30.8 C
Tuban
Saturday, 23 November 2024
spot_img
spot_img

Tiga Faktor Ini yang Sebabkan Anak Kena DBD Menurut Dokter

spot_img

Radartuban.jawapos.com – Dokter spesialis anak konsultan infeksi dan penyakit tropis Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, Sp.A, Subsp.IPT, M.TropPaed mengatakan ada tiga faktor penyebab anak terkena demam berdarah dengue (DBD), yakni daya tahan tubuh, virus, dan lingkungan.

“Kaidah infeksi sampai terjadi penyakit itu karena ada gangguan keseimbangan antara daya tahan tubuh seseorang, jenis serta kepadatan virusnya, dan lingkungannya,” kata Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) itu saat dihubungi ANTARA, Kamis.

Ia mengatakan bahwa ada empat jenis virus dengue, yaitu tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe 4. Virus dengue tipe 2 dan 3 lah yang biasanya menyebabkan DBD berat.

Sementara lingkungan yang dimaksud Hinky adalah lingkungan yang disukai oleh nyamuk aedes aegypti seperti kebun, genangan air jernih, dan baju yang digantung.

Ketika nyamuk aedes aegypti betina menggigit, Hinky mengatakan sistem kekebalan tubuh akan melakukan reaksi kekebalan yang ditandai dengan demam tinggi secara mendadak.

“Demamnya tiba-tiba tinggi, dikasih obat paracetamol mungkin turun dalam empat jam lalu naik lagi. Kemudian anak jadi lemas, terlihat seperti sakit berat, tidur terus, enggak mau makan, enggak mau minum, muntah-muntah,” ujar Hinky.

Baca Juga :  14 Tahun RSNU Tuban, Terus Berkontribusi untuk Masyarakat Tuban

Ia menambahkan, anak juga bisa mengalami sakit otot, sakit sendi dan tulang, sakit kepala, hingga sakit belakang mata.

Menurut Hinky, kondisi tersebut dinamakan sebagai fase demam atau fase akut yang biasanya berlangsung selama 1-3 hari.

Kemudian pada hari ke-4 dan ke-5, Hinky mengatakan virus dalam tubuh sudah hilang dan demam pun menurun, yang kadang membuat orang tua terkecoh mengira anak sudah sembuh. Padahal, fase ini merupakan fase kritis di mana terjadi kebocoran pembuluh darah dan penurunan trombosit.

“Ini harus dikasih cairan. Bocornya pembuluh darah itu kan kayak dehidrasi, karena cairan di pembuluh darah keluar dari jaringan. Ini membuat anak mual, kemudian cairan yg masuk ke rongga perut akan menekan diafragma, menekan lambung, bahkan bisa ke paru-paru menyebabkan anak sesak nafas. Bisa juga membuat hati membesar. Anak juga enggak pipis-pipis dalam 4-6 jam,” jelas Hinky.

“Kalau terlambat, anak bisa pendarahan dan kalau sudah pendarahan biasanya tidak tertolong,” ujarnya.

Baca Juga :  BPJS Ketenagakerjaan Serahkan Rp 70 Juta untuk Ahli Waris Penderas Legen

Namun jika diberi cairan dan mau makan dan minum, Hinky melanjutkan, anak akan masuk ke fase penyembuhan pada hari ke-6 dan ke-7 yang ditandai dengan demam dan banyak buang air kecil serta munculnya ruam.

Guna mencegah anak terjangkit DBD, Hinky mengatakan orang tua harus memastikan anak memiliki daya tahan tubuh yang baik serta mengendalikan nyamuk aedes aegypti.

“Jangan sampai digigit nyamuk, mau pakai insect repellent boleh, lalu waspada saat beraktivitas di luar rumah karena dia menggigit jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Jangan ada baju yang digantung. Jangan ada air menggenang karena nyamuknya nyimpan jentik di situ. Jangan pakai bak mandi, tapi pakai shower kalau memungkinkan,” ujar Hinky.

Sementara itu, Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr. Ngabila Salama, MKM menambahkan, pencegahan demam berdarah juga dapat dilakukan dengan Gerakan 1 Rumah 1 Kader Jumantik.

“Pelihara juga ikan cupang dan tanaman yang tidak disukai jentik dan nyamuk seperti lemon balm, catnip, kemangi, lavender, peppermint, rosemary, marigold, dan geranium,” katanya. (*)

Sumber: ANTARA

Radartuban.jawapos.com – Dokter spesialis anak konsultan infeksi dan penyakit tropis Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, Sp.A, Subsp.IPT, M.TropPaed mengatakan ada tiga faktor penyebab anak terkena demam berdarah dengue (DBD), yakni daya tahan tubuh, virus, dan lingkungan.

“Kaidah infeksi sampai terjadi penyakit itu karena ada gangguan keseimbangan antara daya tahan tubuh seseorang, jenis serta kepadatan virusnya, dan lingkungannya,” kata Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) itu saat dihubungi ANTARA, Kamis.

Ia mengatakan bahwa ada empat jenis virus dengue, yaitu tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe 4. Virus dengue tipe 2 dan 3 lah yang biasanya menyebabkan DBD berat.

Sementara lingkungan yang dimaksud Hinky adalah lingkungan yang disukai oleh nyamuk aedes aegypti seperti kebun, genangan air jernih, dan baju yang digantung.

Ketika nyamuk aedes aegypti betina menggigit, Hinky mengatakan sistem kekebalan tubuh akan melakukan reaksi kekebalan yang ditandai dengan demam tinggi secara mendadak.

- Advertisement -

“Demamnya tiba-tiba tinggi, dikasih obat paracetamol mungkin turun dalam empat jam lalu naik lagi. Kemudian anak jadi lemas, terlihat seperti sakit berat, tidur terus, enggak mau makan, enggak mau minum, muntah-muntah,” ujar Hinky.

Baca Juga :  BPJS Ketenagakerjaan Serahkan Rp 70 Juta untuk Ahli Waris Penderas Legen

Ia menambahkan, anak juga bisa mengalami sakit otot, sakit sendi dan tulang, sakit kepala, hingga sakit belakang mata.

Menurut Hinky, kondisi tersebut dinamakan sebagai fase demam atau fase akut yang biasanya berlangsung selama 1-3 hari.

Kemudian pada hari ke-4 dan ke-5, Hinky mengatakan virus dalam tubuh sudah hilang dan demam pun menurun, yang kadang membuat orang tua terkecoh mengira anak sudah sembuh. Padahal, fase ini merupakan fase kritis di mana terjadi kebocoran pembuluh darah dan penurunan trombosit.

“Ini harus dikasih cairan. Bocornya pembuluh darah itu kan kayak dehidrasi, karena cairan di pembuluh darah keluar dari jaringan. Ini membuat anak mual, kemudian cairan yg masuk ke rongga perut akan menekan diafragma, menekan lambung, bahkan bisa ke paru-paru menyebabkan anak sesak nafas. Bisa juga membuat hati membesar. Anak juga enggak pipis-pipis dalam 4-6 jam,” jelas Hinky.

“Kalau terlambat, anak bisa pendarahan dan kalau sudah pendarahan biasanya tidak tertolong,” ujarnya.

Baca Juga :  Dunia Hadapi Ancaman Virus Zombie, Bangkit setelah 50 Ribu Tahun di Dalam Es

Namun jika diberi cairan dan mau makan dan minum, Hinky melanjutkan, anak akan masuk ke fase penyembuhan pada hari ke-6 dan ke-7 yang ditandai dengan demam dan banyak buang air kecil serta munculnya ruam.

Guna mencegah anak terjangkit DBD, Hinky mengatakan orang tua harus memastikan anak memiliki daya tahan tubuh yang baik serta mengendalikan nyamuk aedes aegypti.

“Jangan sampai digigit nyamuk, mau pakai insect repellent boleh, lalu waspada saat beraktivitas di luar rumah karena dia menggigit jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Jangan ada baju yang digantung. Jangan ada air menggenang karena nyamuknya nyimpan jentik di situ. Jangan pakai bak mandi, tapi pakai shower kalau memungkinkan,” ujar Hinky.

Sementara itu, Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr. Ngabila Salama, MKM menambahkan, pencegahan demam berdarah juga dapat dilakukan dengan Gerakan 1 Rumah 1 Kader Jumantik.

“Pelihara juga ikan cupang dan tanaman yang tidak disukai jentik dan nyamuk seperti lemon balm, catnip, kemangi, lavender, peppermint, rosemary, marigold, dan geranium,” katanya. (*)

Sumber: ANTARA

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img