27.7 C
Tuban
Monday, 25 November 2024
spot_img
spot_img

Minim Panggung, Dalang Sulit Bertahan

spot_img

TUBAN, Radar Tuban – Sangat sulit menjadi pelestari kebudayaan dan kesenian tradisional. Para dalang di Tuban sempat membuktikan itu.

Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Tuban sempat mati suri sejak 1999 hingga 2019 atau selama 20 tahun. Pepadi kembali hidup pada 2019 setelah reorganisasi dan menetapkan Buntas Pradoto sebagai ketua Pepadi periode 2019 – 2024.

Buntas mengatakan, Pepadi sudah lama terbentuk di Tuban, namun pengurusnya tidak ada. Itu setelah sebagian dalangnya tutup usia. Dia mengibaratkan Pepadi dulu layaknya rumah tua yang kosong dan tak berpenghuni. Hingga pada 2019, dia bersama dinas pariwisa, kebudayaan, pemuda, dan olahraga (disparbudpora) setempat memutuskan untuk menghidupkan kembali Pepadi.

Sarjana seni rupa Universitas Negeri Malang (UM) Malang ini mengakui cukup sulit menjadi pelestari seni dan kebudayaan di Bumi Ronggolawe. Ruang apresiasi yang sangat minim menjadi faktor utama banyak orang enggan mencari penghasilan di bidang seni dan budaya.

Puluhan tahun terakhir, panggung yang diberikan Pemkab Tuban untuk dalang lokal sangat minim. ‘’Setelah puluhan tahun, baru 2021 dalang lokal diundang untuk menjadi pengisi acara hari jadi Tuban,’’ tuturnya.

Guru seni budaya SMPN 1 Tambakboyo ini mengatakan, minimnya apresiasi saat itu menjadikan banyak dalang putus semangat. Dia terang-terangan menyebut dalam sepuluh tahun terakhir, keterlibatan dalang lokal dalam acara di pemkab setempat hanya pada peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan, ketika memeringati hari jadi Tuban, pemkab lebih memilih mengundang dalang luar Tuban. ‘’Bagaimana dalang lokal bisa berkembang?’’ keluhnya.

Baca Juga :  Panitia Desa Klaim Hasil Pengumuman Seleksi Perades Sudah Final

Untuk acara besar seperti Hari Wayang Nasional dan Hari Wayang Internasional, di Tuban nyaris tidak ada perayaan. Agar tetap bertahan hidup, para dalang harus mencari panggung sendiri. Hal ini yang diharapkan Buntas perlu dibenahi. Tujuannya, para pelaku seni dan budaya, terutama dalang bisa hidup dengan melestarikan kebudayaan tanah air. ‘’Semoga lebih banyak panggung dari pemkab yang diberikan kepada para dalang lokal,’’ harapnya.

Kepala Bidang Kebudayaan Disparbudpora Tuban Sumardi menjelaskan, pelestarian seni dan budaya saat ini menjadi salah satu perhatian Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky. Langkah awal bupati untuk mengapresiasi para pelaku seni adalah melibatkan mereka dalam pelaksanaan Hari Jadi Tuban 2021. Hampir semua aliran pelaku seni terlibat dalam rangkaian kegiatan, termasuk dalang. ‘’Untuk pertama kalinya dalang lokal dilibatkan langsung dalam rangkaian hari jadi, ini bentuk apresiasi pemkab,’’ tegasnya.

Lulusan Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya ini mengatakan, pemkab akan terus meningkatkan apresiasinya kepada para pelaku kesenian dan kebudayaan. Bahkan pada 2022 ini, Pemkab Tuban menyiapkan dua panggung pementasan yang melibatkan dalang lokal. Selain pada peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, juga disiapkan anggaran untuk acara lain yang melibatkan dalang. ‘’Nanti bisa diaplikasikan untuk peringatan Hari Wayang Nasional,’’ ujarnya.

Baca Juga :  City Yakinkan Kyle Walker untuk Tetap Bertahan

Mantan guru seni budaya SMPN 2 Tuban ini membenarkan butuh panggung lebih banyak untuk para pegiat seni dan budaya, termasuk dalang. Mengingat Tuban saat ini menjadi salah satu gudangnya seniman. Untuk dalang saja, kata Sumardi, Tuban memiliki 53 dalang. Rinciannya, 45 dalang wayang kulit, 3 dalang wayang krucil, 4 dalang wayang tengul, dan 1 dalang wayang suket. ‘’Jumlah dalang bisa lebih banyak karena beberapa dalang belum memiliki nomor induk,’’ ujarnya.

Dengan berkembangnya panggung yang diberikan Pemkab Tuban saat ini, Sumardi berharap dalang tetap semangat berkarya dan terus melahirkan generasi baru. Apalagi, lahir wayang suket Indonesia yang ternyata didirikan oleh seorang pemuda kelahiran Tuban.

Sumardi mengatakan, hal itu menjadi bukti awal kebangkitan seni dan budaya di Bumi Ronggolawe. ‘’Ke depan akan terus kami gelar panggung untuk para pelaku seni dan budaya,’’ kata dia. (yud/ds)

TUBAN, Radar Tuban – Sangat sulit menjadi pelestari kebudayaan dan kesenian tradisional. Para dalang di Tuban sempat membuktikan itu.

Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Tuban sempat mati suri sejak 1999 hingga 2019 atau selama 20 tahun. Pepadi kembali hidup pada 2019 setelah reorganisasi dan menetapkan Buntas Pradoto sebagai ketua Pepadi periode 2019 – 2024.

Buntas mengatakan, Pepadi sudah lama terbentuk di Tuban, namun pengurusnya tidak ada. Itu setelah sebagian dalangnya tutup usia. Dia mengibaratkan Pepadi dulu layaknya rumah tua yang kosong dan tak berpenghuni. Hingga pada 2019, dia bersama dinas pariwisa, kebudayaan, pemuda, dan olahraga (disparbudpora) setempat memutuskan untuk menghidupkan kembali Pepadi.

Sarjana seni rupa Universitas Negeri Malang (UM) Malang ini mengakui cukup sulit menjadi pelestari seni dan kebudayaan di Bumi Ronggolawe. Ruang apresiasi yang sangat minim menjadi faktor utama banyak orang enggan mencari penghasilan di bidang seni dan budaya.

Puluhan tahun terakhir, panggung yang diberikan Pemkab Tuban untuk dalang lokal sangat minim. ‘’Setelah puluhan tahun, baru 2021 dalang lokal diundang untuk menjadi pengisi acara hari jadi Tuban,’’ tuturnya.

- Advertisement -

Guru seni budaya SMPN 1 Tambakboyo ini mengatakan, minimnya apresiasi saat itu menjadikan banyak dalang putus semangat. Dia terang-terangan menyebut dalam sepuluh tahun terakhir, keterlibatan dalang lokal dalam acara di pemkab setempat hanya pada peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan, ketika memeringati hari jadi Tuban, pemkab lebih memilih mengundang dalang luar Tuban. ‘’Bagaimana dalang lokal bisa berkembang?’’ keluhnya.

Baca Juga :  1.174 Pria di Tuban Gay, Ada Kode dan Aplikasi “Khusus” untuk Cari Pasangan

Untuk acara besar seperti Hari Wayang Nasional dan Hari Wayang Internasional, di Tuban nyaris tidak ada perayaan. Agar tetap bertahan hidup, para dalang harus mencari panggung sendiri. Hal ini yang diharapkan Buntas perlu dibenahi. Tujuannya, para pelaku seni dan budaya, terutama dalang bisa hidup dengan melestarikan kebudayaan tanah air. ‘’Semoga lebih banyak panggung dari pemkab yang diberikan kepada para dalang lokal,’’ harapnya.

Kepala Bidang Kebudayaan Disparbudpora Tuban Sumardi menjelaskan, pelestarian seni dan budaya saat ini menjadi salah satu perhatian Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky. Langkah awal bupati untuk mengapresiasi para pelaku seni adalah melibatkan mereka dalam pelaksanaan Hari Jadi Tuban 2021. Hampir semua aliran pelaku seni terlibat dalam rangkaian kegiatan, termasuk dalang. ‘’Untuk pertama kalinya dalang lokal dilibatkan langsung dalam rangkaian hari jadi, ini bentuk apresiasi pemkab,’’ tegasnya.

Lulusan Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya ini mengatakan, pemkab akan terus meningkatkan apresiasinya kepada para pelaku kesenian dan kebudayaan. Bahkan pada 2022 ini, Pemkab Tuban menyiapkan dua panggung pementasan yang melibatkan dalang lokal. Selain pada peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, juga disiapkan anggaran untuk acara lain yang melibatkan dalang. ‘’Nanti bisa diaplikasikan untuk peringatan Hari Wayang Nasional,’’ ujarnya.

Baca Juga :  City Yakinkan Kyle Walker untuk Tetap Bertahan

Mantan guru seni budaya SMPN 2 Tuban ini membenarkan butuh panggung lebih banyak untuk para pegiat seni dan budaya, termasuk dalang. Mengingat Tuban saat ini menjadi salah satu gudangnya seniman. Untuk dalang saja, kata Sumardi, Tuban memiliki 53 dalang. Rinciannya, 45 dalang wayang kulit, 3 dalang wayang krucil, 4 dalang wayang tengul, dan 1 dalang wayang suket. ‘’Jumlah dalang bisa lebih banyak karena beberapa dalang belum memiliki nomor induk,’’ ujarnya.

Dengan berkembangnya panggung yang diberikan Pemkab Tuban saat ini, Sumardi berharap dalang tetap semangat berkarya dan terus melahirkan generasi baru. Apalagi, lahir wayang suket Indonesia yang ternyata didirikan oleh seorang pemuda kelahiran Tuban.

Sumardi mengatakan, hal itu menjadi bukti awal kebangkitan seni dan budaya di Bumi Ronggolawe. ‘’Ke depan akan terus kami gelar panggung untuk para pelaku seni dan budaya,’’ kata dia. (yud/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img