Radartuban.jawapos.com – Tembakau tingwe (linting dewe) sepertinya bakal menjadi tren baru penikmat rokok di tengah kebijakan pemerintah yang gemar menaikkan cukai rokok konvensional. Seperti halnya tahun ini, pemerintah kembali menaikkan cukai rokok sebesar 10 persen. Kondisi ini membuat harga rokok semakin mahal.
Naraya Istya Erviana, penjual tembaku mengatakan, sebenarnya tren tingwe sudah berlangsung sajak awal 2022. Tepatnya saat cukai rokok konvensioanl naik lebih dari 20 persen. ‘’Dan kini semakin banyak lagi peminatnya seiring cukai rokok yang kembali naik,’’ katanya kepada Jawa Pos Radar Tuban kemarin (1/1).
Disampaikan Naraya, mahalnya rokok konvensional seiring kebijakan pemerintah yang menaikan cukai rokok sungguh sangat dirasakan masyarakat penikmat rokok. Sementara itu, di sisi lain sulit sekali meninggalkan rokok. Alhasil, tingwe menjadi alternatif bagi penikmat rokok. ‘’Sangat terasa tiga bulan terakhir ini (semenjak isu kenaikan cukai, Red), banyak sekali masyarakat yang membeli tembakau,’’ terangnya.
Tak tanggung-tanggung, dalam sehari, omzet penjualan tembakau tingwe bisa mencapai Rp 1 juta dari sebelumnya rata-rata hanya Rp 500 ribu. ‘’Satu ons tembakau bisa dibuat sampai 60 batang. Sangat hemat sekali. Apalagi rasanya juga bisa disesuaikan sesuai selera. Banyak pilihan tembakau,’’ ungkapnya memetik berkah dari kenaikan cukai rokok.
Lebih lanjut perempuan asli Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Tuban ini meyakini, tren tingwe bakal semakin semarak seiring harga rokok yang terus naik. ‘’Termasuk anak-anak muda, juga banyak sekali yang sekarang nglinting dewe. Dan menariknya lagi, hal ini menjadi tren,’’ tuturnya.
Diki Aditya, salah satu penikmat rokok tingwe mengatakan, satu-satunya alasan dirinya pindah tingwe adalah mahalnya harga rokok. ‘’Sekarang ini harga rokok seakan tidak masuk akal. Mahal sekali. Daripada mahal, mending nglinting dewe,’’ ujarnya.
Berkat pilihan alternatif tersebut, Diki bisa berhemat dan tetap bisa menikmati rokok. ‘’Bagi penikmat rokok, sekarang ini harus pintar-pintar mencari alternatif. Apalagi ekonomi juga sulit. Penting tetap bisa menikmati rokok, tapi kebutuhan ekonomi juga tidak terganggu,’’ ujarnya.
Disinggung tentang rokok elektrik yang juga dinilai hemat, pria asal Desa Kaliuntu, Kecamatan Jenu ini mengaku tidak terlalu tertarik. Sebab, tidak ada rasa tembakau di rokok elektrik. ‘’Bagi penikmat rokok, rokok yang enak tetapkan tembakau,’’ tandasnya. (zid/tok)