BUPATI Aditya Halindra Faridzky menyadari betul bahwa perekonomian di tingkat bawah adalah pondasi utama dalam pemulihan ekonomi pascapandemi. Unsur itu meliputi industri rumah tangga, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), dan kegiatan ekonomi di pasar tradisional.
Berangkat dari konsep dasar yang menjadi pondasi utama tersebut, berbagai program untuk menggeliatkan kembali perekonomian di tingkat bawah langsung dirumuskan. Diawali dengan pendataan pelaku UMKM, menganalisa persoalan ekonomi di tingkat bawah, hingga menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak terkait dalam hal permodalan.
Pemulihan ekonomi pascapandemi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Membutuhkan proses yang tidak sebentar. Namun, pelan-pelan membuahkan hasil yang optimal.
Tidak kurang dari satu semester atau setengah tahun Mas Lindra memimpin Tuban, sektor perekonomian kembali bangkit. Tepatnya di akhir 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) Tuban merilis: perekonomian di Kota Legen naik hampir sembilan persen. Dari sebelumnya terpuruk di angka -5,85 persen pada 2020, di akhir 2021 tumbuh 3,00 persen.
Dalam setiap kesempatan, Mas Lindra—sapaan akrab bupati, selalu menyampaikan bahwa satu di antara fokus Pemkab Tuban di bidang ekonomi adalah menggeliatkan perekonomian di tingkat pasar tradisional.
Ditegaskan Mas Lindra, pasar tradisional adalah pengungkit ekonomi di tingkat akar rumput. Karena itu, fokus utama dalam satu tahun memimpin Tuban adalah menata sarana-pra sarana dan manajemen pasar tradisional.
‘’Pasar tradisional itu mewakili semua segmen masyarakat, dari kalangan bawah hingga atas. Semuanya ada di pasar tradisional. Karena itu, menggerakkan roda ekonomi harus dimulai dari pasar tradisional,’’ tegas Mas Lindra.
Berangkat dari rumusan konsep tersebut, di tahun pertama kepemimpinan Mas Lindra, Pemkab Tuban langsung membangun dan merevitalisasi sejumlah pasar tradisional. Sedikitnya, sudah terbangun satu pasar tradisional baru dan satu lagi dalam proses pengerjaan.
Satu pasar tradisional baru yang sudah jadi dan siap beroperasi adalah Pasar Rakyat Bulu di Desa Sukolilo, Kecamatan Bancar. Satu pasar lainnya yang masih tahap pengerjaan adalah Pasar Penambangan. Lokasinya di Desa Penambangan, Kecamatan Semanding.
Sedangkan pasar yang direvitalisasi, yakni Pasar Jatirogo dan Pasar Baru Tuban. Revitalisasi diperlukan supaya pasar tradisional semakin representatif. Selain itu, juga penataan manajemen.
‘’Pemkab sudah memiliki komitmen untuk membenahi pasar-pasar tradisional, termasuk menata kebersihan dan mana jemennya,’’ tuturnya.
Lebih lanjut Mas Lindra menargetkan, ke depan, setiap kecamatan harus memiliki pasar tradisional yang representatif. ‘’Pasar tradisional adalah pengungkit sekaligus penggerak ekonomi di tingkat bawah,’’ tegas pemimpin muda di Kota Legen ini.
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (Diskop UKM Perdag) Tuban Agus Wijaya menambahkan, selain sebagai pengungkit ekonomi, keberadaan pasar tradisional juga menjadi sarana penting dalam mengendalikan inflasi.
Diterangkan dia, dengan terjangkaunya distribusi dan kemudahan dalam mendapatkan bahan pokok, maka secara otomatis akan mampu mengendalikan inflasi daerah.
‘’Siklusnya, ketika distribusi barang semakin mudah (karena keberadaan pasar tradisional semakin dekat dengan masyarakat, Red), maka harga-harga kebutuhan bahan pokok semakin terjangkau. Ketika harga terjang kau, maka inflasi akan terkendali, daya beli masyarakat meningkat, dan ekonomi kan tumbuh,’’ tandasnya sekaligus bersyukur karena selama satu tahun kepemimpinan Mas Lindra dan Kang Riyadi, inflasi di Tuban terkendali. (tok)