27.9 C
Tuban
Saturday, 23 November 2024
spot_img
spot_img

Sehari, Rerata Lima Warga Tuban Menderita TBC, Kenapa ?

spot_img

Radartuban.jawapos.com – Penyakit tuberculosis (TBC) di Tuban masih menjadi ancaman serius. Saban tahun, jumlah penderita penyakit yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis ini menunjukkan peningkatan signifikan.

Pada 2022 lalu, misalnya. Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Tuban mencatat, jumlah penderita TBC di Bumi Ronggolawe tembus hingga 1.900 kasus lebih, atau rata-rata lima kasus dalam sehari Angka tersebut naik lebih dari dua kali lipat dibanding 2021 yang tercatat sekitar 800 kasus. Sementara data Januari hingga Maret 2023 ini belum terekap.

Meski demikian, tren kasusnya diprediksi tidak jauh beda dari tahun lalu. ‘’Tapi berapa pastinya, kami belum bisa menyampaikan, karena belum direkap,’’ kata Kepala Dinkes P2KB Tuban Bambang Priyo Utomo kepada Jawa Pos Radar Tuban kemarin (21/3).

Diakui Bambang, pesebaran penyakit infeksi paru-paru ini memang cukup masih. Bahkan, kemungkinan jumlahnya lebih banyak dari yang tercatat Dinkes P2KB. Sebab, tidak semua penderita TBC terdeteksi dan tertangani. Dan karena tidak terdeteksi itulah, sehingga penyakit TBS dengan cepat menular. ‘’Karena tidak tahu, sehingga menularkan ke yang lain. Baru tahu menderita TBC ketika dilakukam pemeriksaan kesehatan,’’ ungkapnya.

Baca Juga :  Obat Sirup yang Ditarik Peredarannya Bertambah Banyak

Oleh sebab itu, terang mantan Kepala Puksesmas Tambakboyo ini, semakin banyak kasus TBC ditemukan, sebenarnya semakin baik. Dengan begitu, para penderita bisa tertangani secara intensi dan memiliki filter agar tidak menular ke yang lain. ‘’Kalau semua penderita TBC tertangani, otomatis penularan TBC akan menurun. Sehingga dengan sendirinya penyakit ini bisa berkurang,’’ ujarnya.

Bambang meneruskan, sejauh ini pihaknya sudah sekuat tenaga berupaya mengendalikan laju pesebaran penyakit yang menular melalui droplet atau bekas makanan penderita TBC itu. Di lapangan, gencar dilakukan tracing dan sosialiasi ke masyarakat agar TBC dapat dicegah. ‘’Kami juga minta partisipasi masyarakat. Siapa pun mengalami gejala TBC, segeralah memeriksa diri di puskesmas agar terdeteksi dan tertangani, sehingga tidak menular ke yang lain,’’ tandasnya.

Baca Juga :  Penambahan Kasus Aktif Baru Didominasi dari Luar Tuban

Ihwal penanganan, dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang ini mengutarakan, pihaknya menangani para penderita TBC secara gratis sampai sembuh. ‘’Para penderita TBC mendapat perawatan dan obat dari puskesmas secara gratis selama enam bulan atau dinyatakan sudah sembuh. Begitu prosedurnya,’’ tegas pejabat berdomisili di Desa Kenanti, Kecamatan Tambakboyo itu.

Lebih lanjut, kepala dinas kelahiran 1963 ini mengemukakan, kendati TBC di Kabupaten Tuban masih marak, sejauh ini para penderita ditangani pihaknya nihil yang meninggal dunia. Sebaliknya, rerata para penderita penyakit dimaksud berhasil sembuh karena para penderita TBC terbilang patuh.  ‘’Mereka berkenan rutin mendapat perawatan dari puskesmas. Mau minum obat TBC secara teratur,’’ pungkasnya. (sab/tok)

Radartuban.jawapos.com – Penyakit tuberculosis (TBC) di Tuban masih menjadi ancaman serius. Saban tahun, jumlah penderita penyakit yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis ini menunjukkan peningkatan signifikan.

Pada 2022 lalu, misalnya. Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Tuban mencatat, jumlah penderita TBC di Bumi Ronggolawe tembus hingga 1.900 kasus lebih, atau rata-rata lima kasus dalam sehari Angka tersebut naik lebih dari dua kali lipat dibanding 2021 yang tercatat sekitar 800 kasus. Sementara data Januari hingga Maret 2023 ini belum terekap.

Meski demikian, tren kasusnya diprediksi tidak jauh beda dari tahun lalu. ‘’Tapi berapa pastinya, kami belum bisa menyampaikan, karena belum direkap,’’ kata Kepala Dinkes P2KB Tuban Bambang Priyo Utomo kepada Jawa Pos Radar Tuban kemarin (21/3).

Diakui Bambang, pesebaran penyakit infeksi paru-paru ini memang cukup masih. Bahkan, kemungkinan jumlahnya lebih banyak dari yang tercatat Dinkes P2KB. Sebab, tidak semua penderita TBC terdeteksi dan tertangani. Dan karena tidak terdeteksi itulah, sehingga penyakit TBS dengan cepat menular. ‘’Karena tidak tahu, sehingga menularkan ke yang lain. Baru tahu menderita TBC ketika dilakukam pemeriksaan kesehatan,’’ ungkapnya.

Baca Juga :  Vaksin Dosis Pertama dan Kedua Lebih dari Enam Bulan, Harus Vaksin Ulang

Oleh sebab itu, terang mantan Kepala Puksesmas Tambakboyo ini, semakin banyak kasus TBC ditemukan, sebenarnya semakin baik. Dengan begitu, para penderita bisa tertangani secara intensi dan memiliki filter agar tidak menular ke yang lain. ‘’Kalau semua penderita TBC tertangani, otomatis penularan TBC akan menurun. Sehingga dengan sendirinya penyakit ini bisa berkurang,’’ ujarnya.

- Advertisement -

Bambang meneruskan, sejauh ini pihaknya sudah sekuat tenaga berupaya mengendalikan laju pesebaran penyakit yang menular melalui droplet atau bekas makanan penderita TBC itu. Di lapangan, gencar dilakukan tracing dan sosialiasi ke masyarakat agar TBC dapat dicegah. ‘’Kami juga minta partisipasi masyarakat. Siapa pun mengalami gejala TBC, segeralah memeriksa diri di puskesmas agar terdeteksi dan tertangani, sehingga tidak menular ke yang lain,’’ tandasnya.

Baca Juga :  Kini RSUD Koesma Bisa Tangani Dengan layanan Pasien Panyakit Jantung

Ihwal penanganan, dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang ini mengutarakan, pihaknya menangani para penderita TBC secara gratis sampai sembuh. ‘’Para penderita TBC mendapat perawatan dan obat dari puskesmas secara gratis selama enam bulan atau dinyatakan sudah sembuh. Begitu prosedurnya,’’ tegas pejabat berdomisili di Desa Kenanti, Kecamatan Tambakboyo itu.

Lebih lanjut, kepala dinas kelahiran 1963 ini mengemukakan, kendati TBC di Kabupaten Tuban masih marak, sejauh ini para penderita ditangani pihaknya nihil yang meninggal dunia. Sebaliknya, rerata para penderita penyakit dimaksud berhasil sembuh karena para penderita TBC terbilang patuh.  ‘’Mereka berkenan rutin mendapat perawatan dari puskesmas. Mau minum obat TBC secara teratur,’’ pungkasnya. (sab/tok)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img