelurahan Penyuran, Kecamatan Palang.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Kelapa, Muhasan mengungkapkan, sejak harga BBM naik awal September lalu pengunjung wisata bahari dikelolanya terus menyusut hingga hari ini.
‘’Mulainya pertengahan Oktober. Sejak waktu itu, wisatawan jenis rombongan bus pendongkrak jumlah kunjungan sangat jarang,’’ ujarnya kepada Jawa Pos Radar Tuban kemarin (10/12).
Hasan menerangkan, pada September hingga awal Oktober penyusutan pengunjung belum begitu terasa sebab pada bulan tersebut masyarakat berwisata rombongan masih lumayan.
Dia memperkirakan, wisatawan jenis ini sudah menjadwalkan diri, atau sudah terlanjur menyewa bus dan persiapan macam-macam sebelum harga BBM naik.
‘’Istilahnya mereka sudah inden. Jadi mau tidak mau tetap harus berangkat,’’ jelasnya.
Jika dikalkulasi, Hasan melanjutkan, penyusutan pengunjung terjadi di objek wisata kelolaannya sejak pertengahan Oktober lalu hingga hari ini mencapai 50 persen.
Jika sebelumnya jumlah kunjungan wisatawan mencapai 400 di hari biasa, 700 di Sabtu, dan 2.000 di Minggu, sejak pertengahan Oktober hingga saat ini berkurang separohnya.
‘’Pengurangan mencapai 50 persen itu signifikan,’’ beber peraih penghargaan tokoh penggerak pariwasata terbaik Jawa Pos Radar Tuban 2022 itu.
Tren negatif pariwisata tak sekadar tentang penurunan jumlah kunjungan. Pria yang juga ASN ini mengungkapkan, masyarakat berwisata di Pantai Kelapa sejak pertenghan Oktober hingga saat ini daya belinya amat rendah.
Warung-warung tersedia di wisata selemparan batu dari Jalur Pantura tak dijamah wisatawan.
‘’Soal fenomena rendah nya daya beli wisatawan ini, saya cek betul kepada para pedagang yang ada di sini,’’ imbuhnya.
Besar harapan terpuruknya pariwisata akibat kenaikan harga BBM segera berakhir.
‘’Harapan kami, pariwisata menemui titik bangkitnya pada momen libur sekolah, natal, dan tahun baru akhir Desember ini hingga awal Januari 2023 mendatang,’’ tuturnya.
Selain di Wisata Pantai Kelapa, kelesuan pariwisata juga terjadi di objek wisata Air Terjun Nglirip Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan.
Ketua Pokdarwis Air Terjun Nglirip Multazam Dawud mengungkapkan, wisata kelolaannya juga mengalami penyusutan jumlah pengunjung sebesar 50 persen sejak harga BBM mengalami kenaikan. Namun, tempo penyusutan lebih cepat daripada Wisata Pantai Kelapa.
‘’Di sini pertengahan September sudah sepi pengunjung, hingga saat ini,’’ ungkapnya.
Tazam mendetilkan, sebelum harga BBM naik, jumlah pengunjung wisata di Air Terjun Nglirip capai 150 orang pada hari biasa, 400 pada Sabtu, 700 pada Minggu.
‘’Sejak pertengahan September hingga saat ini, jumlah pengujung berkurang setengah semuanya. Jika biasanya sepekan sekali ada satu rombongan bus berwisata ke sini, selama pertengahan September—awal Desember ini tidak ada sama sekali,’’ beber pria yang juga Ketua Pokdarwis Kabupaten Tuban itu.
Pria asli Desa Mulyoagung, Kecamatan Sing gahan itu berharap, terpuruknya pariwisata macam sekarang ini segera berakhir. Sebagai Ketua Pokdarwis Kabupaten Tuban, dia mengemukakan, sudah begitu banyak sejawatnya cemas akan fenomena tak mengenakkan pariwisata ini.
‘’Bagaimana pun juga, beberapa warga desa telah menggantungkan hidupnya dari pariwisata. Keterpurukan ini kalau tak segera berakhir, dampaknya cukup krusial. Perekonomian warga semakin lesu,’’ pungkasnya. (sab/tok)