Radartuban.jawapos.com – Masih perlukah Terminal Jatirogo dipertahankan? Pertanyaan tersebut patut dilontarkan seiring kondisi terminal setempat yang kian terpuruk.
Pantauan Jawa Pos Radar Tuban, dari waktu ke waktu, terminal yang berlokasi di Desa Sadang, Kecamatan Jatirogo tersebut kian diabaikan awak bus dan penumpang. Hampir semua bus, satu-satunya angkutan umum yang masih beroperasi di wilayah barat daya Tuban ogah masuk terminal. Begitu juga penumpangnya.
Mereka lebih memilih ngetem di pinggir jalan yang dilalui bus daripada masuk terminal. Praktis, pendapatan asli daerah (PAD) dari terminal tak lebih Rp 10 juta per tahun.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Terminal Jatirogo Karnoto mengakui hal tersebut.
‘’Tahun ini, PAD Terminal Jatirogo yang ditargetkan pada kami Rp 9,5 juta per tahun. Sama seperti tahun lalu,’’ ujarnya saat ditemui Jawa Pos Radar Tuban di kantornya kemarin (15/5).
Dia mengatakan, pada 2022, target PAD Terminal Jatirogo yang tak lebih dari Rp 10 juta per tahun terpenuhi. Pria asal Desa Bader, Kecamatan Jatirogo itu berharap target tersebut tercapai tahun ini.
Dari mana saja pendapatan terminal tipe C tersebut? Karnoto terang-terangan menyebut sumbernya tunggal. Hanya dari retribusi bus. Per perjalanan Rp 1.500.
Dia memerkirakan, sedikitnya 14 perjalanan bus berangkat dari terminalnya. Trayeknya hanya Jatirogo—Bojonegoro. Jamnya pagi hingga sore. Jumlah armada yang beroperasi pun hanya tujuh bus dari dua perusahaan otobus (PO).
‘’Karena sebagian dari bus kadang tak masuk Terminal Jatirogo, retribusi kami tarik di kantor PO-nya,’’ ujar kepala UPTD Terminal Jatirogo sejak 2018 itu.
Radartuban.jawapos.com – Masih perlukah Terminal Jatirogo dipertahankan? Pertanyaan tersebut patut dilontarkan seiring kondisi terminal setempat yang kian terpuruk.
Pantauan Jawa Pos Radar Tuban, dari waktu ke waktu, terminal yang berlokasi di Desa Sadang, Kecamatan Jatirogo tersebut kian diabaikan awak bus dan penumpang. Hampir semua bus, satu-satunya angkutan umum yang masih beroperasi di wilayah barat daya Tuban ogah masuk terminal. Begitu juga penumpangnya.
Mereka lebih memilih ngetem di pinggir jalan yang dilalui bus daripada masuk terminal. Praktis, pendapatan asli daerah (PAD) dari terminal tak lebih Rp 10 juta per tahun.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Terminal Jatirogo Karnoto mengakui hal tersebut.
‘’Tahun ini, PAD Terminal Jatirogo yang ditargetkan pada kami Rp 9,5 juta per tahun. Sama seperti tahun lalu,’’ ujarnya saat ditemui Jawa Pos Radar Tuban di kantornya kemarin (15/5).
- Advertisement -
Dia mengatakan, pada 2022, target PAD Terminal Jatirogo yang tak lebih dari Rp 10 juta per tahun terpenuhi. Pria asal Desa Bader, Kecamatan Jatirogo itu berharap target tersebut tercapai tahun ini.
Dari mana saja pendapatan terminal tipe C tersebut? Karnoto terang-terangan menyebut sumbernya tunggal. Hanya dari retribusi bus. Per perjalanan Rp 1.500.
Dia memerkirakan, sedikitnya 14 perjalanan bus berangkat dari terminalnya. Trayeknya hanya Jatirogo—Bojonegoro. Jamnya pagi hingga sore. Jumlah armada yang beroperasi pun hanya tujuh bus dari dua perusahaan otobus (PO).
‘’Karena sebagian dari bus kadang tak masuk Terminal Jatirogo, retribusi kami tarik di kantor PO-nya,’’ ujar kepala UPTD Terminal Jatirogo sejak 2018 itu.