Kalau kehidupan harmonis, maka setiap orang dapat saling merangkul. Masalah yang muncul pun sangat minim. Keselarasan dan kebahagiaan pun terjalin.
GAMBARAN kehidupan bermasyarakat yang ideal itulah yang kini pondasinya dibangun Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Tuban bersama seluruh elemen.
”Tentu kami tidak bisa sendiri. Semua elemen harus dilibatkan,” tegas Kepala Bakesbangpol Tuban Didik Purwanto, S.Pd M.Si.
Didik mengatakan, selama ini tercipta komunikasi dua arah yang dinamis, transparan, dan akuntabel antara pemerintah dan masyarakat.
Tak tersumbatnya komunikasi tersebut menjadikan konflik yang merupakan gejala sosial dan yang selalu muncul dalam setiap kehidupan, berhasil terselesaikan atau setidaknya bisa diminimalisasi.
Dia mengakui, problem sosial tersebut bisa muncul di mana saja dan kapan saja. Terlebih, Tuban sangat majemuk. Berbagai agama, suku, dan ras bersanding. Secara sosiologis, kata dia, mobilitas sosial juga sangat dinamis. Penduduk asli Tuban dan pendatang dengan berbagai latar belakang kebudayaan dan keyakinannya berinteraksi di Bumi Ronggolawe.
”Dalam interaksi inilah bisa terjadi intoleransi, konflik, bahkan disintegrasi,” tegas mantan camat Tambakboyo itu.
Untuk menciptakan toleransi dan kerukunan di tengah keberagaman tersebut, kata Didik, pemerintah daerah melalui Bakesbangpol selalu hadir.
Menurut dia, kerukunan sangat penting dan sebuah keniscayaan karena menjadi modal penting bagi terwujudnya integrasi nasional. Dan, integrasi menjadi modal berharga bagi keberhasilan pembangunan daerah dan nasional.
Mantan kepala Bidang Ketenagaan Dinas Pendidikan Tuban itu mengemukakan, masalah kerukunan umat beragama di Bumi Ronggolawe tidak mengalami problem yang serius.
Itu karena semua agama mengajarkan kerukunan, sehingga agama idealnya berperan sebagai faktor integratif. Itu dibuktikan dengan hubungan antarpemeluk agama di Tuban yang sangat harmonis.
”Kebijakan pemerintah daerah juga cukup arif dan adil. Termasuk dalam konteks menjaga kerukunan umat beragama,” tegasnya.
Terkait munculnya kelompok kecil berpaham radikal atau intoleran, Didik memastikan hal tersebut tak memengaruhi stabilitas di Tuban.
Kepala Bakesbangpol Tuban itu juga memastikan kehidupan politik di Tuban sangat sehat, dinamis, dan demokratis. Itu ditunjukkan dari partisipasi masyarakat yang semakin aktif dan meningkat dalam kegiatan politik.
Begitu juga kerukunan dan keharmonisan dalam kehidupan sosial budaya masyarakat yang tercermin dari berkembangnya nilai-nilai sosial dan budaya yang berakar dari bangsa Indonesia dengan tetap lestarinya kearifan lokal.
Didik menggambarkan, kehadiran organisasi kemasyarakatan (ormas) merupakan manifestasi dari pengakuan pemerintah pusat sebagai negara hukum yang menjunjung tinggi demokrasi. Dan, setiap individu dan masyarakat memiliki kebebasan berserikat, berkumpul, dan berpendapat yang dijamin dalam konstitusi.
Menurut dia, ormas didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan dengan tujuan berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasar Pancasila.
Demikian juga dengan keberadaan ormas Islam yang memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa dan negara.
Selain sebagai penyalur aspirasi masyarakat, lanjut dia, ormas Islam juga mempunyai peran sebagai mitra strategis pemerintah.
Pembangunan berkelanjutan tidak hanya mengharapkan peran dari pemerintah saja, keterlibatan langsung masyarakat dalam sejumlah aksi juga menjadi sangat penting.
Menurut dia, saat ini, pemerintah cenderung bersinergi dan melibatkan ormas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan agenda-agenda strategis nasional.
”Ruang-ruang partisipasi bagi ormas pun lebih banyak dan terbuka untuk ruang penyampaian aspirasi,” tegas pascasarjana kebijakan publik Universitas 17 Agustus Surabaya (Untag).(ds)