RADARBISNIS – Bursa saham Indonesia kembali bernafas lega di ujung Oktober. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Kamis (30/10) dengan kenaikan 17,84 poin atau 0,22 persen ke level 8.184,064, setelah sempat berfluktuasi di rentang 8.145–8.231.
Meski penguatannya tergolong tipis, pergerakan IHSG kali ini menjadi sinyal awal bahwa pasar mulai stabil setelah sempat melemah di pekan sebelumnya.
Data RTI Business mencatat, kapitalisasi pasar tembus Rp 14.957 triliun, menegaskan kembalinya optimisme investor domestik.
Volume transaksi mencapai 36,17 miliar saham dengan nilai Rp 21,81 triliun dan frekuensi 2,28 juta kali. Tercatat 346 saham naik, 308 melemah, dan 158 stagnan — menggambarkan masih berhati-hatinya pelaku pasar jelang rilis data inflasi awal November.
Dari sisi teknikal, indeks sempat melonjak di awal sesi pagi hingga menyentuh 8.231, namun tekanan jual di pertengahan sesi membuat grafik sempat tergerus sebelum akhirnya bertahan di zona hijau.
Rebound Pelan tapi Pasti
Data harian RTI juga menunjukkan, sepanjang 30 hari perdagangan terakhir, IHSG mencatat 12 hari penguatan melawan 11 hari pelemahan, dengan akumulasi kenaikan 60,819 poin atau 0,9 persen. Secara bulanan, indeks masih tumbuh 1,40 persen, sementara secara year-to-date (YTD) menguat 15,60 persen.
Performa dalam enam bulan terakhir bahkan mencatat lonjakan impresif 27,87 persen, menjadikan IHSG salah satu bursa dengan pertumbuhan paling stabil di kawasan Asia Tenggara.
Investor Waspadai Fase Konsolidasi
Analis memperkirakan IHSG masih berpotensi sideways dalam waktu dekat, dengan rentang pergerakan di 8.120–8.250.
Tekanan eksternal dari data ekonomi global, terutama pergerakan dolar AS dan yield obligasi, masih menjadi faktor utama penentu arah selanjutnya.
Namun dengan data domestik yang relatif solid dan net buy asing yang mulai muncul, peluang rebound lanjutan masih terbuka lebar di awal November.
“Pasar mulai menunjukkan tanda akumulasi lagi. Sektor keuangan, energi, dan bahan baku jadi fokus utama investor,” ujar salah satu analis pasar modal di Jakarta. (*)






