27.6 C
Tuban
Saturday, 23 November 2024
spot_img
spot_img

Bengkoang Bedrek Tetap Lestari karena Histori

spot_img

TUBAN, Radar Tuban – Sejak pekan terakhir, di tepi jalan raya Bojonegoro—Jatirogo, persisnya di Dusun Bedrek, Desa Selogabus, Kecamatan Parengan berdiri banyak lapak penjual bengkoang.

Selogabus merupakan salah satu sentra tanaman bengkoang di Tuban. Panen raya tanaman ini biasanya setiap memasuki pancaroba.

Di sepanjang tepi jalan Bojonegoro-Jatirogo, bengkoang dijual per ikat. Untuk ukurang sedang dan kecil harganya Rp 10-13 ribu per ikat dan Rp 20 ribu per ikat untuk ukuran besar.

Kasri, salah satu pedagang bengkoang mengatakan, pembeli paling ramai pada sore hari.

Sri sapaannya mengungkapkan, bengkoang merupakan budidaya musiman yang hanya panen setahun sekali. Selain dijual di sepanjang tepi jalan,  bengkoang juga dijual di pasar-pasar tradisional di Tuban, Bojonegoro, dan sejumlah kabupaten lain di Jatim.

Baca Juga :  Dari 270 BUMDes di Tuban, Hanya Segelintir yang Eksis

”Semua kulakan dari Bedrek sini,’’ ujar perempuan 47 tahun itu kepada Jawa Pos Radar Tuban.

Kepala Seksi Pengelolaan Lahan dan Pengembangan Sarana Pertanian Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Tuban Linggo Indarto membenarkan, Kecamatan Parengan merupakan habitat buah bengkoang di Bumi Ronggolawe.

Menurut dia, terdapat tiga desa yang menjadi pusat budidaya tanaman tersebut, yakni Desa Mojomalang, Suciharjo, dan Selogabus.

Linggo menyampaikan, bengkoang tidak ditanam secara masif oleh masyarakat setempat karena bukan tanaman pokok.

‘’Bengkoang hanya sampingan saja,’’ jelasnya.

Karena sampingan, bengkoang hanya ditanam di tegalan yang kering, tidak subur, dan jauh dari sumber air. Biasanya, petani menanam bengkoang di awal musim penghujan dan hanya mengandalkan  pengairan air hujan. Masa tanam hingga panen bengkoang cukup singkat, sekitar 4–5 bulan saja.

Baca Juga :  Sejumlah Lokasi Wisata di Tuban Bakal Dibuka hingga Malam, Termasuk Museum Kambang Putih

‘’Tanam di awal musim hujan, akhir musim hujan sudah panen. Biasanya begitu,’’ ujarnya.

Selain hanya sampingan, kata Linggo, bagi petani di Desa Mojomalang, Suciharjo, maupun Selogabus, bengkoang merupakan tanaman histori. Masyarakat setempat meneruskan budaya menanam dari para pendahulunya. (sab/ds)

TUBAN, Radar Tuban – Sejak pekan terakhir, di tepi jalan raya Bojonegoro—Jatirogo, persisnya di Dusun Bedrek, Desa Selogabus, Kecamatan Parengan berdiri banyak lapak penjual bengkoang.

Selogabus merupakan salah satu sentra tanaman bengkoang di Tuban. Panen raya tanaman ini biasanya setiap memasuki pancaroba.

Di sepanjang tepi jalan Bojonegoro-Jatirogo, bengkoang dijual per ikat. Untuk ukurang sedang dan kecil harganya Rp 10-13 ribu per ikat dan Rp 20 ribu per ikat untuk ukuran besar.

Kasri, salah satu pedagang bengkoang mengatakan, pembeli paling ramai pada sore hari.

Sri sapaannya mengungkapkan, bengkoang merupakan budidaya musiman yang hanya panen setahun sekali. Selain dijual di sepanjang tepi jalan,  bengkoang juga dijual di pasar-pasar tradisional di Tuban, Bojonegoro, dan sejumlah kabupaten lain di Jatim.

- Advertisement -
Baca Juga :  Dampak Kenaikan BBM, Pariwisata Lesu

”Semua kulakan dari Bedrek sini,’’ ujar perempuan 47 tahun itu kepada Jawa Pos Radar Tuban.

Kepala Seksi Pengelolaan Lahan dan Pengembangan Sarana Pertanian Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Tuban Linggo Indarto membenarkan, Kecamatan Parengan merupakan habitat buah bengkoang di Bumi Ronggolawe.

Menurut dia, terdapat tiga desa yang menjadi pusat budidaya tanaman tersebut, yakni Desa Mojomalang, Suciharjo, dan Selogabus.

Linggo menyampaikan, bengkoang tidak ditanam secara masif oleh masyarakat setempat karena bukan tanaman pokok.

‘’Bengkoang hanya sampingan saja,’’ jelasnya.

Karena sampingan, bengkoang hanya ditanam di tegalan yang kering, tidak subur, dan jauh dari sumber air. Biasanya, petani menanam bengkoang di awal musim penghujan dan hanya mengandalkan  pengairan air hujan. Masa tanam hingga panen bengkoang cukup singkat, sekitar 4–5 bulan saja.

Baca Juga :  Banyak Pengunjung Banyak Sampah

‘’Tanam di awal musim hujan, akhir musim hujan sudah panen. Biasanya begitu,’’ ujarnya.

Selain hanya sampingan, kata Linggo, bagi petani di Desa Mojomalang, Suciharjo, maupun Selogabus, bengkoang merupakan tanaman histori. Masyarakat setempat meneruskan budaya menanam dari para pendahulunya. (sab/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img