28.7 C
Tuban
Sunday, 24 November 2024
spot_img
spot_img

Diskusi Hari Kedua The 46 Tahun Indonesian Petroleum Association (IPA) Convention and Exhibition 2022 di Jakarta Convention Center

Kapal FSO Amankan Laut Jawa dari Ranjau Perang II

spot_img

Sejak sekitar 17 tahun terakhir, di perairan laut Tuban bercokol dua kapal floating storage and offl oading (FSO) Gagak Rimang dan Cinta Natomas. Keberadaan kapal tanker yang menampung minyak dari sumur pengeboran tersebut secara tak langsung mengamankan kawasan Laut Jawa dari persenjataan artileri sisa Perang Dunia II (1936-1945) dan Agresi Militer Belanda yang bertebaran di dasar laut. Isu tersebut mengemuka pada diskusi pada hari kedua The 46 Tahun Indonesian Petroleum Association (IPA) Convention and Exhibition 2022 di Jakarta Convention Center kemarin (22/9). Berikut wartawan Jawa Pos Radar Tuban Dwi Setiyawan melaporkan dari perhelatan pameran tahunan industri minyak dan gas Indonesia tersebut.

DI ERA 1960-an, nelayan di sepanjang pesisir Tuban sangat akrab dengan sejumlah bahan peledak. Salah satunya ranjau laut. ‘’Di era itu, jaring nelayan sering nyangkut (bahan peledak, Red),’’ tutur Faisol Rozi, ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tuban. Meski kerap nyangkut, bahkan terangkat ke permukaan, tak satu pun persenjataan artileri tersebut yang meledak.

Faisol, panggilan akrab tokoh nelayan ini mengungkapkan, cerita tutur turun-temurun di kalangan nelayan terkait bertebarannya berbagai jenis bahan peledak di dasar Laut Jawa menjadikan nelayan akrab dengan persenjataan artileri tersebut. Saking akrabnya, kata dia, banyak nelayan yang tahu persis titik tenggelamnya kapal perang. Dua di antaranya di perairan laut Desa Karangagung, Kecamatan Palang dan Desa/Kecamatan Jenu. ‘’Dua kapal itu peninggalan agresi militer Belanda,’’ tutur warga Kelurahan Kingking, Kecamatan Tuban itu.

Baca Juga :  Mas Lindra: Berikan Pelayanan Terbaik kepada Masyarakat

Faisol dan nelayan lain bisa memastikan itu (kapal perang Belanda, Red) setelah para pemburu besi tua menyelam dan mengangkatnya untuk dijual. ‘’Itu (jenis kapal Belanda, Red) terlihat dari potongan-potongan badan kapal,’’ imbuhnya.

Sejak area lepas pantai Tuban banyak kegiatan industri, lanjut Faisol, nyaris tak terdengar kabar jaring nelayan tersangkut bahan peledak. ‘’Itu karena kegiatan industri di Laut Jawa secara tak langsung ikut membersihkan laut,’’ kata bapak tiga anak dan delapan cucu itu.

Faisol menambahkan, ‘’reklamasi alam’’ juga ikut sumbangsih mengamankan. Sebagian dasar laut yang mengalami pendangkalan karena sendimentasi atau penumpukan lumpur dan sampah ikut mengubur mortir-mortir dan ranjau laut tersebut.

Communication and Media Relation Supervisor ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) Ukay S. Subqy menuturkan, sebelum menempatkan kapal FSO, perusahaannya menggandeng TNI AL untuk menyapu ranjau laut di sekitar titik tambat kapal tersebut. Penyapuan juga dilakukan di sepanjang lintasan pipa bawah laut menuju tanker tersebut plus jalur lintasan kapal mitra untuk mengambil entitlement-nya. Kalau tidak sapu ranjau, kata dia, bahan peledak tersebut bisa tersangkut kapal yang hilir-mudik dan meledak.

Fasilitas terapung tersebut, terang Malik, panggilan akrabnya, dapat berputar 360 derajat di sekitar menara tambat. Karena itu, kawasan radius 500 meter dari FSO masuk dalam zona keselamatan. ‘’Semua nelayan cukup paham dengan zona keselamatan karena sering disosialisasikan. Mereka saling mengingatkan kalau ada yang mendekat,’’ kata pria mantan wartawan itu.

Baca Juga :  Transformasi Digital Kartu Prakerja di Pandemi, Menko Dorong Kemudahan Publik

Terkait keberadaan FSO tersebut,  lanjut Malik, EMCL selalu mengingatkan untuk menjaga obyek vital milik negara tersebut. Sebagai bentuk kepedulian terhadap nelayan sekitar, EMCL memberdayakan mereka melalui berbagai program. Mulai pengolahan hasil ikan, peningkatan ekonomi perempuan, hingga daur ulang limbah.

Prosedur pembersihan area laut yang rawan juga berlaku dalam pembangunan pelabuhan khusus di sejumlah titik pantai Tuban. Terlebih, perairan laut ini berkategori laut dangkal. Mengacu, Initial Environmental Examination Report PT Duta Marine Jakarta, Laut Jawa masuk kategori laut dangkal. Kedalamannya maksimal 46 meter.

Standart operating procedure (SOP) inilah yang sekarang dilakukan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Pertamina (PRPP). Untuk membangun pelabuhan khusus di Desa Mentoro, Kecamatan Jenu, mulai kemarin (22/9) PRPP melibatkan Armada 2 Surabaya untuk membersihkan mortir dan ranjau laut.

Corporate Affairs PT PRPP Yuli Witrantra membenarkan aktivitas pembersihan bahan peledak di area rencana pendirian pelabuhan khusus PRPP. Dimintai data terkait aktivitas tersebut, dia meminta waktu untuk melengkapi data. Sampai berita ini ditulis sekitar pukul 18.30, Yuli belum mengirimkan data tersebut.

FSO Gagak Rimang merupakan kapal tanker untuk menyalurkan minyak dari Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu yang dikelola EMCL. Pengoperasian kapal ini diresmikan pada Agustus 2014.

Sedangkan FSO Cinta Natomas yang beroperasi sejak 2005 atau berumur 17 tahun menampung minyak dari Lapangan Mudi, Desa Rahayu, Kecamatan Soko. (ds)

Sejak sekitar 17 tahun terakhir, di perairan laut Tuban bercokol dua kapal floating storage and offl oading (FSO) Gagak Rimang dan Cinta Natomas. Keberadaan kapal tanker yang menampung minyak dari sumur pengeboran tersebut secara tak langsung mengamankan kawasan Laut Jawa dari persenjataan artileri sisa Perang Dunia II (1936-1945) dan Agresi Militer Belanda yang bertebaran di dasar laut. Isu tersebut mengemuka pada diskusi pada hari kedua The 46 Tahun Indonesian Petroleum Association (IPA) Convention and Exhibition 2022 di Jakarta Convention Center kemarin (22/9). Berikut wartawan Jawa Pos Radar Tuban Dwi Setiyawan melaporkan dari perhelatan pameran tahunan industri minyak dan gas Indonesia tersebut.

DI ERA 1960-an, nelayan di sepanjang pesisir Tuban sangat akrab dengan sejumlah bahan peledak. Salah satunya ranjau laut. ‘’Di era itu, jaring nelayan sering nyangkut (bahan peledak, Red),’’ tutur Faisol Rozi, ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tuban. Meski kerap nyangkut, bahkan terangkat ke permukaan, tak satu pun persenjataan artileri tersebut yang meledak.

Faisol, panggilan akrab tokoh nelayan ini mengungkapkan, cerita tutur turun-temurun di kalangan nelayan terkait bertebarannya berbagai jenis bahan peledak di dasar Laut Jawa menjadikan nelayan akrab dengan persenjataan artileri tersebut. Saking akrabnya, kata dia, banyak nelayan yang tahu persis titik tenggelamnya kapal perang. Dua di antaranya di perairan laut Desa Karangagung, Kecamatan Palang dan Desa/Kecamatan Jenu. ‘’Dua kapal itu peninggalan agresi militer Belanda,’’ tutur warga Kelurahan Kingking, Kecamatan Tuban itu.

Baca Juga :  Transformasi Digital Kartu Prakerja di Pandemi, Menko Dorong Kemudahan Publik

Faisol dan nelayan lain bisa memastikan itu (kapal perang Belanda, Red) setelah para pemburu besi tua menyelam dan mengangkatnya untuk dijual. ‘’Itu (jenis kapal Belanda, Red) terlihat dari potongan-potongan badan kapal,’’ imbuhnya.

Sejak area lepas pantai Tuban banyak kegiatan industri, lanjut Faisol, nyaris tak terdengar kabar jaring nelayan tersangkut bahan peledak. ‘’Itu karena kegiatan industri di Laut Jawa secara tak langsung ikut membersihkan laut,’’ kata bapak tiga anak dan delapan cucu itu.

- Advertisement -

Faisol menambahkan, ‘’reklamasi alam’’ juga ikut sumbangsih mengamankan. Sebagian dasar laut yang mengalami pendangkalan karena sendimentasi atau penumpukan lumpur dan sampah ikut mengubur mortir-mortir dan ranjau laut tersebut.

Communication and Media Relation Supervisor ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) Ukay S. Subqy menuturkan, sebelum menempatkan kapal FSO, perusahaannya menggandeng TNI AL untuk menyapu ranjau laut di sekitar titik tambat kapal tersebut. Penyapuan juga dilakukan di sepanjang lintasan pipa bawah laut menuju tanker tersebut plus jalur lintasan kapal mitra untuk mengambil entitlement-nya. Kalau tidak sapu ranjau, kata dia, bahan peledak tersebut bisa tersangkut kapal yang hilir-mudik dan meledak.

Fasilitas terapung tersebut, terang Malik, panggilan akrabnya, dapat berputar 360 derajat di sekitar menara tambat. Karena itu, kawasan radius 500 meter dari FSO masuk dalam zona keselamatan. ‘’Semua nelayan cukup paham dengan zona keselamatan karena sering disosialisasikan. Mereka saling mengingatkan kalau ada yang mendekat,’’ kata pria mantan wartawan itu.

Baca Juga :  Tahapan Pemilu 2024 Sudah Dimulai, Bawaslu Belum Punya Ruang Sidang

Terkait keberadaan FSO tersebut,  lanjut Malik, EMCL selalu mengingatkan untuk menjaga obyek vital milik negara tersebut. Sebagai bentuk kepedulian terhadap nelayan sekitar, EMCL memberdayakan mereka melalui berbagai program. Mulai pengolahan hasil ikan, peningkatan ekonomi perempuan, hingga daur ulang limbah.

Prosedur pembersihan area laut yang rawan juga berlaku dalam pembangunan pelabuhan khusus di sejumlah titik pantai Tuban. Terlebih, perairan laut ini berkategori laut dangkal. Mengacu, Initial Environmental Examination Report PT Duta Marine Jakarta, Laut Jawa masuk kategori laut dangkal. Kedalamannya maksimal 46 meter.

Standart operating procedure (SOP) inilah yang sekarang dilakukan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Pertamina (PRPP). Untuk membangun pelabuhan khusus di Desa Mentoro, Kecamatan Jenu, mulai kemarin (22/9) PRPP melibatkan Armada 2 Surabaya untuk membersihkan mortir dan ranjau laut.

Corporate Affairs PT PRPP Yuli Witrantra membenarkan aktivitas pembersihan bahan peledak di area rencana pendirian pelabuhan khusus PRPP. Dimintai data terkait aktivitas tersebut, dia meminta waktu untuk melengkapi data. Sampai berita ini ditulis sekitar pukul 18.30, Yuli belum mengirimkan data tersebut.

FSO Gagak Rimang merupakan kapal tanker untuk menyalurkan minyak dari Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu yang dikelola EMCL. Pengoperasian kapal ini diresmikan pada Agustus 2014.

Sedangkan FSO Cinta Natomas yang beroperasi sejak 2005 atau berumur 17 tahun menampung minyak dari Lapangan Mudi, Desa Rahayu, Kecamatan Soko. (ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img